Why?

4.7K 253 9
                                    

Selama seminggu ini, aku dan Leo selalu berangkat ke sekolah bersama. Lama-kelamaan, perasaan sayangku padanya semakin tumbuh dan bersemi di hatiku.

Aku yang awalnya berusaha menolak perasaan ini, tetap tak mampu mencegah dan memusnahkan rasa sayang yang mungkin juga cinta.

Sangat berat bagiku untuk menolak pesona Leo yang sering berada di sampingku. Wajahnya yang dingin dan cuek merupakan daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan cowok-cowok lain yang ada di sekelilingku.

Sepertinya, aku telah benar-benar terbius oleh pesonanya yang sangat memikat diriku dan juga cewek-cewek lain. Semakin lama aku semakin dibuat penasaran oleh perubahan sikapnya yang tiba-tiba bisa berubah 180 derajat.

Namun, akhir-akhir ini aku bisa merasakan Leo menjadi lebih hangat, tidak sedingin dulu. Mudah-mudahan ini merupakan pertanda yang baik. Aku harap dengan kehadiranku bisa memberikan manfaat untuknya, walau pun hanya secuil.

Aku sedang menunggu Leo yang tak juga muncul di hadapanku. Saat ini aku sedang berada di samping mobilnya yang ada di tempat parkir sekolah. Aku baru menunggunya selama sepuluh menit namun rasanya seperti sepuluh jam.

Ugh. Lama-lama aku bosan dan kesal harus menunggu Leo seperti ini.

Aku juga bingung, alasan apa yang membuatku kesal. Karena aku bosan menunggu atau karena aku sudah tak sabar ingin bersama Leo.

Tak berapa lama kemudian dapat ku lihat Leo yang berlari ke arahku. Hanya dengan melihat wajahnya saja sudah cukup menghilangkan perasaan bosan dan kesal yang tadi menghinggapiku.

"Sorry, lama," katanya yang telah berada di dekatku dengan napas masih tersengal-sengal.

"Nggak apa-apa kok," jawabku dengan tersenyum.

Sebenarnya tadi aku berniat marah padanya, tapi tak mampu ku lakukan setelah dia berada di depanku. Apalagi saat ini dia terlihat lelah dan keringat mengucur dari di wajahnya yang tampan itu. Aku mengambil sapu tangan yang ada di sakuku.

"Aku lap ya keringatnya," kataku dengan tangan langsung mengusapkan sapu tangan di wajahnya yang berkeringat.

"Eh ..." Leo terlihat terkejut dengan tindakanku. Dia terpaku sejenak menatapku yang masih asik mengelap keringatnya.

"Udah, Niel. Biar aku aja," katanya sambil menahan tangan kananku yang sedang mengusap wajahnya.

Lalu dia mengambil alih sapu tangan dariku dan mengusap keringatnya sendiri. Aku pun terpaksa menurunkan tanganku yang berada di dekat wajahnya.

Aku sempat merasa deg-degan saat tangannya yang cukup besar memegang tanganku, walaupun hanya beberapa detik. Kini aku kembali dapat merasakan jantungku yang berdegup kencang.

"Buruan naik." Leo masuk ke mobil.

"Iya," jawabku kemudian masuk ke mobil juga.

Kami pun meninggalkan sekolah yang kami cintai ini. Cukup banyak obrolan antara kami berdua tidak seperti saat pertama kali aku pulang bersamanya.

Lagi-lagi ku lihat Leo sedang memperhatikan taman yang kami lewati. Sambil menyetir, matanya tetap sesekali menoleh ke taman yang berada di sebelah kiri kami.

Dalam seminggu ini aku selalu melihat dia melakukan hal yang sama setiap kami pulang sekolah. Kami hanya melewati taman itu ketika pulang sekolah, berhubung jalan yang kami lalui merupakan jalan satu arah.

Aku sudah bertanya-tanya dalam hati, mengapa dia selalu melirik maupun memperhatikan taman yang menurutku biasa saja.

Dari pada aku penasaran terus, sebaiknya aku tanyakan saja. Menurutku ini lah moment yang pas.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang