A

2K 174 14
                                    

Aku selalu berpikir, apa ini sudah jadi takdirku? Takdirku untuk merasakanmu yang hanya 30 cm di depanku, tetapi terasa jauh untuk ku raih. Apa kau tau? Rasanya ku ingin sekali mendapatkan perhatianmu. Sedikit saja.

"Mark"

Kau tolehkan kepalamu ke belakang, ke arahku. Rasanya, jantungku akan meledak detik itu juga. Kau menatapku, tepat di mataku. Apa yang lebih membahagiakan dari ini?

Ya, akhirnya aku mendapatkan perhatianmu.

"Hm?"

Alismu terangkat, tetap menatap mataku. Tak kau hiraukan guru yang sedang mengajar di depan sana. Aku pun sama, aku hanya mempedulikan dirimu yang duduk di depanku. Hanya padamu.

"Tidak ada."

Aku tersenyum senang. Walaupun tak sampai semenit kau menatapku. Setidaknya, kau melihatku. Hanya diriku.

Tapi, kau tak membalas senyumanku. Kau balas dengan menatapku heran. Seolah baru saja aku melakukan hal yang gila.

Tanpa berkata, kau luruskan kepalamu lagi ke depan. Sekarang, perhatianmu padaku telah hilang.

Tak puas dengan reaksimu, aku pun mencoba untuk mendapatkan perhatianmu lagi. Dengan cara yang sama.

"Mark"

Kau menoleh lagi padaku, dengan tatapan yang tak jauh berbeda dengan tadi. Jantungku bereaksi sama.

"Ada apa?"

Aku tersenyum lagi.

"Bukan apa-apa."

"Hm? Baiklah."

Untuk yang ketiga kalinya. Aku menginginkan perhatianmu.

"Mark"

Kau menoleh dengan cepat. Aku sedikit terkejut.

"Kenapa sih, Chan?!"

Nada bicaramu sedikit meninggi. Aku hanya tertawa dengan canggung. Apa aku telah membuatmu marah?

"Haha, aku hanya bercanda."

"Hish, jangan menggangguku! Dasar tidak jelas!"

Tepat saat kalimatmu selesai, itulah saat dimana tawaku terhenti. Serta, jantungku mulai berdegup kencang.

Bukan. Bukan karena pesonamu.

Tapi,

Kau berhasil menorehkan luka di hatiku dengan pisau, belati, pedang, atau bahkan timah panas?

Aku tersenyum paksa seraya menahan air mata yang akan turun. Syukurlah kau tak melihatnya, karena kau sudah menghilangkan perhatianmu padaku. Lagi. Kali ini dengan perasaan kesal. Mungkin?

"Maaf mengganggumu, Mark."

Aku tau, kau bahkan tak mendengarku mengatakannya.

InvisibleWhere stories live. Discover now