I

372 49 2
                                    

Mark, aku tak menyangka kau akan berbagi denganku lagi. Kau mengingatku.

Kau mengingatku saat kau bermasalah dengannya.

Kau bilang kau ingin putus hubungan dengannya, karena dia tak mau bertemu denganmu.

Kenapa kau kekanakan, Mark?

Tak bisa dipungkiri, aku sedikit senang kau ingin putus dengannya. Tapi tak mungkin aku bilang padamu jika aku mendukung kalian putus.

Beberapa hari setelahnya, kau bilang hubungan kalian membaik. Aku,

Bingung harus bereaksi seperti apa.

Bukankah aku sendiri yang bilang akan menunggu sampai kebahagiaan singgah padaku, walau sedetik?

Haruskah bahagia? Tetapi hatiku menangis.
Haruskah menangis? Tapi kau bahagia, Mark.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak peduli pada hubungan kalian. Aku hanya peduli pada hubungan kita, Mark.

Ya, tentu saja, SAHABAT.





















Mendadak kabar mengejutkan datang darimu, Mark.

Kau bilang, kau akhirnya putus dengannya. Dan kau bilang ini serius, sudah lama terjadi.

Apa aku begitu tak peduli dengan hubungan kalian? Ya, tentu saja. Kenapa aku harus peduli? Hubungan kalian bukanlah prioritas bagiku. Hahaha

Kau berbagi kesedihanmu padaku lagi, Mark. Kau memilih untuk melupakan dia.

Tapi, kau juga mulai mengincar yang lain.

Kau bilang padaku lagi, bahwa kau ingin menyatakan perasaanmu.

"Haechan, aku minta bantuanmu yaa?"

"Bantuan apa, Mark?"

"Tolong bantu aku menyatakan perasaanku pada adik kelas, besok di sekolah."

Apakah ada hal yang lebih sakit daripada membantu orang yang kau cintai untuk menyatakan perasaannya pada orang lain, bukannya dirimu?

Entah sudah berapa kali aku harus jatuh dan hancur sendirian.

InvisibleWhere stories live. Discover now