OURS : Chapter 1

145K 6.9K 47
                                    

Pesta, minum-minum dan... Elle berusaha mengingatnya, beberapa kali ia mengerjapkan kedua matanya, namun yang ia rasakan hanya sakit di bagian kepalanya. Elle menyenderkan tubuhnya selagi ia membetulkan selimut yang menutupi seluruh bagian tubuhnya. Saat itu juga Elle merasakan darahnya berhenti mengalir, jantungnya berhenti berdetak, dan tanpa dapat ditahan, air mata menetes dari kedua matanya yang indah.   

Dalam diam, Elle terisak. Matanya mengelilingi ruangan dimana sekarang ia berada. Kamar mewah berukuran tiga kali lipat dari kamar tidur di apartemennya. Perabotan dan furniture mewah disekelilingnya mulai membuatnya penasaran.  

"Morning beautiful,"  

Dia mematikan rokok dari tangannya setelah mendengar Elle beberapa kali terbatuk.  

"Siapa kamu?" tanya Elle menatap pria itu, dalam. Jemarinya mencengkram kuat selimut yang menyelimuti tubuhnya.  

"Adam."  

"Kenapa aku bisa ada disini?"  

"Kamu yang minta kemarin. By the way, kamu nggak mau kasih tau nama kamu? Setelah kamu nginep di rumahku?" Adam tersenyum pada Elle yang masih mematung di atas kasur.  

"Nggak mungkin, aku nggak mungkin minta nginep di rumah kamu. Aku bahkan nggak kenal kamu." ucap Elle terbata sambil menghapus air matanya.  

"Ups, tenang tenang.. Mungkin kamu lupa, kamu sama temen kamu, cowok, aku nggak tau namanya, kalo nggak salah ada Dit-Dit nya.."  

"Ditya, dia tunanganku."  

"Tunangan? Setelah kemarin malam, kamu sepenuhnya milikku, Sayang.."  

"Elle. Namaku Elle."  

Adam mengambil kemejanya dari walking closet yang masih terjangkau mata oleh Elle.  

"Pake ini dulu ya, baju kamu masih di laundry."  

"Adam, please. Ini yang pertama kalinya buat aku.. Tolong jelasin apa yang terjadi antara kita." Elle menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.  

"Kita ketemuan di pesta semalam, kamu mabuk, minta aku bawa kemanapun aku mau. Dan by the way, lupain Ditya. Dia nggak mencintai kamu."  

"Nggak mungkin!!"  

"Apa menurut kamu dia mencintai kamu, kalo aku ngebawa kamu keluar dari club itu di depan mata dia?"  

"Ditya nggak mungkin begitu.."  

Adam terpaku menatap Elle, tubuhnya bergetar seirama dengan tangisnya. Adam merengkuh tubuh Elle ke dalam peluknya. Adam tahu dengan jelas bahwa sebelum malam yang ia lalui bersamanya, Elle adalah seorang perawan. Dan ia telah merampas sesuatu yang begitu berharga dari diri Elle.  

"Rumah kamu dimana?" tanya Adam sambil merengkuh wajah Elle dengan kedua telapak tangannya. "Aku anter sekarang ke rumah kamu, aku mau ketemu sama orangtua kamu."  

"Enggak, enggak akan!" Elle menepis kedua tangan Adam dari wajahnya. "Setelah bajuku selesai di laundry, aku akan pergi dari sini, dan jangan pernah anggap kita saling kenal." Elle memakai kemeja yang diberikan Adam di balik selimut tebal itu. Ia tidak akan memberikan Adam kesempatan sedetikpun untuk melihat tubuhnya lagi.  

"Elle,"  

"Dan jangan sampai Ditya tau tentang hal ini. Atau satu orangpun!"  

Adam keluar dari kamarnya tanpa sepatah katapun, memberikan waktu bagi Elle untuk memakai kembali pakaian dalamnya yang sudah terpisah dari tubuh mungilnya.  

"Satu Indonesia udah tau tentang hubungan kita Elle," Adam meletakkan sebuah koran di pangkuan Elle.  

Andara Pradamar Bratawijaya's New Girl!  

Mata Elle kembali terbelalak begitu menangkap fotonya yang sedang bergelayut mesra di dalam dekapan Adam. Dan Adam menatapnya begitu dalam, tapi Elle segera menghapus perasaan itu. Adam adalah seorang playboy, playboy, playboy.  

"Siapa kamu? Kenapa kita bisa sampe di public? Ada apa dibalik semua ini?"  

"Adam. Aku udah bilang kan namaku Adam, kamu lupa?"  

"Kamu kerja dimana? Bukan, maksudku, kamu anaknya siapa? Kenapa nama kamu bisa ada di majalah? Argh! Kenapa semuanya bisa begini!"  

"Kamu akan tau seiring waktu, Elle. Nama kamu Elle siapa?"  

"Jangan harap aku mau kasih tau kamu!"  

"Okay, take it easy beautiful. Nggak susah buat aku untuk cari tau background keluarga kamu."  

"Nggak usah repot-repot, aku hidup sendiri, orangtuaku udah meninggal, dan cuma Ditya yang aku punya semenjak kepergian Ayah dan Bunda. Jadi kamu nggak usah khawatir, nggak akan ada yang nuntut kamu untuk bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi semalam."  

"Aku akan tetap bertanggung jawab, tanpa diminta sekalipun, Elle."  

Elle memalingkan wajahnya dari Adam, mencari handphone, jam atau apalah itu. Jam berapa sekarang?  

"Aku udah izinin kamu dari kantor, jangan khawatir. Phillip nggak masalah atas absen kamu hari ini dan tiga hari kedepan."  

Elle menampar pipi Adam dengan kencang, sangat kencang sampai ia pun merasa telapak tangannya panas.  

Kedua matanya kembali berair, Elle benar-benar benci dengan pria di hadapannya saat ini.  

"Aku mau bajuku, SEKARANG!"  

Adam hanya menatapnya, tanpa bergeming.  

Elle bangun dari tempat tidurnya, mencoba mencari pakaiannya di sekitar kamar tidur Adam. Beberapa kali ia menghapus bulir air mata di pipinya. Dan hanya handphone nya yang ia temukan disana. dengan tergesa ia memeriksa handphonenya.  

Satu pesan dari Ditya.  

"Maafin aku, Elle."  

Elle terdiam, matanya terasa panas, dunianya seolah berhenti saat itu juga. Apa yang dikatakan Adam adalah sebuah kenyataan? Apa Ditya benar-benar tidak mencintainya?  

Elle menjatuhkan tubuhnya, sebelum lengan kokoh Adam merangkuh tubuh Elle ke dalam pelukannya.  

"Lupain Ditya, untuk aku."  

OURSNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ