OURS : Chapter 17

100K 4.1K 17
                                    

Adam heboh lari kesana kemari saat aku dan Pop nya kembali ke rumah kami, ya, aku sudah menganggap rumah ini sebagai rumah kami, sejak Adam tidak hentinya merawatku di rumah sakit, tidak meninggalkanku kecuali saat ia ingin ke kamar mandi, bahkan makan saja, ia delivery setiap hari karena tidak ingin meninggalkanku.

“Moma! Aku kangen..” Adam langsung memelukku dengan erat, sebelum Ayahnya mengingatkan kalau tanganku masih dibalut gips.

“Nggak apa-apa Sayang, Adam tau kok tanganku masih di gips.” Aku melepaskan tangan Adam yang masih menahan anak kami. Sesaat kulihat mata Adam menatapku dengan dalam saat aku memanggilnya dengan panggilan ‘Sayang’. Tapi tidak bisa ia sembunyikan, wajahnya tampak senang dengan panggilan baru itu.

“Elle, Mama udah masakin untuk kamu makan siang, kamu harus baik-baik jaga kesehatan kamu Sayang. Kamu kan masih dalam masa adaptasi dengan kesembuhan kamu.” Mama menatapku dengan penuh kasih sayang sebelum memelukku, bergantian dengan Adam. “Mama juga udah beresin kamar kamu, supaya kamu lebih nyaman istirahatnya.”

“Terimakasih banyak Ma, Mama nggak harus ngelakuin semua itu.” jawabku sambil balas memeluknya.

“Mama yang mau kok, Mama nggak mau calon menantu Mama jatuh sakit saat hari pernikahannya.” Mama sesaat melirik ke Adam, “Karena bisa ada yang bunuh diri kayaknya kalo kamu sampe sakit di hari pernikahan kalian.”

Aku tersenyum kecil.

“Ma, biar Elle istirahat dulu.” Ucap Adam sambil menuntunku menuju kamar tidur kami.

“Pop, aku boleh ikut?”

“No, ini waktunya Pop berdua sama Moma. Jatah kamu sama Moma nanti sore oke?”

Oh God, bahkan Adam sudah dapat melarang anak kami untuk bermanja-manja denganku, karena….. dia pasti juga ingin bermanja-manja denganku tanpa gangguan dari anak kami.

“Aku nggak mau ada yang ganggu quality time kita, Sayang. Termasuk jagoan kecil kita itu.” bisik Adam ditelingaku. “Kadang, dia yang paling jago ngeganggu waktuku sama kamu, karena dia tau, kamu nggak akan bisa nolak dia.”

“Dia kan anak kita..”

“Tapi, sesama laki-laki, dia pasti ngerti apa yang dipengenin sama Popnya.” Jawab Adam lagi tetap sambil berbisik. Adam meletakkan koperku di sisi lemari kamar tidur kami, dan aku tidak dapat menahan cobaan untuk segera merebahkan tubuhku di kasur kamar kami. Ini jelas jauh lebih nyaman dibanding dengan kasur di rumah sakit itu.

“Elle, kamu nggak ganti baju dulu, Sayang?”

Aku hanya menggeleng.

“Serius?”

Aku mengganguk.

“No way, kamu harus ganti baju kamu, karena baju itu kotor kan dari rumah sakit.” Adam menarik tanganku agar aku segera mengganti bajuku. Tapi, aku benar-benar tidak berniat untuk mengganti bajuku. Saat tangannya berusaha menarik tubuhku bangun dari tempat tidur, aku malah menariknya balik sehingga kini tubuhnya berada di atas tubuhku, dan aku hanya memeluknya dengan erat.

OURSWhere stories live. Discover now