OURS : Chapter 13

90.7K 4.4K 85
                                    

ELLE'S POV  

Tidak ada yang bisa melawan Adam. Disinilah aku sekarang, berdiri menatap bayanganku sendiri, melihat detail setiap jahitan kain yang melekat di tubuhku.  

Adam berhasil membuatku mengikuti permainannya, menikah dengannya, hanya untuk tinggal seatap dengannya.  

"Elle?" aku tersadar dari lamunanku begitu mendengar suaranya memanggilku. "Elle,"  

"Ya, Adam."  

Kulihat Adam mengintip dari balik tirai fitting room di butik desainer kebaya pengantin kami. Aku terkesima begitu melihat Adam dalam balutan beskap adat sunda pilihan kami beberapa waktu lalu.  

"Adam..." aku menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Dia sempurna.  

"Elle, gimana menurut kam..." ucapannya terhenti saat ia menatapku.  

"Gimana menurut kamu kebayaku? Kamu suka?" Adam hanya mengangguk. "Kasih komentar, apa yang harus dibetulin.."  

"Nggak ada Elle. Kebaya itu udah pas di badan kamu.."  

"Oke, aku ganti baju dulu kalo gitu.."  

"Tunggu!" Adam tampak sibuk mencari handphone nya di saku celana, menekan beberapa tombol handphonenya, "Kita harus foto dulu.."  

"Buat apa sih, Adam..."  

"Hmm..." kulihat keraguan dimatanya, ia bahkan tidak dapat menjawab pertanyaanku. "Tadi, Mama minta foto baju kita.." tanpa menunggu jawabanku, Adam langsung meraih pinggulku, menarik kedalam pelukannya.  

Tidak ada yang dapat membaca pikiran Adam. Satu hari ia dapat sangat manis padaku, satu hari lainnya ia tampak begitu dingin dan angkuh. Ia bahkan pernah dalam satu hari tidak menegurku sama sekali, lalu besoknya membawa aku dan Adam jalan-jalan satu hari full.  

Begitu juga dengan rencana pernikahan ini. Kami sudah memilih wedding organizer ternama dibantu oleh Mama tentunya untuk menangani seluruh acara pernikahan kami dengan alasan tidak mau mengganggu jadwal Adam yang penuh, tapi seiring berjalannya waktu, Adam sendiri malah yang lebih sering mengajakku untuk mengurus pernikahan kami.  

Adam sedang turun di mini market saat kudengar handphone nya berbunyi, Alaia.  

Nama wanita itu yang saat ini tampak di layar handphone nya. Aku berusaha mengacuhi suara telfon itu sampai akhirnya satu pesan masuk, dari Alaia.  

'Syg, kamu dimana? Jd kan nanti ke apartemenku? I have surprise for tonite babe.'  

Jadi, disaat Adam sedang sibuk mengatur pernikahannya denganku, dia juga sibuk mengatur malamnya dengan Alaia? Aku memang bodoh. Sudah seharusnya aku sadar, Adam tidak pernah mencintaiku. Pernikahan ini hanya sandiwara, kenapa aku selalu terbuai dengan sikap manisnya kalau pada malam harinya ia tetap mencari wanita lain.  

Kuhapus air mataku begitu kulihat Adam keluar dari mini market. Ia tidak boleh melihatku menangis.  

***  

ADAM'S POV  

Kenapa sikap Elle mendadak dingin padaku? Ya dia memang selalu dingin, tapi kali ini... Ia benar-benar mengacuhkanku.  

"Halo.. Kapan?.... Aku nggak terima... Oke aku kesana sekarang."  

Elle pasti yang membuka pesan di handphoneku.  

"Elle!"  

Kulihat Elle sedang menyantap makan malamnya, seorang diri. Adam sudah terlelap, dan kini hanya tinggal Elle dan Aku.  

"Kamu yang buka sms di handphoneku tadi siang?"  

Elle tampak terkejut. Matanya tidak berani menatapku.  

"Udah berapa kali aku bilang jangan ikut campur dengan urusanku! Apa kamu nggak ngerti bahasa indonesia? Aku harus jelasin kamu dengan cara apa lagi Elle?"  

Elle masih terdiam. Ia tidak bisa selalu ikut campur, aku ingin dia pahami betul itu.  

"Kamu itu disini cuma menjalankan tugas sebagai ibu dari anak kita! Kamu nggak berhak menyentuh apalagi ikut campur dengan semua urusan pribadiku, ngerti?"  

Tanpa dapat kupercaya, Elle menamparku.  

"Aku juga nggak mau ada disini! Aku nggak pernah mau! Kamu yang selalu maksa aku Adam! Kamu yang selalu nahan aku disini." air mata Elle menetes di pipinya. Dan harus kuakui, aku tidak suka melihatnya menangis.  

"Kamu semarah ini, karena aku buka sms kamu, atau karena sms itu dari Alaia? Aku butuh waktuku sendiri, Adam. Aku titip anak kita, kamu nggak perlu cari aku, bilang ke Adam aku ada tugas mendadak di kantor, dan kamu nggak usah khawatir, aku akan kembali saat hari pernikahan kita nanti, aku janji."  

Detik itu juga kulihat Elle, keluar dari rumahku, membanti keras pintu masuk, dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

OURSWhere stories live. Discover now