4. Trapped

12.9K 1.4K 50
                                    

Jisoo meringis karena perih di kakinya. Rasanya kakinya sudah lemas. Ia sudah berjalan berjam-jam hanya untuk menemani sang bos dengan sepatu high heels yang membunuh. Sudah pasti kakinya lecet. Karena ia sudah berjalan mengelilingi pelabuhan yang luas. Bahkan ia tidak tahu apa tujuan mereka kesini. Si bos hanya melihat-lihat kontainer yang menurut Jisoo sama saja baik bentuk maupun warnanya.

"Bos, kapan selesainya? Aku lelah sekali," keluh Jisoo. Ia menyandarkan dirinya di kontainer terdekat. Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke leher dan wajahnya yang berkeringat.

"Kalau kau mau, kau tunggu disini saja. Suaramu menggangguku sejak tadi," kata Taeyong datar. Ia langsung pergi tanpa melihat Jisoo lagi.

Jisoo hanya cemberut dan langsung mencari posisi duduk yang nyaman. Ia menoleh ke kanan kiri hingga menemukan kotak kayu yang tergeletak begitu saja.

"Akhirnya," desah Jisoo lega setelah mendudukkan pantatnya ke kotak kayu. Ia meluruskan kakinya yang kesemutan.

"Sebenarnya bos kesini untuk apa?" gumam Jisoo pelan. Tangannya sudah gatal ingin melepas sepatunya. Tapi ia urungkan niatnya saat bunyi berisik mendekatinya.

Dengan cepat Jisoo bersembunyi di balik kontainer. Ia mengintip dari posisi persembunyiannya. Ia bisa melihat dua orang pria berbadan besar sedang berbicara pelan. Jisoo merasa mengenali salah satunya. Pria itu mirip bodyguard yang mendampingi sopir tadi.

"Kau sudah mendapatkan jadwal pengiriman barangnya?" bisik pria yang tidak Jisoo kenal.

"Sudah. Kau akan melepaskan putriku kan? Kau sudah berjanji," kata pria yang Jisoo tebak sebagai bodyguard Taeyong.

"Ahh, tenang saja. Mana berkasnya?" kata pria tak dikenal. Entah kenapa Jisoo merasa tidak percaya dengan ucapan pria itu.

Bodyguard itu nampak ragu sebelum mengeluarkan lipatan kertas dari saku jasnya. Pria tak dikenal itu langsung merebutnya. Tanpa diduga pria tak dikenal itu menusuk bodyguard itu.

Jisoo tidak bisa menahan rasa kagetnya. Ia membekap mulutnya rapat-rapat saat pria tak dikenal itu berubah waspada.

"Siapa disana?"

Jisoo memepetkan tubuhnya ke kontainer. Ia berdoa semoga pria tak dikenal itu tidak menemukannya.

"Kau membohongiku," kata bodyguard yang ditusuk itu. Ia memegangi perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

"Kau yang mudah tertipu, Park Sanchul. Kau bodoh," kata pria tak dikenal itu.

Bodyguard, Park Sanchul meringis sakit tapi tetap tegak berdiri. Ia mencoba menyerang pria tak dikenal itu. Tapi pria itu nampaknya tahi dan langsung menusuk punggung Sanchul. Tubuh Sanchul langsung roboh.

Jisoo meringis ngeri melihatnya. Tapi ia tidak bisa menolongnya sekarang. Ia sama saja bunuh diri jika keluar dari tempatnya bersembunyi.

"Selamat tinggal, Sanchul."

Pria itu pergi meninggalkan Sanchul tergeletak bersimbah darah. Beberapa detik kemudian Jisoo menghampiri Sanchul. Pria itu terduduk lemas sambil memegangi perutnya.

"Oh my God. Kau tidak apa-apa?" tanya Jisoo panik.

Sanchul mendongak dan langsung bertatap muka dengan wajah cemas Jisoo. Melihat Jisoo membuat Sanchul teringat pada putrinya, Chaeyoung. Ia lebih senang memanggil putrinya dengan nama Rose, nama kecilnya. Ia benar-benar bukan ayah yang baik karena tidak bisa melindungi putrinya sendiri.

"Aku akan meminta bantuan-"

"Wah wah, lihat siapa yang datang menolong."

Jantung Jisoo serasa berhenti berdetak. Ia berbalik dan melihat pria itu kembali dengan dua bodyguard di kanan kirinya, dan dua bodyguard lagi sedang mencekal seorang wanita.

Mafia in Suit 💝Where stories live. Discover now