9. Lost

13.1K 1.3K 36
                                    

Jisoo melirik sebal pada Taeyong yang duduk tenang di jet pribadinya. Ia masih belum bisa memaafkan bos nya itu. Mengingat kejadian kemarin membuatnya malu juga kesal. Malu karena Taeyong sudah melihat tubuhnya. Kesal karena ketidaksopanan si bos.

Sungguh... Ia merasa sudah ternodai. Ini pertama kalinya ada laki-laki yang melihatnya hanya mengenakan pakaian dalam. Kalau dipikir bos nya itu orang pertama yang menciumnya, orang pertama yang melihatnya setengah telanjang, dan orang pertama yang bisa menimbulkan desir aneh di hati Jisoo.

Tidak. Tidak. Jisoo tidak mungkin menyukai bos tampan tapi mesum dan kurang ajar itu kan?

"Pakai sabuk pengaman mu, sebentar lagi kita akan lepas landas."

Suara lantang Taeyong membuyarkan lamunan Jisoo. Ia hanya bisa mendengus kesal sambil membuang muka. Mencoba mengabaikan bos nya yang menyebalkan itu.

'Dasar bos mesum. Bisa-bisanya ia sesantai itu setelah melakukan tindakan tidak senonoh itu. Huft, dasar bos kurang ajar. Untung tampan, kalau tidak sudah ku puk-ehh, tidak, tidak, dia jelek. Tidak tampan. Arghhhhhh,' batin Jisoo bergejolak.
©

Taeyong sibuk mengutak-atik laptopnya. Sesekali ia melirik Jisoo yang sedang membaca majalah. Ingatannya selalu kembali pada kejadian kemarin setiap melihat Jisoo. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya. Jika tidak, pikiran kotornya akan terus berkembang biak.

Sial. Taeyong mengumpat dalam hati. Tubuhnya bereaksi cepat hanya karena mengingat kejadian kemarin. Bagaimana ia harus memuaskan diri dengan tangannya. Mandi air dingin tak mengurangi ketegangannya. Pikirannya terus bermuara pada belahan dada Jisoo. Perut Jisoo. Paha Jisoo.

Pikiran kotornya terus membayangkan bagaimana rasanya menyentuh kulit mulus Jisoo. Bagaimana jika ia menelurusi leher dan dada gadis itu dengan bibirnya.

Damn.

"Mr. Lee, ada yang ingin saya bicarakan," kata salah seorang bodyguard Taeyong.

Taeyong segera berdiri dan memimpin jalan menuju ruang kerja khusus di dalam jetnya. Begitu pintu tertutup rapat, ia berbalik pada bodyguard nya.

"Kami mendapatkan informasi jika anak buah Sinkey mengikuti anda ke Jepang. Seperti nya mereka ingin menggagalkan perjanjian jual beli anda dengan Tuan Kuchiki."

Taeyong terdiam sesaat. Kuchiki adalah klien pentingnya. Salah satu klan tertua di Jepang itu adalah konsumen utamanya dalam samurai. Ia memiliki perusahaan pedang di Mokpo yang ia ekspor ke Jepang. Ia selalu memastikan samurainya yang terbaik. Karena Kuchiki membeli banyak pedang, ia secara pribadi mengantarnya langsung ke Osaka.

"Kalian harus terus bersiaga. Suruh bawahanmu untuk menjaga Kuchiki juga. Telepon Johhny, beritahu dia untuk memantau CCTV di seluruh aset kita. Jangan sampai lengah," perintah Taeyong.

"Baik, Mr. Lee."

Taeyong menyisir rambutnya ke belakang. Tangannya menopang dagu untuk berfikir. Sinkey itu cukup licik. Ia harus berhati-hati. Apalagi...

"Damn. Kalau tahu begini, aku tidak akan membawanya ke Jepang bersamaku."
©

Jisoo memandang jalanan Osaka dengan penasaran. Ia memang tinggal di Jepang bertahun-tahun. Tapi ia tak pernah menjejakkan kakinya ke Osaka. Ia ingin menjelajahi Osaka sebentar. Tapi melihat bosnya, ia yakin tidak akan bisa melakukannya.

Setelah makan siang dengan Kuchiki, Taeyong langsung mengurus bisnis dengan Kuchiki. Jisoo sedikit-sedikit mengerti tentang kerja sama keduanya. Tapi ia hanya diam saja. Hal itu bukan urusannya. Ia hanya menemani bosnya. Ia hanya perlu mencatat jalannya meeting keduanya.

"Kau ingin jalan-jalan? " tanya Taeyong. Ia menatap lurus ke sosok Jisoo sejak tadi. Gadis itu begitu ekspresif. Hanya orang bodoh yang tidak bisa membaca keinginan gadis itu untuk menjelajahi Osaka.

Jisoo menatap Taeyong bingung. Sebelum menggeleng pelan. Kebohongan yang terlalu kelihatan.

Taeyong tersenyum kecil sebelum menghentikan mobil. "Kami akan jalan-jalan sebentar. Jangan ikuti kami."

"Tapi Mr. Lee, itu sangat berbahaya. Apa-"

Taeyong mengangkat tangannya. Mengisyaratkan pada bodyguard nya untuk diam.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku akan menjaga Jisoo. Kalian bersenang-senang saja."

Dengan itu, Taeyong menyeret Jisoo keluar dari mobil. Memasuki jalan kecil yang membawa mereka ke pasar malam.

Jisoo tersenyum senang melihat keramaian di sekitarnya. Ia menatap Taeyong dengan senyum yang masih tersemat di wajahnya.

"Terima kasih, Taeyong, " kata Jisoo lembut.

Taeyong terpana. Ia masih terbengong melihat senyum Jisoo yang sangat menawan. Andai saja gadis itu terus tersenyum seperti itu padanya, Taeyong akan menjadi pria paling beruntung di dunia. Sayang, gadis itu lebih sering menunjukkan wajah marah dan cemberut padanya.

"Hei, tunggu. Jangan terpisah dariku, bodoh, " kata Taeyong keras. Dengan sigap, ia mengejar Jisoo yang sudah hanyut di kerumunan orang yang memenuhi pasar malam.
©

"Bodoh."

Keluh Jisoo pada dirinya sendiri. Ia menatap sekitarnya dengan bingung. Ya, ia terpisah dari Taeyong. Hanya karena ingin membeli kalung yang entah kenapa ia pikir akan cocok untuk Taeyong.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jisoo pada dirinya sendiri. Ia melihat sekitarnya lagi dengan cemas. Kanan atau kiri.

Drttt

Hp di kantongnya bergetar. Dengan lega ia menerima telepon dari Taeyong.

"Ha-"

"Dimana kau?"

Teriakan keras Taeyong membuat Jisoo menjauhkan hp nya.

"Aku tidak tahu." Jisoo melihat sekitarnya. Malam semakin larut.

"Tetap di tempat dan jangan matikan teleponku. Kau dengar?"

"Iya."

Jisoo masih menempelkan hp nya di telinga. Ia memandang sekitarnya. Suasana mulai sepi. Tanpa bisa ia cegah, ia mulai merinding.

Jisoo menegang tiba-tiba. Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Tepat beberapa meter di sebelah kirinya ada beberapa pria berbadan besar yang berkumpul. Ada 3. Ketiganya berbicara sambil melirik ke arahnya.

Secara reflek Jisoo mundur dan ketiganya juga ikut bergerak maju. Jisoo merasa pria-pria itu memiliki maksud buruk padanya. Mengingat pada siapa ia bekerja, ia tak heran.

"Taeyong... " bisik Jisoo pada hp nya.

"Ada apa? Tetap disana, aku akan sampai sebentar lagi."

"Taeyong, ada orang aneh. Mereka terus melihat ke arahku," bisik Jisoo. Kakinya sudah mundur selangkah.

"Lari. Lari ke sebelah kananmu."

Tanpa membuang waktu Jisoo langsung lari ke arah kanannya. Ia melirik ke belakang dan melihat ketiga orang aneh itu mengejarnya.

"Mere-ka mengejar.... Tut tut... "
©

Tut tut tut tut

"Jisoo, hei kau mendengarku? Jisoo! Argh. Sial."

Taeyong segera berlari ke arah terakhir sinyal dari hp Jisoo terlihat. Ia merasa beruntung sekarang. Untungnya ia memasang pelacak di hp Jisoo.

"Berpencar, temukan Jisoo! " perintah Taeyong.

Ku mohon selamatkan Jisoo.
©

Mafia in Suit 💝Where stories live. Discover now