Struktur

1.3K 16 0
                                    

Semakin kecil semakin baik. Semakin sedikit semakin mudah. Ini konsep utama yang harus dijunjung tinggi oleh federasi pelajar dan mahasiswa. Permasalahannya, ia tidak boleh ditelan mentah-mentah. Kita memang tidak semata-mata bertujuan untuk menggalang sebanyak mungkin anggota. Tetapi kita harus percaya bahwa semakin banyak anggota federasi, maka ia akan menjadi kekuatan revolusioner yang potensial saat itu juga. Jadi, kecil dan mudah itu harus kita pahami dalam kacamata kolektif yang terdesentralisasi, otonom, namun berjejaring dengan kuat yang inter-dependensi.

Saat ini kita menghadapi permasalahan urbanisasi yang menyembabkan ketidakmerataan penyebaran populasi penduduk. Menjadi sangat banyak di suatu wilayah, namun sangat sedikit di wilayah yang lain. Ramalan ke depan akan menunjukan bahwa kecenderungan ini akan menjadi lebih besar lagi akibat desakan spesialisasi dan regionalisasi sektor ekonomi kapitalisme. Hal ini juga berpengaruh kepada sistem pendidikan kita. Perguruan tinggi yang berkualitas dan besar (jika memang benar demikian), terpusat di Jawa. Pun, walau di Jawa, sebenarnya hanya tersebar di beberapa kota besar. Sehingga di satu kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta misalnya, akan terdapat puluhan perguruan tinggi dan ratusan ribu mahasiswa. Target utama kita memang bukanlah mencari sebanyak mungkin anggota, tetapi kita tidak boleh menutup kemungkinan bahwa ribuan mahasiswa di suatu kota akan bergabung dalam federasi suatu saat nanti. Model organisasi konvensional seperti dapat kita saksikan pada kebanyakan organisasi saat ini, terbukti tidak akan bisa egaliter dengan kondisi seperti itu. Karena itu kita perlu mengenalkan model organisasi yang baru: sebuah organisasi horizontal untuk suatu wilayah yang luas bagi kota-kota besar.

Semakin banyak dan tersebar anggota federasi, maka kerja organisasi dan pengambilan keputusan akan menjadi tidak efektif dan efisien, yang justru akan berujung pada stagnansi dan penyerahan kerja pada semakin sedikit individu. Organisasi yang ideal adalah yang anggotanya berada dalam jarak strategis yang memungkinkan terjadinya pertemuan tatap muka secara berkala, akan lebih baik jika sudah saling mengenal pula. Dengan kata lain, model organisasi kita menuntut keberagaman bentuk sesuai dengan situasi dan kondisi di masing-masing wilayah.

Di Rojava, rakyat mengorganisir dirinya secara langsung dalam komune-komune dan membentuk dewan-dewan. Setiap komune mengirimkan delegasi terpilih ke dewan-dewan. Dewan kampung mengirim delegasinya ke kota, dewan kota mengirim delegasinya ke kota yang lebih besar, dan seterusnya. Setiap komune merupakan entitas mandiri, namun mereka terhubung satu sama lain melalui struktur konfederal yang bertujuan untuk koordinasi dan melindungi kepentingan publik. Ketika permasalahan tak bisa diselesaikan di level bawah, atau melampaui urusan dewan di tingkatan terendah, mereka mendelegasikannya ke tingkatan berikutnya. Instansi yang "lebih tinggi" haruslah akuntabel terhadap yang "lebih rendah" serta melaporkan setiap keputusan dan tindakannya.

Untuk kota kecil seperti Salatiga misalnya, yang hanya memiliki dua kampus berukuran sedang, satu konfederasi tanpa pemecahan apapun saya kira sudah cukup. Hal ini mungkin akan sulit untuk dilakukan di Yogyakarta. Federasi tersebut harus dipecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, bisa berupa unit di satu kampus UGM, satu lagi di UNY, dan satu di UMY. Karena itu federasi mahasiswa di Yogyakarta harus didesentralisasi. Kolektif-kolektif ini akan melakukan kerja dan pengambilan keputusan yang otonom. Bahkan jika memang diperlukan, kolektif di satu perguruan tinggi bisa dipecah lagi berdasarkan fakultas. Dengan demikian dalam situasi macam ini, akan ada struktur tiga jenjang dalam konfederasi di Yogyakarta: aras kota, aras universitas dan aras fakultas. Unit ini perlu kita berikan nama, bisa saja kolektif, majelis, dewan, kongres. Misalnya, Majelis Federasi UAD atau Kolektif Federasi Fakultas Filsafat UGM. Namun nama adalah urusan sepele, sangat artifisial dan bisa disepakati saat kongres federasi nasional untuk yang pertamakalinya.

Aras dalam struktur seperti ini jangan disamakan dengan hierarki yang menindas. Sebab dalam masyarakat anarkis yang dicita-citakan itu, tidak mungkin kita melakukan pertemuan langsung dalam skala yang lebih luas tanpa adanya lembaga sosial yang dapat memenuhi aspirasi kelas pekerja. Anarkis di Rusia misalnya mengembangkan Komunisme Dewan dalam bentuk soviet-soviet, ketika rakyat secara mandiri dan bersama-sama mengambil keputusan terkait urusan-urusan produksi dan publik. Tetapi Uni Soviet yang dipimpin Lenin sebenarnya jauh dari apa yang dimaksud dengan "soviet" yang sebenarnya. Segera setelah Bolshevik berkuasa, soviet-soviet tersebut segera ditundukan dengan pemerintahan yang tersentralisir. Kekuasan soviet-soviet tetap bertahan beberapa tahun, dan Bolshevik membutuhkan kerja keras untuk membalik alur perintah dari bawah (bottom-up) ini menjadi dari atas (top-down).

Untuk kota-kota besar, pembentukan federasi bisa dibentuk dari kampus masing-masing, kemudian dilakukan pertemuan besar untuk membentuk federasi kota, terutama jika terlalu calon anggota dianggap terlalu banyak. Namun jika jumlah calon anggota dianggap terlalu sedikit, maka satu konfederasi tanpa desentralisasi saja sudah sangat baik di masing-masing kota, termasuk di kota-kota besar. Ini juga lebih realistis.

Mengorganisir Mahasiswa AnarkisWhere stories live. Discover now