Aksi Langsung

220 4 0
                                    

Kasus kamerad kita di Untidar bukan bentuk aksi langsung (direct action) dan mungkin akan banyak dicibir oleh kamerad anarkis yang lain. Namun keberhasilan mereka perlu kita refleksikan untuk memperluas pandangan kita, untuk mencoba bereksperimen dengan segala macam cara dan mengangkat berbagai isu yang dirasa relevan, mendesak, dan sesuai dengan tujuan federasi. Salah satu cara yang paling saya anjurkan, sebagaimana kamerad Willy Vebriandy, tentu saja adalah aksi langsung itu sendiri.

Saya setuju dengan Willy bahwa dalam konteks gerakan mahasiswa, sabotase dan aksi langsung cukup relevan untuk digunakan sebagai strategi perjuangan. Dikatakan relevan, karena sabotase dan aksi langsung bukanlah seperangkat teori atau ideologi yang sifatnya kaku, melainkan hanya sebuah pengetahuan mengenai strategi bagaimana suatu perjuangan dilakukan. Karena bentuknya yang hanya berupa strategi, sabotase dan aksi langsung bersifat fleksibel ketika diterapkan. Artinya ia dapat digunakan dan dapat pula tidak digunakan tergantung latar masalah yang dihadapi.

Adapun bentuk sabotase dan aksi langsung yang dapat dilakukan tentunya beragam tergantung kesadaran individu dalam menyikapi suatu persoalan. Hal ini dikarenakan fondasi dasar dari sabotase dan aksi langsung adalah kesadaran individu untuk bergerak secara spontan tanpa perantara apapun di luar dirinya. Tiap mahasiswa bebas mengekspresikan sikapnya atas suatu persoalan tanpa intervensi siapapun. Dalam konteks mahasiswa, perantara di luar dirinya ini dapat berupa BEM atau berbagai organisasi ekstra kampus.

Salah satu bentuk sabotase dan aksi langsung yang bisa dicoba gerakan mahasiswa adalah dengan meniru strategi para pekerja pabrik ketika mogok kerja. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, para pekerja biasanya selain melumpuhkan pabrik dengan mogok kerja, mereka juga melumpuhkan pabrik dengan merusak atau membuat mesin produksi tidak berfungsi ketika mereka sedang mogok. Strategi ini dapat dipakai dengan melakukan aksi mogok kuliah sekaligus melumpuhkan semua aktivitas yang ada di kampus. Cara melumpuhkannya ini bisa berupa mengunci semua pintu ruangan yang ada di kampus, menggembok pintu gerbang, memberi lem di lubang kunci, atau mematikan listrik dan internet di seluruh kampus dengan meretas jaringan sistem elektronik kampus. Atau yang lebih jauh lagi, mahasiswa dapat langsung mengambil alih kampus dengan menduduki gedung rektorat, fakultas, dan berbagai tempat strategis lainnya guna dijadikan tempat beraktivitas seluruh mahasiswa. Bahkan mahasiswa juga bisa membakar kampus bila memang hal itu perlu dilakukan. Berbagai tindakan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memaksa pihak kampus untuk menuruti kemauan mahasiswa.

Contoh demonstrasi mahasiswa Chile tahun 2011-2012 lalu dapat menjadi gambaran. Kala itu, ratusan ribu mahasiswa di Chile turun ke jalan sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan. Bentuk demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa ini tidak sekadar diisi oleh orasi politik dari para pimpinan mahasiswa. Tapi juga diisi dengan berbagai aksi kreatif, seperti flash-mob massal, aksi bersepeda mengitari kota, hingga ciuman massal sebagai bentuk protes politik. Berbagai aksi kreatif ini dapat dikatakan sebagai perwujudan aksi langsung karena tiap mahasiswa melakukan berbagai tindakan itu secara spontan tanpa perantara siapapun di luar dirinya. Begitulah bentuk demonstrasi yang dijiwai semangat sabotase dan aksi langsung, demonstrasi menjadi panggung bersama di mana semua orang berhak meluapkan segala ekspresinya.

Audiensi pun bila didasari semangat sabotase dan aksi langsung bentuknya tidak akan menjadi seperti yang saat ini terjadi. Audiensi tidak akan hanya melibatkan segelintir mahasiswa, tapi justru akan melibatkan seluruh mahasiswa. Audiensi yang biasanya tertutup dalam ruangan, akan pindah ke tempat terbuka agar seluruh mahasiswa dapat terlibat dalam dialog. Hal ini dilakukan karena tiap mahasiswa berhak menyampaikan sendiri pendapatnya tanpa perlu diwakilkan oleh orang lain. Tentunya model yang demikian jelas berbeda dengan praktik audiensi yang berkembang dewasa ini.

Sabotase dan aksi langsung dapat memberikan alternatif strategi perjuangan di tengah mainstream strategi yang selama ini hanya itu-itu saja. Ada tiga alasan kenapa gerakan mahasiswa perlu memakai sabotase dan aksi langsung sebagai strategi perjuangan. Pertama, dengan sabotase dan aksi langsung, seluruh elemen mahasiswa akan dilibatkan dalam perjuangan menyikapi suatu persoalan. Seperti yang saya uraikan di atas, ketika sabotase dan aksi langsung digunakan, tidak ada lagi pewakilan ‘nasib’ kepada segelintir mahasiswa seperti yang selama ini ada dalam mekanisme audiensi. Semua mahasiswa berhak berpendapat, bergerak, dan berjuang sesuai kehendak dirinya dalam koridor perjuangan bersama menyikapi suatu persoalan.

Mengorganisir Mahasiswa AnarkisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang