Program Kerja

294 1 0
                                    

Saya sudah menjelaskan bahwa kita membutuhkan platform untuk federasi. Tuntutan minimum tidak lain adalah program kerja yang nyata dari federasi kota. Namun karena program kerja adalah urusan masing-masing federasi, saya tidak perlu banyak ikut campur. Terserah mereka hendak melakukan apa. Namun saya akan memberikan sedikit saran.

Program kerja tidak boleh melanggar prinsip-prinsip federasi. Prinsip-prinsip itulah yang membedakan kita dengan organisasi ekstra-kampus yang lainnya. Ia adalah manifestasi konkret dari ideologi sosialis libertarian. Melanggar prinsip tersebut berarti bertindak kompromis. Tapi, sejak kapan kita tidak boleh berkompromi? Maksud saya, tidak akan ada sanksi terhadap pelanggaran tersebut, apalagi jika mempertimbangkan situasi yang dihadapkan pada masing-masing federasi berbeda.

Sebagai organisasi mahasiswa, maka tidak mungkin pula ia menjadi menara gading yang jauh dari sawah, atau hanya menjadi gading tak berguna saat di tengah-tengah sawah. Ia perlu mengimbangi keduanya, antara kampus dan kampung, antara ruang kelas dan pabrik-pabrik, antara laboratorium dan ruang-ruang kota termarjinalkan. Berpropaganda, kita harus berada di tengah rakyat, dan di dalam asosiasi-asosiasi pekerjalah para pekerja dan serikat-serikat petani, kita menemukan rekan seperjuangan dan khususnya mereka yang paling bersedia untuk memahami dan menerima gagasan-gagasan kita. Kita juga perlu bergerilya di antara kerumunan mahasiswa yang tanpa arah itu,mengagitasi mereka.

Tak dapat dipungkiri bahwa propaganda dan pendidikan publik akan menjadi program setiap federasi. Publik harus mengetahui sedalam-dalamnya mengenai tujuan jangka panjang kita. Gelar “intelektual muda” mungkin akan membuat kesan bahwa diri kita merasa lebih tinggi dan kita memiliki tanggungjawab tertentu. Namun ini seharusnya tidak membuat kita untuk menyangkalnya, justru kita harus menyesuaikan diri dengan predikat tersebut. Publikasi-publikasi harus menunjukan kebenaran ilmiah yang mendalam, argumentasi dari fondasi kokoh, dengan landasan teoritik yang memadai.

Namun, sekalipun kita dapat berpropaganda sebanyak yang kita inginkan pada masyarakat dan teman-teman mahasiswa, upaya ini tidak akan memiliki dampak yang berarti pada mereka selama bahasa dan istilah yang kita gunakan terlalu mengawang-ngawang. Di samping segelintir orang-orang yang lebih terdidik dan memiliki kemampuan pemikiran abstrak dan entusiasme teoritis, para pekerja tidak dapat mencerna dan sampai pada anarkisme hanya dengan sekali-dua kali interaksi. Ia harus jelas tanpa melakukan penyederhanaan yang berlebihan. Karena itu yang paling penting: praktek!

Pemerintahan Mahasiswa

“Jika mahasiswa melihat dan mengalami langsung praktik egalitarian dalam pengambilan keputusan pada pemerintahan mahasiswa (student government), maka ia akan menjadi propaganda yang lebih efektif ketimbang menempel poster dan membagikan selebaran.”

Lembaga kemahasiswaan akan menjadi laboratorium yang menarik untuk menciptakan masyarakat kampus yang anarkis. Jika mahasiswa melihat dan mengalami langsung praktik egalitarian dalam pengambilan keputusan pada pemerintahan mahasiswa (student government), maka ia akan menjadi propaganda yang lebih efektif ketimbang menempel poster dan membagikan selebaran. Apakah bisa? Kita tidak tahu, tetapi kenapa tidak mencobanya?

Contoh menarik pernah dilakukan oleh kamerad-kamerad di UGM dalam upaya gagalnya membubarkan BEM KM UGM dan menggantikannya dengan swa-pemerintahan mahasiswa (student self-government), yaitu pemerintahan dari bawah, langsung oleh mahasiswa. Pembubaran itu tentu saja gagal, sebab mereka tampaknya tidak membangun basis massa mahasiswa yang kuat di tingkat rumput. Jika mereka sudah berhasil membangunnya, maka ia akan menjadi apa yang disebut oleh Murray Bookchin sebagai kekuatan ganda (dual power) terhadap kekuasaan lembaga kemahasiswaan formal. Di saat itulah, mungkin saja, walau belum mempunyai kekuatan politik yang resmi, ia punya kekuatan moral untuk mempengaruhi lembaga kemahasiswaan dari luar. Sehingga, cepat atau lambat, lembaga kemahasiswaan akan tunduk di bawah majelis mahasiswa demokratik, atau bubar dengan sendirinya.

Mengorganisir Mahasiswa AnarkisWhere stories live. Discover now