Chapter 2

193K 13K 212
                                    

May lalu menyerahkan sebuah buntalan yang telah disiapkannya pada Lou. Isinya adalah pakaian.

Pakaian untuk melarikan diri.

Ya, mereka akan melarikan diri.

--oOo--

Lou dan May bergegas mengenakan pakaian mereka. Setelah selesai, keduanya langsung menuju ke jendela. Kamar rias ini terletak di lantai dua, untuk ukuran orang normal, akan sulit untuk melarikan diri. Namun hal itu tak berlaku bagi keduanya yang merupakan parkour profesional.

Mereka dapat turun dengan mudah dan tanpa cedera. Setelah mengamati situasi sebentar, keduanya langsung melanjutkan rencana mereka. Saat ini bagian timur mansion belum terlalu ramai, karena hanya pesta malam yang akan diadakan di sana. Bagian timur mansion ini langsung berbatasan dengan laut dan jurang, jadi memiliki pemandangan yang bagus di malam hari. Bintang-bintang akan terlihat sangat jelas dari sana.

Kedua gadis itu terus mengendap-endap ke arah timur, karena ke arah sanalah jalur pelarian mereka.

Sementara itu, Malik mulai merasa curiga karena dia tak bisa mendengar suara apapun dari dalam kamar rias. Dia mendekati pintu dan mencoba membukanya, tapi pintu itu terkunci.

"Nyonya." Dia mencoba memanggil Lou, namun tak ada jawaban sama sekali.

"Nyonya," panggilnya lagi dan masih tak ada jawaban.

Malik mulai merasa ada sesuatu yang tak benar dan akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu. Pintu itu jebol dalam sekali dobrakan. Jantung Malik seolah berhenti melihat ke dalam kamar rias itu. Dua orang perias sudah pingsan, sementara Lou dan May tak terlihat dimanapun.

Malik melihat jendela terbuka lebar dan langsung mendekatinya. Namun dia tak melihat apapun yang mungkin bisa digunakan untuk turun. Bagaimana mungkin?

Malik segera turun ke bawah dan mencari bosnya. Dia mendapati Sean sedang berbincang dengan salah seorang tamu. Malik mendekatinya dan berhenti sejenak sampai Sean memberi kode bahwa dia boleh mendekat.

Malik mendekati Sean dan berbisik pelan, "Bos, nyonya menghilang."

Sean hanya memasang ekspresi datar, sebelum akhirnya berpamitan pada lawan bicaranya. Dia mengikuti Malik ke kamar rias. Sean menatap kamar itu dalam diam, lalu mendekati jendela.

Sean menatap ke bawah, ketinggian itu cukup untuk mematahkan kaki bila seseorang melompat secara asal-asalan. Jadi, bagaimana Lou bisa menghilang? Apa dia diculik? Memikirkan pendapat ini, Sean mulai kehilangan ketenangannya, biar bagaimanapun, dia tidak bisa meremehkan situasi ini.

"Tuan, nyonya seorang parkour profesional." Salah seorang bawahan Sean melaporkan.

"Oh?" Sean menatap ke jendela sekali lagi dan sebuah perkiraan muncul di kepalanya. Dia melarikan diri?

"Cari ke semua tempat, tapi jangan sampai orang lain tahu," perintah Sean sebelum melompati jendela. Dia menuruninya dengan tenang dan mendarat dengan sempurna,

Sean memeriksa tempat itu dan mengeryit. Kemana Lou akan kabur? Hanya ada jurang dan laut di depan sana. Sean lalu berjalan tenang ke arah pagar pembatas jurang. Dia melihat seseorang di dekat pagar pembatas. Orang itu langsung berbalik setelah Sean berdehem.

Itu adalah Anthony, kakak tertua Lou sekaligus sahabat Sean. "Ada apa?" tanya Anthony.

"Lou menghilang, kemungkinan besar melarikan diri," jawab Sean acuh tak acuh. Anthony hanya menghela napas pelan. Sebenarnya keduanya sudah menduga Lou mungkin akan berulah. Dengan sifat keras kepala gadis itu, mana mungkin dia bisa menerima perjodohan ini begitu saja.

Really? We got married? [REVISI]Where stories live. Discover now