Chapter 3

171K 12.1K 66
                                    

"Telepon siapa itu?" tanya May panik.

Lou masih bersikap tenang dan mengambil celana basahnya. Lalu mengeluarkan sebuah ponsel pintar dari dalam saku celana itu. May membelalak kaget dan langsung menerjang Lou saat itu juga.

"Apa yang kau lakukan, Gila? Kita bisa dilacak," teriak May kesal.

--oOo--

Sean masih berwajah datar saat dia masuk ke mansion. Dia segera mencari Albert, putra ketiga Keluarga Arnauld. Dia adalah seorang ahli IT yang cukup terkenal, salah satu saingan Lou dalam dunia hacking.

Albert hampir mati karena tertawa saat dia mendengarkan penjelasan Sean. Setelah dengan susah payah mengendalikan rasa geli di perutnya, dia mulai bergerak dan mencoba melacak keberadaan Lou.

Albert mulai dengan memeriksa kamera pengawas yang ada di sekitar mansion. Namun dia dibuat terdiam karena hampir tak ada satupun jejak Lou yang tersisa. Gadis itu sepertinya sudah mengetahui letak semua titik buta kamera pengawas. Satu-satunya kamera yang menangkap rute pelarian gadis itu adalah saat dia terlibat perkelahian dengan Sean di bagian timur mansion.

Albert tak bisa berkata-kata dan hanya bisa menghela napas. Adiknya yang satu itu memang sangat sulit diatur. Justru aneh memang kalau dia tidak menimbulkan masalah.

Setelah sedikit kerja keras, Albert akhirnya mendapatkan sebuah petunjuk dengan melacak ponsel Lou. Berdasarkan letak lokasi ponsel itu, Albert dapat menyimpulkan bahwa Lou dan May pergi ke bandara.

Albert dengan wajah bangga menemui Sean dan memberitahunya bahwa dia telah menemukan Lou. "Dia menuju bandara sekarang," ujar Albert dengan senyum bangga.

Sean memicingkan matanya menatap Albert. "Semudah itu?" tanyanya dengan wajah datar. Dia sedikit tak percaya.

"Ya, apa lagi memang?" Albert menatap Sean dengan wajah tak puas. Dia seolah bisa merasakan tatapan meremehkan yang berasal dari Sean.

Sean tak menanggapi Albert dan langsung berkata pada Anthony. "Kita akan ke bandara," ujarnya sebelum pergi.

Anthony hanya diam dan mengikuti Sean. Sementara itu Albert yang merasa sangat diabaikan juga mengikuti kedua pria itu dengan wajah tersakiti.

Albert bisa secara samar mendengar bahwa Sean memerintahkan orangnya untuk memastikan bahwa berita tentang menghilangnya Lou tak menyebar. Barulah setelah itu mereka pergi bersama beberapa anak buah mereka.

Mereka menempuh perjalan dengan santai tanpa ada kesan terburu-buru. Sean pun tetap diam dengan wajah tenangnya, seolah dia sudah sangat yakin bahwa dia bisa menemukan Lou dengan mudah.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, mereka tiba di bandara. Sean langsung memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa bandara dan menjaga setiap pintu keluar. Sementara itu Sean menemui petinggi bandara itu dan memaksa mereka untuk sementara menunda penerbangan.

Pihak bandara sama sekali tak punya pilihan selain menurut. Menghadapi tiran seperti Sean, mereka hanya bisa menunduk sambil menahan tangis.

Sementara anak buah Sean mencari, Albert memanfaatkan kemampuannya untuk mencari Lou juga. Dia mulai kembali melacak ponsel Lou dan menemukannya berada di salah satu pesawat yang siap lepas landas dengan tujuan Seattle-Istanbul.

Albert menyeringai senang, sangat puas dengan kemampuannya. Dengan bantuan beberapa anak buah Sean, dia langsung memasuki pesawat itu. Dengan wajah senangnya dia menghampiri sebuah kursi dan menarik lengan wanita yang duduk di kursi itu.

"Kau siapa?" Albert bertanya dengan wajah terperangah.

"Apa kau idiot?! Akulah yang seharusnya bertanya!" sembur wanita itu kasar. Dia dengan paksa menarik tangannya yang masih dicengkram Albert sambil melayangkan sebuah tamparan panas ke wajah tampan pemuda itu.

Really? We got married? [REVISI]Where stories live. Discover now