2: Penyesalan dan Kenyataan

47K 2.8K 161
                                    

Kesan pertama yang dirasakan Aqueena saat tiba-tiba pandangannya berubah dari tebing yang dipenuhi bunga Dandelion menjadi hutan belantara adalah takut. Aqueena seperti berteleportasi ke tempat yang sama sekali belum pernah dilihatnya.

Hutan itu gelap dan sulit ditembus matahari sehingga penglihatan Aqueena sedikit meremang. Pohon-pohon terlihat sudah tua dan memiliki akar menjuntai ke bawah. Tidak ada suara apapun di hutan itu selain suara gesekan kaki Aqueena yang terperangah karena hal aneh ini.

Tubuhnya bergetar, dadanya terasa sesak, ini tidak masuk akal menurutnya. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan beruntun di kepala Aqueena. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bukit dandelion berubah menjadi hutan? Apa mungkin dirinya berpindah tempat? Atau mungkinkah fatamorgana? Atau yang lebih parahnya, dia diculik dan disembunyikan oleh orang tak kasat mata yang disebut orang bunian.

Aqueena dengan segera menepis pikiran parnonya. Gadis itu cepat-cepat tersadar bahwa ini bukanlah dunia fantasi anak-anak. Aqueena memang menyukai kartun, tetapi dia bukan anak kecil lagi yang masih percaya dengan adanya hal yang berbau mistis. Itu hanya cerita pengantar tidurnya saat kecil, karena cerita Cinderella dan Snow White tak mampu membuatnya tertidur.

Aqueena bergeming. Dia tanpa sadar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Untuk saat ini dia tidak bisa berpikir jernih, pikirannya dipenuhi dengan mistis dan juga hewan buas yang mungkin menerjangnya karena ini adalah hutan.

Tanpa beranjak dari posisinya, Aqueena mengusap kasar wajahnya, dia lagi-lagi menggaruk tengkuknya, dan tanpa sadar dia bergumam, "aku takut... Aku ingin pulang!"

Tiba-tiba saja keadaan seperti tadi terulang lagi. Penglihatannya menjadi gelap lagi. Entah apa lagi yang terjadi sekarang, dia sama sekali tak tahu. Aqueena merasakan kepalanya berputar lagi seperti tersedot ke lubang waktu. Lagi-lagi Aqueena merasa mual, perutnya meronta ingin mengeluarkan segala isinya.

Tak tahan dengan keadaan seperti ini, Aqueena memilih memejamkan matanya tak ingin menyaksikan hal aneh lainnya yang mungkin saja terjadi lagi. Mencoba membuka mata adalah hal yang ditakuti Aqueena setelah kejadian tadi. Tetapi dia tidak bisa terus saja bergeming sambil meram. Akhirnya, dengan perlahan Aqueena membuka mata setelah merasakan adanya cahaya yang sedikit menusuk matanya.

Dan benar! Keanehan itu terjadi lagi, bedanya sekarang dia berada di tebing yang dipenuhi bunga dandelion yang bertebaran di udara—seperti kapas yang sengaja dihamburkan.

Alangkah bahagianya Aqueena saat menyadari bahwa dirinya berada di tempat semula. Gadis itu tersenyum lebar, lalu detik berikutnya senyuman itu pudar karena masih memikirkan sesuatu. Dia merasa kondisi kejiwaannya sedang tidak baik. Setelah ini apa seharusnya dia menemui Psikiater? Sesungguhnya Aqueena tidak ingin gila di usia muda.

"Aqueena!!" Suara femiliar memanggilnya. Refleks, Aqueena berbalik dan menatap pada si empunya suara yang berlari menghampirinya. Evelyn berlari sembari memegangi gaut putih yang dikenakannya. Mamanya itu tak sendiri, melainkan bersama seorang pria bertubuh tegap yang rahangnya terlihat sangat kokoh. Aqueena yakin pria itu adalah calon suami mamanya.

"Pergi!!" hanya kata itu yang dapat dia ucapkan. Aqueena menghapus kasar air matanya yang sedaritadi masih menempel di pipinya. "Pergi!! Aku nggak mau lihat Mama lagi."

Evelyn tak mengindahkan pengusiran. Wanita setengah baya itu berjalan ke arah Aqueena dan berusaha menangkap tubuh Aqueena agar bisa dipeluknya. Dengan kasar ditepisnya tangan mamanya, dia merasa tak sudi disentuh oleh orang yang telah menyia-nyiakannya dan mengkhianatinya, meskipun orang itu adalah mamanya.

"Maafin Mama. Mama hanya nggak tahu gimana caranya beritahu Nana. Mama sungguh nyesal." Kini giliran Evelyn yang meneteskan air mata. "Mama selalu sayang sama Nana, Mama nggak mau nyakitin kamu dengan rencana pernikahan Mama. Mama nggak mau Nana benci sama Mama. Mama mohon, maafin Mama!"

The Magic Stone: Crystalball [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz