7: Magical World

30.5K 1.9K 105
                                    

Langit-langit kamar berwarna kecokelatan, jendela kaca yang terletak di dekat meja belajar sebagai sumber masuknya cahaya, dua tempat tidur yang berada di pojok ruangan berbataskan nakas, dua meja belajar dan dua lemari, kamar mandi yang berada di sudut ruangan—tepatnya di samping lemari, dan rak sepatu yang letaknya berdekatan dengan lemari. Itulah yang ditangkap mata Aqueena kala dirinya memasuki kamar yang bertuliskan '207' di pintu, yang mulai sekarang akan menjadi rumahnya. Tidak ada yang istimewa, sama seperti kamar asrama biasa.

Beberapa menit yang lalu, seorang wanita berusia kira-kira akhir 40-an menghampiri Aqueena ketika gadis itu sedang duduk di taman, lalu menyuruh Aqueena mengikutinya. Reaksi pertama saat melihat wanita paruh baya itu adalah terkejut. Bagaimana tidak, wanita itu memiliki tampang bengis, tubuhnya (mungkin) sebesar karung beras isi 100 kg, rambutnya digulung ke atas hingga memperlihatkan wajah bulat serta dagu yang berlipat dua, lipstick merah mengoles bibir tebalnya, dan sepatu hak tinggi yang berukuran kecil di kakinya yang hampir sebenar kaki gajah.

Wanita itu adalah Mrs. Berta, kepala asrama perempuan sekaligus satpam asrama perempuan, tetapi bukan tukang cuci dan bukan pembantu, begitulah katanya saat mereka berjalan menuju asrama. Wanita bertubuh besar itu mengantar Aqueena ke kamarnya, lalu memberikan secarik kertas yang berisi mantra, katanya itu adalah kunci kamar Aqueena. Katanya juga, Aqueena tidak boleh melupakan mantra itu, karena setiap kamar memiliki mantra yang berbeda sehingga jika Aqueena melupakannya, maka otomatis kamar Aqueena tidak akan bisa dibuka.

Aqueena merebahkan tubuhnya di ranjang yang dibalut sprey berwarna merah marun. Matanya memperhatikan langit-langit kamar. Polos dan kosong, sama seperti suasana hatinya. Tiba-tiba gadis itu teringat mamanya yang berada di dunia manusia. Aqueena yakin jika dirinya tidak pulang barang seharipun, mamanya pasti akan panik luar biasa.

Mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur, Aqueena takkan bisa pulang. Dia tahu pilihannya salah, akan tetapi Aqueena tak ingin menjadi bahan ejekan masyarakat. Cukup sampai di situ saja penderitaannya, dia tak ingin menambahnya lagi.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Aqueena. Dengan rasa malas, gadis itu membuka pintu kamarnya dengan membacakan mantra. Yang pertama dilihatnya adalah rambut kuncir dua yang berwarna kepirangan. Lalu dia beralih pada wajah mungil yang tersenyum padanya. Gadis itu adalah orang yang sama saat di ruang kesehatan. Dia adalah penjaga ruang kesehatan yang sempat diusir Aqueena dengan berteriak keras. Melihat gadis itu tersenyum kepadanya membuat Aqueena sedikit merasa bersalah.

"Kau belum bersiap-siap?" tanya gadis itu dengan ceria. Senyumnya mengembang, membuat Aqueena tak enak hati untuk mengusirnya.

"Emangnya mau kemana? Ini udah malam," jawab Aqueena malas.

"Karena ini sudah malam, makanya kita harus pergi ke ruang makan. Malam ini akan diadakan makan bersama dengan para guru dan kepala sekolah. Setiap hari selasa, kita semua wajib berkumpul untuk makan malam bersama. Ini tradisi sekolah. Pasti seru jika kita datang paling akhir. Karena biasanya yang datang paling akhir akan dapat meja paling depan. Biasanya, para pangeran akan berada di meja paling depan bersama anggota OSIS, makanya kita harus bergabung. Mereka semua..." gadis berkuncir dua itu terlalu antusias menjelaskan. Wajahnya tersipu entah kenapa. Aqueena merasa gadis yang satu ini mungkin sedikit miring. "....mereka semua terlalu tampan! KYAAAA!!!"

Respon Aqueena hanya ber-oh-ria. Baik dunia sihir maupun dunia manusia, semuanya sama saja. Pasti akan ada pembully yang sok cantik dan lelaki yang dipuja para gadis bagaikan dewa karena ketampanannya. Hal ini benar-benar membuat Aqueena muak. Menolak pergi mungkin Aqueena tak bisa, karena terikat peraturan sekolah, dan pantang bagi Aqueena melanggar aturan.

Tak ada salahnya ikut makan malam bersama, setidaknya Aqueena dapat mengenal dan tahu dimana letak ruang makan. Dengan begitu, dia tak perlu repot bertanya dimana letak ruang makan ketika lapar. Aqueena memasuki kamar dan mengganti bajunya, lalu pergi ke ruang makan bersama gadis itu.

The Magic Stone: Crystalball [END]Where stories live. Discover now