5: Sekolah Aneh yang Mengagumkan

33.1K 2K 61
                                    

Suara hentaman keras membangunkan tidur panjang Aqueena. Terkejut dengan suara hentaman itu membuat Aqueena refleks berlari menuju beranda rumah pohon. Panasnya cahaya matahari pagi merasuki kulit Aqueena. Gadis itu tersadar bahwa dirinya telah tidur selama 13 jam.

Mata Aqueena setengah terbuka saat dia menuju beranda. Gadis itu mengucek matanya hingga penglihatannya jernih. Kesadarannya masih belum total, karena keterkejutan membuatnya linglung.

"Hoam!!" Aqueena menguap lebar tanpa pandang kiri kanan. Dia melupakan satu hal, bahwa sekarang dirinya tidak sendirian, ada seseorang yang memperhatikannya.

Mata Aqueena tiba-tiba terbuka lebar disertai kedua tangan dan sebelah kaki yang terangkat kala menyaksikan pemandangan yang tak biasa di depannya. Fischer terhenyak di lantai seraya mengelus bokongnya yang mendarat total, sehingga menimbulkan rasa sakit yang teramat. Lelaki itu memperhatikan Aqueena yang tengah berdiri, lalu detik berikutnya dia mendesah.

"EKSPRESIMU BERLEBIHAN!!!"

Belum sempat Aqueena mengucapkan kata sapaan, Fischer terlebih dahulu berteriak hingga suaranya mampu membuat Aqueena tersadar total. Wajah lelaki itu memerah kala menyaksikan Aqueena berdiri dengan pose tak biasa. Detik berikutnya, suara tawa Aqueena mengguncang rumah kayu. Gadis itu tertawa memegangi perutnya sembari menunjuk Fischer yang sekarang sedang dilanda rasa malu. Bukannya apa, sebagai seorang ahli sihir yang punya pedang Red Combat disertai orang pertama yang mampu melakukan teleportasi antar dimensi, Fischer merasa terhina terjatuh disebabkan oleh teleportasi yang tak sempurna.

"BERHENTI TERTAWA!!!" Fischer kembali membentak, namun tak membuat Aqueena takut terhadapnya. "Aku sedikit kesulitan. Bantu aku berdiri!"

Aqueena menghentikan tawanya karena merasa tidak baik tertawa diatas penderitan orang lain. Namun di sisi lain gadis itu merasa kesal karena lagi-lagi Fischer bersikap kasar padanya. "Sudah tahu mau minta bantuan, kenapa malah teriak-terika! Cih!!"

"Jangan banyak bicara! Bantu aku!!"

Aqueena perlahan mendekati Fischer yang masih terhenyak di lantai. Hampir saja tawa Aqueena kembali keluar, tetapi gadis itu menahannya agar Fischer tidak lagi membentak karena rasa malu. Akhirnya, Aqueena hanya tersenyum seraya tawanya yang tertahan.

"Kenapa kau tersenyum? Ini tidak lucu!!"

Akan tetapi, Aqueena masih saja tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. Lalu detik berikutnya, dia tak sanggup lagi menahan tawanya hingga, Bom!! Tawa lepas gadis itu kembali meledak.

Wajah Fischer benar-benar memerah total karena merasa malu mendapatkan tawa ejekan dari Aqueena. Memangnya apa yang lucu dari seseorang yang terjatuh. "Ini tidak lucu, tidak usah mentertawaiku!"

"Oke! Oke! Habisnya ekspresi kamu lucu kalau lagi nahan sakit. Apalagi di pantat." Aqueena kembali tertawa. "Pasti udah merah. Mau diperiksa? Kalau nggak nanti kamu nggak bisa cebok!"

"TIDAK LUCU!!" bentak Fischer lagi, ekspresinya begitu bengis persis seperti kemaren ketika dia membentak Aqueena. Hal itu membuat Aqueena menghentikan tawanya dengan kepala tertunduk.

"Sekarang bantu aku!"

"Dasar makhluk labil! Mau minta bantuan malah marah," gumam Aqueena.

Fischer mengabaikan Aqueena. Lelaki itu mengulurkan tangannya agar Aqueena membantunya berdiri, karena Fischer sedikit merasakan sakit di bagian pinggangnya sehingga dia kesulitan untuk bangkit sendiri.

Aqueena membantu Fischer berdiri dan mendudukkan Fischer di kursi kayu. Ringisan kecil keluar dari mulut Fischer disertai suara tulang yang retak, Aqueena dapat melihat urat Fischer sedikit bergeser, tetapi hal itu tidak fatal karena Fischer masih sanggup berdiri.

The Magic Stone: Crystalball [END]Where stories live. Discover now