06 : "The Letter"

325 49 12
                                    

Setelah meletakkan setangkai bunga lili putih segar dan membungkuk hormat, Taehyung mengalihkan pandangan pada Jungkook yang sedaritadi berdiri dengan kepala tertunduk di samping bibinya. Kakinya kemudian refleks mendekati lelaki itu dan kembali memeluknya erat. Ia bisa merasakan tangan Jungkook membalas pelukannya sambil menggumamkan rasa terima kasih yang terlampau tulus, menyerang hati kecil Taehyung yang saat ini sedang meratapi kesedihan. Tak ingin membiarkan hati kecilnya sekarat, Taehyung menarik diri, menepuk pundak Jungkook dan pergi meninggalkan lelaki itu sejenak ke tempat pengunjung yang sudah ramai dengan orang-orang tua yang asik berpesta soju.

"Taehyung-ssi!"

Taehyung akhirnya duduk bersama Kim Ssaem yang juga sedang menikmati soju seorang diri. Karena dirinya tidak terbiasa minum minuman keras, ia hanya menuangkan soju pada gelas Kim Ssaem sembari mendengar obrolan wanita itu.

"Aku benar-benar tidak menyangka hidup Jeon Jungkook seperti ini. Oh, astaga...." Kim Ssaem menenggak segelas soju sebelum melanjutkan ceritanya, "Jeon Jungkook itu... sangat dipuja di sekolah. Semua guru dan murid perempuan menyukainya. Ia juga ramah dan selalu tersenyum pada siapa saja. Selama ini ia menjalani hidup layaknya figur sempurna, tapi dibalik itu semua, aku tidak menyangka akan seburuk ini."

Senyuman miris tersungging, Taehyung menarik napas panjang sambil kembali menuangkan soju pada gelas Kim Ssaem. "Ya, ia menjalani hidupnya dengan terlalu baik...." Taehyung menggantungkan kata-katanya di udara dan memiih untuk melanjutkannya dalam hati. Karena itu aku menyayanginya, aku ingin terus melindunginya, di sampingnya.

"Sebagai wali kelas, aku tentu sangat kecewa dengan diriku sendiri karena tidak tahu apa yang muridku alami selama ini. Aku bahkan selalu memarahinya karena ia tidak pernah menunjukkan orangtuanya padaku atau pada saat pertunjukan seni."

"Tidak apa-apa, Seonsaengnim. Jangan merasa bersalah seperti itu, menurutku Seonsaengnim sudah memberikan yang terbaik untuk Jungkook di sekolah." Taehyung mencoba menanggapi.

Kim Ssaem menghembuskan napas keras setelah meminum satu tegukan langsung. "Oh iya, apa kau kakak kandungnya? Kupikir Jungkook itu anak tunggal?"

"Ah, bukan, aku bukan keluarga kandungnya. Sebenarnya, aku hanya seorang 'Hyung kenalan'. Kami bertemu dengan tidak sengaja di jalan, lalu kami berteman hingga dekat seperti ini." sepertinya Taehyung terlalu banyak menjelaskan.

Kim Ssaem mengangguk-angguk. "Seperti takdir ya... Apa Jungkook sempat menceritakan masalahnya padamu?"

Taehyung kontan menggeleng pelan. Sihirnya memang tahu kalau Jungkook punya masalah hebat yang berdiam di hatinya, tapi Taehyung sendiri terus menahan diri untuk tidak menelusuri masalah itu dan menunggu Jungkook untuk memberitahunya, tapi sepertinya Jungkook enggan untuk membuka masalah itu secara detail padanya dan ia akhirnya mengerti betapa buruknya masalah ini hingga bocah menggemaskan itu tak mau berbicara.

Melihat itu, Kim Ssaem tiba-tiba berbicara dengan suara pelan, "Itu berarti kau tidak tahu mengapa kabar buruk ini mendadak datang?"

Kali ini Taehyung mengangguk polos dan segera disambut cerita panjang Kim Ssaem, "Tadi sebelum kalian datang, Bibi Jungkook menceritakan semuanya padaku...," ucap Kim Ssaem—mengawali ocehannya.

"Jadi, Ibu Jungkook meninggal karena sakit keras yang sudah lama dideritanya. Ia sempat dirawat di rumah sakit sejak kemarin tanpa sepengetahuan Jungkook. Kata Bibinya, Ibu Jungkook sakit-sakitan karena masalah dengan Ayah Jungkook,"—Kim Ssaem terus memperkecil volume suaranya hingga terdengar seperti bisikan, Taehyung turut mendekatkan kepalanya pada wanita itu—"Aku dengar, masalah finansial mereka cukup berat. Ayah Jungkook—Tuan Jeon—memang menghasilkan uang dari pekerjaannya sebagai pegawai kantoran, namun semua gajinya itu justru dihambur-hamburkan untuk berselingkuh."

Spring Day (BTS FANFICTION)Onde histórias criam vida. Descubra agora