07 : "Falling"

299 49 18
                                    

Kereta sudah melaju di tengah-tengah perjalanan. Tatapan Kim Taehyung masih kosong, alisnya menyatu, sesekali air matanya menetes keluar lalu cepat-cepat ia seka. Rasa bersalah itu masih memenuhi relung nuraninya, ia tidak tahu harus berbuat apa selain meratapinya seperti ini.

"Taehyung-ssi, aku minta maaf. Aku juga tidak bermaksud—"

"Sudahlah," potong Taehyung yang enggan menatap Kim Namjoon yang duduk di hadapannya. "Toh, aku tidak bisa kembali lagi."

Namjoon hanya memutar bola matanya seraya menghempaskan napas dengan keras. Ia hendak menyandar pada bangku penumpang untuk beristirahat menghadapi perjalanan yang panjang, namun perkataan Taehyung sontak membuat matanya terbelalak.

"Ceritakan padaku, bagaimana bisa kau bertemu dengan penyihir tampan itu," pinta Taehyung.

"Kim Seokjin, maksudmu?" balas Namjoon cepat.

"Yeah, siapapun itu, aku ingin tahu, bagaimana dia bisa bersamamu."

"Ceritanya sangat panjang. Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Ya... kau tahu, kan kalau penyihir sepertimu bisa melihat isi hati makhluk lain? Begitu juga Seokjin—"

"Ah, tunggu," Taehyung kembali memotong, "Jadi Kim Seokjin itu bisa melihat hatimu? Kau, kan bukan manusia? Bagaimana bisa?"

"Justru aku ingin tahu itu dan hendak bertanya padamu, tapi kau saja tidak tahu jawabannya."

Taehyung mendecih, lalu kembali menatap pemandangan dari jendela kereta. "Tapi harus kuakui, hubungan kalian sangat aneh."

"Hmm... memikirkan hubunganku yang aneh itu membuatku lelah," kata Namjoon seraya menguap lebar. "Jangan tanya apa-apa padaku lagi. Privasi orang sepertiku ini sangatlah penting."

***

Setelah menghabiskan sebagian besar harinya bersama perjalanan yang sangat panjang, Kim Taehyung akhirnya tiba di tempat itu—tempat asalnya yang tak bernama, tempat ibunya berada, tempat tinggalnya yang pertama dan terakhir. Dengan pengawasan Namjoon yang terus berpikir bahwa ia bisa saja kabur kembali ke stasiun, ia pun sampai di depan rumah yang sudah ia tinggalkan selama bertahun-tahun itu.

Taehyung sebenarnya hendak mengusir Namjoon sebelum ibunya muncul dan kecewa mendapati anaknya malah pulang dalam pendampingan oleh makhluk seperti Kim Namjoon. Tapi waktu tak mengijinkannya bertindak lebih cepat karena pintu rumah mendadak terbuka dan benar saja, sosok ibu Taehyung terlihat dengan raut wajah bingung. Baru beberapa detik kemudian, ketika manik mata sang ibu terpaku pada anak laki-lakinya, barulah tangan tuanya membawa putranya dalam pelukan.

"Aku tahu... aku janji akan menyerahkannya ketika waktunya datang. Sekarang, pergilah," ucap ibu Taehyung yang nadanya merendah pada Kim Namjoon.

.

.

.

Dengan sihirnya, ibu Taehyung tentu sudah tahu dari jauh-jauh hari kalau anak satu-satunya itu akan kembali hari ini. Walaupun berat hati karena anaknya kembali bukan untuk alasan yang membahagiakan, ibu Taehyung tetap mempersiapkan semuanya—membersihkan rumah dan kamar hingga membuat banyak masakan kesukaan Taehyung.

"Taehyung-a, kenapa diam saja? Nanti nasimu dingin, lho," kata ibu Taehyung lembut seraya turut duduk di hadapan anaknya.

Taehyung menggeleng, menyunggingkan senyum lebar dengan wajahnya yang lelah. "Aku ingin terus melihat wajah Ibu...."

Senyum ibu Taehyung refleks tersimpul, tangannya yang sudah memegang sumpit langsung mengambil sepotong lauk dan meletakkannya di atas nasi milik Taehyung. Tak ada yang bisa dikatakannya selain terus memasang senyum atau air matanya akan mengalir keluar.

Spring Day (BTS FANFICTION)Where stories live. Discover now