Everything is Grey Under This Sky

1.8K 134 23
                                    

Bangku dari kayu ek cokelat tua tanpa ukiran di depan pohon mahoni tua yang dipenuhi gugusan daunnya yang menguning menjadi tempat awal pertemuanku dengannya, Jeon Jeongguk yang kelabu.

Aku mengingatnya dengan jelas, bagaimana sore itu jatuh bergulir bersamaan dengan dedaunan yang gugur meninggalkan rumahnya. Guratan kuning kemerahan mencoreng langit yang angkuh dalam istananya. Musim gugur kali ini lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya, kupikir laporan cuaca itu tidak salah. Dengan sketchbook tergenggam erat di antara jemariku, aku berjalan menyusuri taman.

Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan seni yang sejujurnya sedang kalang kabut karena projek akhir sebagai syarat kelulusanku tidak kunjung selesai, berkelana di luar rumah selalu menjadi pilihanku untuk menyegarkan kepala, sekaligus untuk kabur dari ocehan orangtuaku tentang bagaimana aku seharusnya sudah lulus tahun lalu.

Saat itulah aku melihatnya. Dengan dalih membutuhkan model sebagai tugas kuliahku, entah bagaimana aku berani mendekatinya. Lelaki dengan celana kain panjang yang sebagian besar tertutupi dengan mantel hitam yang duduk di bangku taman dengan pandangan lurus itu tidak banyak bereaksi saat aku duduk di sampingnya.

Aku mengingatnya dengan jelas pula, bagaimana sosok tegap itu tidak pernah gagal untuk membuatku terpental, seakan tertampar keras oleh setiap pertanyaan yang dilontarkannya.

Warna menjadi topik pembahasan pertama kami. Sebagai seorang pemuda yang ingin menjadi seniman, warna tentunya mengambil peran terpenting dalam karyaku. Aku selalu menyukai bagaimana kanvas yang duduk manis di atas easel terlapisi dengan guratan warna yang begitu menyala berani dan hidup. Vivid, begitulah ciri khasku.

Belasan tahun bermain dengan berbagai gugusan warna, sudah sepantasnya bila aku merasa percaya diri akan pengetahuanku. Namun, saat pertanyaan itu keluar dari bibirnya bersamaan dengan uap karena dinginnya udara, aku merasa tidak berdaya.

Bisa kau jelaskan padaku, bagaimana wujud warna yang sebenarnya?” senyuman tertarik membentuk kurva dalam wajah tegasnya, seolah hal yang diucapkannya barusan sama mudahnya dengan menanyakan cuaca.

Kau terdiam cukup lama, kalau begitu biar kuganti pertanyaanku. Menurut Kim Taehyung, yang tentunya bukan definisi secara sains ataupun pendapat ahli, apa itu warna?

Dan saat senyuman itu kembali tersungging, aku merasa begitu konyol dan naif karena sempat berpikir aku mengetahui segala hal tentang warna. Sore itu, aku merasa seolah seluruh pengetahuanku tentang warna dan apa arti seni itu sendiri bagiku seakan hilang, ikut tertarik dalam angin yang membawa dedaunan menari di dalamnya.

✨✨✨

Di pertemuan yang selanjutnya, masih di bangku yang sama, dia tersenyum saat aku kembali memberanikan diri duduk di sampingnya. Kali ini dia tidak mengenakan mantel hitamnya.

Aku merasakan rona menampakkan dirinya di pipiku saat aku menyadarai bagaimana ototnya tercetak sempurna di balik kaos. Warna putih polos itu entah bagaimana membuat Jeongguk tampak semakin menarik di mataku, hal yang cukup membingungkan mengingat aku adalah pecinta sejati warna mencolok.

Sebelum aku sempat berbasa-basi tentang bagaimana cuaca hari ini yang sedikit lebih hangat atau bagaimana Jeongguk terlihat lebih menawan, ia sudah terlebih dahulu menghujamku dengan pertanyaannya yang sejujurnya lebih terdengar sebagai pernyataan di telingaku.

"Bukankah dunia itu hanya berisi abu-abu?” dan kali ini, aku berani bersumpah senyuman di wajahnya begitu palsu dengan binaran matanya yang meredup, gelap seakan berusaha mengunci suatu rahasia di dalam kedua orbital cokelat gelapnya yang seakan tanpa ujung.

“Abu-abu?”

“Ya, abu-abu. Bukankah sudah jelas? Kita hidup di dunia dimana tidak ada seorang pun yang sebersih warna putih dan tidak ada pula yang sekelam warna hitam, tidak peduli bagaimana baiknya atau buruknya perilaku mereka. Hanya ada gradasi warna abu-abu.”

✨ Undefined [kookv] ✨Where stories live. Discover now