Enam Belas

3.3K 224 3
                                    

Mereka mengintip disela-sela pagar hitam yang menjulang tinggi.

Dilihatnya pemuda itu bersama dua orang lain. Dan salah satunya membuat Berlian dan Juve tercengang.

Berlian mulai mengatur nafasnya sedangkan Juve memeluk bahu Berlian untuk menguatkan gadis itu.

Ingin sekali Berlian memanjat pagar itu dan masuk teriak-teriak memaki-maki merela semua.Tapi mengapa hatinya sekarang menjadi rapuh.

Apalagi melihat pemandangan itu. Mereka bertiga saling tertawa, dan sungguh seperti keluarga yang bahagia.

Setetes air mata mengalir di pipi Berlian. Badan gadis itu melemah.

"Lo mau masuk?"

Berlian menggelengkan kepalanya.

"Bawa gue pergi dari sini."

Juve mengangguk dan memapah Berlian.

Sepanjang perjalanan gadis itu hanya menangis, menangis dan menangis dalam diam.

"Kita istirahat ya. Badan lo lemas."

Berlian hanya diam tak menjawab.

"Juv, apa yang gue lihat tadi nyata?"

Juve bingung mau menjawab apa.

"Jawab Juv, kenapa ibu gue ada disana. Kenapa dia bisa tersenyum? Sedangkan gue berhari-hari seperti orang gila nyariin dia."

"Ian, lo harus tenangin diri lo dulu."

"Gak. Gue udah tenang kok. Malah pikiran gue sekarang udah lebih jernih."

"Jernih dari mana jelas-jelas lo kayak orang kesetanan.."

"Lo lihat kan tadi, nyokap gue duduk di atas kursi roda dengan bajunya yang bagus bahkan wajahnya tadi lebih terawat dan cantik. Hah... Hidup ini sungguh gak adil."

"Lo iri dengan ibu lo?"

"Iri?ngapain gue iri coba." Berlian menghapus air matanya.

"Justru gue malah lega dia gak bakal nyusain gue lagi. Sekarang gue bebas mau ngapain aja. Gue gak perlu lah mandiin dia, nyiapkan makan , khawatirin dia gue sekarang bahagia bisa hidup sendiri." Berlian mengangkat wajahnya tinggi agar air matanya tidak jatuh.

"Gue... Gue.. Bebas.. Gue.. Akhirnya bisa bahagia hiks.. Hiks."

Berlian menangis, Juve spontan menarik dan membawanya kedalam pelukannya.

"Gue bakal bahagia kan Juv tanpa dia? Gue bakal baik-baik aja kan?"

Juve tak bisa menjawabnya , yang dia bisa lakukan hanya menepuk punggung Berlian pelan untuk menguatkan gadis itu.

"Dia udah bahagia dengan pilihannya Juv. Mungkin selama ini gue gak bisa senengin dia, gue gak bisa jagain dia 24 jam. Ngajak dia ngobrol dan ngajak jalan-jalan. Gue emang anak yang gak berbakti."

"Ssst... Ssst.. Gak boleh ngomong gitu. Loh gadis yang hebat Ian,lo satu-satu nya cewek yang gue kenal yang baik banget sama orang tuanya."

"Lo bohong."

Juve menggelengkan kepalanya.

"Berapa banyak remaja yang dengan bangganya gandeng ibunya yang gak sempurna didepan banyak orang? Gak banyak Ian. Berapa banyak cewek yang mau ngurusin ibunya terus kerja sampai malam. Gak banyak Ian. Lo cewek yang hebat dan gue yakin pasti ibu lo lebih nyaman tinggal sama lo dari pada sama mereka."

"Beneran?"

"Iya. Udah ah gak usah nangis. Gak pantes cewek tengil kayak lo nangis."

"Terus gue pantesnya apa?"

"Jadi pacar gue."

Berlian memutar matanya dan berjalan meninggalkan Juve.

"Hey.. Jawab Ian. Woooii. Ah dia malu-malu."

-----

"Gimana kak udah ada kemajuan ibu?" tanya olden pada kakaknya yang menjadi dokter.

"Sedikit, sekarang dia sudah mau tersenyum kan."

Olden mengangguk dan mendorong kursi roda Vina masuk kedalam rumah.

Dia membawanya ke taman belakang dirumahnya yang luas. Disana Vina bisa melihat berbagai bunga yang dulu dia sukai.

"Jangan lupa besok papa dibandara."

"Besok papa pulang kak?"

"Iya, sudah ya kakak mau kembali kerumah sakit."

"Hati-hati kak."

Alva kakak Olden pun keluar dan mengendarai mobilnya. Tapi bukannya menuju rumah sakit dia malah menuju ke sebuah cafe.

Cafe dimana tempat seorang gadis bekerja untuk ibu dan hidupnya selama beberapa tahun ini.

Gadis itu harus tau yang sebenarnya dia tak ingin menyimpan rahasia keluarganya yang rumit lebih lama lagi.

Cukup 17 tahun gadis itu menderita, gadis iti harus mendapat kebahagiaan yang tidak perna dia dapatkan selama ini.

Tapi bagaimana cara memberitahukannya? Apa gadis itu akan langsung percaya dengan ceritanya tanpa membawa bukti.

Alva berfikir sejenak, diberhentikannya mobilnya tepat didepan cafe itu.

Matanya menatap gadis itu dengan kagum. Bagaimana cara gadis itu tersenyum, bagaimana cara gadis berbicara.

Entah mengapa jantungnya bergetar.

Ada apa dengannya sekarang?

Tbc

My Idiot MomWhere stories live. Discover now