Dua Puluh Satu

3.1K 209 3
                                    

"Iya, kami sedang berjalan-jalan pa. Tidak akan lama. Sebentar lagi kita pulang."

Olden menutup sambungan teleponnya dan berjalan kembali kearah taman.

Dari kejauhan dia melihat dua orang sedang mengobrol dengan wanita yang beberapa minggu ini bersamanya.

'Bagus dia disini rupanya. Kira-kira keributan apa lagi yang akan dia lakukan. Aku penasaran.'

Olden berjalan dengan santainya di tengah hembusan angin sore yang menyejukan.

"Ma... Ayo pulang." ucapnya dengan riang.

'Sepertinya badanku akan sakit lagi. Terakhir saat dia menimpuk dengan batu itu sangat menyakitkan. '

Juve dan Berlian menoleh. Wajah mereka terlihat kaget.

"Kenapa kau memanggil ibuku mama hah." spontan Berkuan maju sambil mendepani ibunya

"Karena beliau memang mamaku." jawab Olden dengan santai.

"Kau mau cari mati ya. Jelas-jelas dia ibuku. Dia ngelahirin aku. Cuma AKU." Berlian menekankan kata AKUnya dengan mantap.

"Ayo ma kita pulang " Olden berjalan mendekati Vina.

Dengan cepat Berlian mendorong dada Olden dengan keras hingga cowok itu terjatuh.

Berlian menggandeng tangan Ibunya dan membawanya keluar dari taman.

Olden pun tak mau tinggal diam, cowok itu bangun dan segera ingin menyusul.

"Lewati gue dulu." ucap Juve yang tiba-tiba berada di depannya.

"Minggir. Lo cuman orang luar dan lo gak tau apa-apa."

"Yaah... Gue emang orang luar, tapi gue akan jadi bagian dari Berlian. Dan gue gak bakal biarin lo ngerusak kebahagiaannya lagi."

Olden tersenyum sinis dan melayangkan tangannya untuk meninju juve.

Dengan spontan Juve menangkisnya dan memukul wajah Olden hingga cowok itu berdiri terhutung-huyung.

"Minggir." ucap Olden lagi.

Bugh...

Juve memukul lagi dan sekarang tepat dihidung cowok itu.

Olden tersenyum kesal.

Dia mengusap darah yang keluar dari hidungnya. "Segini aja kemampuan lo."

Juve pun mulai kesal dan memukulnya lagi dan lagi.

Tak hanya pukulan tendangan pun melayang di wajah tampan Olden.

"Cukup sudah kesabaran gue." Olden bangkit dan memukul Juve.

Juve menghindar dan menarik tangan Olden dan mengunci tangannya dibelakang punggung Olden.

"Aww."ringis Olden.

Juve tersenyum sinis,sudah lama dia tidak menemukan samsak tinju nyatanya.

Juve menendang pelan belakang lutut Olden, otomatis membuat cowok itu jatuh berlutut.

"Liat,ini masih permulaan. Gue gak mau cewek yang gue sayang nangis lagi. Gue gak segan bikin lo koma demi dia. Ingat itu diotak lo."

Juve berdiri dan memberikan tendangan terakir di perut Olden.

Dia berlari mengejar Berlian dan ibunya meninggalkan Olden yang terkapar mengerang kesakitan.

-----

Berlian menggandeng Ibunya dengan posesiv ke arah jalan raya. Sampai sekarang belum ada taksi yang lewat.

Pikirannya sekarang sangat kacau. Yang dia ingin sekarang hanya pulang bersama ibunya dan hidup seperti biasa.

Kehilangan ibunya kedua kali sudah cukup membuatnya gila. Dia baru sadar hidupnya memang hanya untuk mengapdi pada ibunya tersayang.

Dia tak peduli lagi bila dia harus bekerja dan terus bekerja. Kalau perlu dia akan membayar seseorang untuk menjaga ibunya.

Karena hanya beliau lah yang sekarang dia punya didunia ini.

Masa muda, senang-senang,rasa iri pada teman-temannya.Sudah dia buang jauh-jauh.

Dia harus berfikir dua kali lipat lebih dewasa dari sebelumnya.

"Ibu maafin Berlian ya. Maaf sudah egois selama ini. Membiarkan ibu dirawat orang lain. Maaf sekali lagi Berlian harus egois lagi, hanya Berlian lah yang boleh memiliki ibu. Tak ada orang lain. Ibu hanya milik Berlian. Thats it. "

"Berlian...." teriak Juve sambil mempercepat motornya.

"Juve... Tolong kamu bawa ibu dulu ya. Aku akan pulang sendiri."

"Tapi apa bisa ibu kamu naik motorku."

"Bisa.. Harus bisa. Kita tak punya banyak waktu. Bawa ibuku kerumahmu ya. Aku takut kalau aku membawanya pulang, cowok itu akan membawa ibuku lagi."

"Baiklah."

"Ibu maaf ya bu. Ibu harus naik motor. Ini akan cepat kok bu."

Berlian pun membantu ibunya naik dan juve pun begitu.

"Pegangan ya bu."

Ibunya hanya dia saja.

Berlian membantu ibunya untu berpegangan pada perut Juve.

"Juve.. Bawa motornya hati-hati ya."

"Tenang aja Ian. Ibu mertua ini. Pasti akan sangat extra hati-hati."

Berlian pun tersenyum kecil.

"Udah jangan bercanda terus berangkat gih."

"Hati-hati ya bu."

Juve pun menjalankan motornya.

Berlian pun melihatnya dari kejauhan hingga motor itu menghilang di belokan.

----

Hari yang cukup melelakan sekaligus menyenangkan karena mulai sekarang dia bisa hidup seperti biasanya dengan ibunya. Belum lagi ditambah dia sudah mempunyai kekasih yang dia yakin akan menambah kebahagiaannya.

Gadis itu tersenyum dan melanjutkan perjalanannya.

Jalan kerumahnya maupun kerumah Juve masih sangat jauh. Dia harus semangat. Ini tak ada apa-apanya dengan penderitaanya selama ini.

Hingga sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depannya.

Berlian menyengitkan keningnya. Seenaknya jidatnya saja mobil itu berhenti.

Keluarlah seseorang yang tampan dengan jas putihnya.

"Berlian..." sapanya.

"Anda siapa ya..."

Dan tanpa dia tahu seseorang itu akan memberi kebahagiaan sekaligus kesakitan yang amat sangat baginya.

Tbc

My Idiot MomWhere stories live. Discover now