1.1

2.3K 143 5
                                    



Dahyun ingin menyapa suaminya namun tercekat. "Dengar!! Aku menikahimu karena ibuku! Jangan harap aku akan menganggapmu!" Yugyeom membanting pintu ruang ganti keras-keras. Dahyun paham itu. Ia paham dimana posisinya. Mungkin ia hanya akan menjadi selir raja, bukan permaisuri.

Dahyun mengganti bajunya dan kembali mengenakan sneakers kesukaannya. Ia harus cepat-cepat pergi dari sini sebelum Yugyeom menyeretnya. Dahyun berjalan tanpa arah. Ia tidak tahu kemana harus pergi, yang penting ia harus keluar dari area gereja.

Yugyeom melajukan mobil dengan pelan dan santai. Dalam perjalanan, sama sekali tidak ada percakapan diantara keduanya. Kadang Dahyun melihat ke arah Yugyeom sebentar dan kembali fokus ke depan. "Ya!" Dahyun menoleh.

"Tidak masalah kan, kalau malam ini aku pergi? Kau bisa di rumah sendiri?" Dahyun mengangguk. "Ne. Aku tidak apa-apa kau tinggalkan. Tapi, kau mau kemana?"

"Aku harus menemui Tzuyu. Ia baru saja pulang dari Taiwan."

"Kekasihmu?" tanya Dahyun hati-hati. Bibir Yugyeom tertarik kebelakang. Menyeringai. "Wae? Kau tidak suka?"

"Animnida. Tidak masalah kau mau bertemu dengan siapa dan mau berbuat apa." Yugyeom tersenyum lagi, "Geurae?" Yugyeom hampir tertawa lebar.

"Apa kita masih jauh?" Yugyeom meminggirkan mobilnya. "Kenapa berhenti?"

"Apa kau bisa naik taksi sendiri? Kau tahu passwordnya kan? Ibuku sudah memberinya. Aku harus menjemput Tzuyu di bandara." Dengan berat hati Dahyun keluar mobil dengan membawa barang-barangnya.

"Kupikir menjadi selir raja itu juga masih ada enaknya. Apa aku ini lebih buruk dari selir raja? Hahh.." Dahyun menghela nafas panjang.

"Tzuyu-ya!!" Yugyeom melambaikan tangan. "Oh! Oppa!! Kau sudah lama menunggu?" Yugyeom menggeleng, "Aniya, aku baru sampai. Kau sudah makan?"

"Ani," Yugyeom merangkul Tzuyu.

Tzuyu meletakkan gelas wine miliknya. "Oppa, kudengar kau menikah? Dimana istrimu?"

"Dia di rumah,"

"Wae? Kenapa tidak diajak saja? Bukanlah baru kemarin kau menikah?" Yugyeom mengangguk. "Wae? Kau cemburu?" Tzuyu tersenyum kecil. "Aniya. Kau itu memang hebat ya. Apa kau melewatkan malam pertama kalian?"

"Ya! Berhenti membicarakan pernikahanku, chagiya.. saat ini kita sedang bersama, jangan bahas orang lain." Tzuyu tersenyum lalu minum wine.

"Hahh!! Aku lelah sekali," Nafasnya terengah-engah. Setelah menaiki 28 lantai, meski dengan lift, tapi ia membawa tas yang cukup berat. "Woah, aku tidak menyangka dia punya rumah yang sangat bagus dan luas seperti ini. Seperti bukan apartement biasa."

"Wah.. apa semua ini dia yang membelinya setiap hari?" Dahyun menatap takjub isi kulkasnya. Hampir semua bahan makanan dan sayur lengkap di dalamnya. "Ohh, apa ini?" Dahyun mengambil kaleng kecil yang mencurigakan. "Aku tidak pernah melihat ini. Apa ini termasuk makanan?" Dahyun menggeleng heran.

Setelah melihat seluruh isi apartement Yugyeom, ia beralih ke kamar tidur. Ia melihat tiga kamar tidur yang bersebrangan. Dahyun menatapnya ragu. "Dimana kamar Yugyeom? Ini, ini, atau ini?" ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau ini, mana mungkin. Mungkinkah ini? Tapi rasanya juga tidak mungkin. Ahh!! Pasti itu!" Dahyun membuka pelan pintu kamar. Mengintipnya sedikit. Merasa yakin, membukanya lebar.

"Wooww!! Bahkan kamar tidurnya sangat luas. Bukankah ini hampir seperti apartement di dalam apartement?" Dahyun tergeleng-geleng dengan apa apartement Yugyeom. "Benar-benar menakjubkan. Aku merasa hidup di istana."

Dahyun teringat dengan perkataan Yugyeom kemarin, Dengar!! Aku menikahimu karena ibuku! Jangan harap aku akan menganggapmu! "Aaa.. jadi aku harus tidur berbeda kamar dengannya? Aku mulai paham," Dahyun menutup kamar Yugyeom dengan berat hati.

"Ahh, ini tidak buruk. Meski aku tidak tahu aku akan diusir dari kamar ini, tapi untuk sementara aku tidak akan mengeluarkan barang-barangku. Biarkan saja dulu." Dahyun melepas handuk yang menutupi rambutnya. Mengencangkan tali pada handuk bajunya dan keluar.

"Kita lihat! Apa yang bisa aku masak untuk malam ini." Dahyun melihat isi kulkas sangat lama. "Geundae, aku tidak tahu mau masak apa. Makan malam itu, tidak boleh berat dan berlemak. Jadi, bagaimana kalau ..."

Dahyun mencuci selada, memotong bawang, lalu memecah telur. "Salad. Sepertinya tidak buruk." Dahyun tertawa riang.

Wajah Yugyeom yang ceria pudar ketika masuk apartement. Ia memasang wajah kesal untuk menghadapi Dahyun. Ketika ia mengganti sepatu dengan sandal rumah, Yugyeom melihat sepatu Dahyun yang diletakkan di rak sepatu. Mengambilnya lalu membandingkan dengan sepatu miliknya. Ia tersenyum.

Yugyeom melepas jaketnya dan melemparkannya sembarangan. Duduk di sofa dan menyalakan tv. Dahyun menoleh. "Apa dia sudah pulang?" Dahyun segera menghampirinya. "Oppa! Kau sudah pulang?" Yugyeom diam. "Oppa, apa aku boleh memakai kamar yang di sebelah sana? Aku suka di sana." Yugyeom masih diam. Memindah chanel tvnya. "Oppa, kau sudah mandi? Mau aku siapkan air mandi untukmu?" Dahyun terus berbicara dengan Yugyeom yang terdiam.

Yugyeom mematikan tv dan berdiri berbalik ke arah Dahyun. "Ya! Terserah dimana kau tidur tapi jangan pernah tidur di kamarku! Itu pertama. Kedua, kau tidak perlu bersikap berlebihan kepadaku. Kau pikir dengan sikapmu yang seperti itu aku bisa luluh hati? Aniya!! Jangan repot-repot untuk baik padaku. Ketiga," Yugyeom sedikit menunduk. "Jangan harap aku akan mengunjungi kamarmu!" ujarnya pelan. Dahyun menunduk. Menyembunyikan wajahnya.

YD_Line^^



TBC






vote and coment juseyo :) :) :)

#1 First Night ✔Where stories live. Discover now