1.2

1.5K 112 1
                                    



Dahyun mengurungkan niatnya untuk keluar kamar. Ini masih terlalu pagi untuk membuat keributan. Setelah mendapat persetujuan untuk tidur di kamar ini, barang-barangnya mulai ia keluarkan dari tas dan merapikannya. Hatinya merapuh saat Yugyeom berkata ia tidak akan mengunjungi kamarnya.

"Aniya! Aniya!!!! Dahyun-ah, kau bukan lagi anak kecil, kenapa harus repot-repot menangis!!" Dahyun mengusap kasar air matanya. "Ahh! Kenapa aku bangun terlalu pagi?" ia menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.

Dahyun membuka sedikit pintu melihat apa yang terjadi. Semalam, saat ia beranjak untuk tidur, terdengar suara derap kaki kasar yang masuk ke apartement. Belakangan ini sering terjadi dan membuat Dahyun takut.

Ketika pagi menjelang, Dahyun keluar dan tidak terjadi apa-apa. Hal itu yang membuat Dahyun bingung sekaligus takut dan mengunci rapat-rapat kamarnya sebelum tidur.

Dahyun keluar kamar melihat keadaan, namun masih sama. "Mwoya, kenapa hal ini selalu terjadi? Apa telingaku salah mendengar?" ujarnya. "Geundae, semalam aku benar-benar dengar. Bahkan ada teriakan wanita juga," Dahyun sadar dengan ucapannya. "Wanita? Omo! Mungkinkah itu Tzuyu?" Dahyun menduga yang tidak-tidak. "Seolma, mereka tidur bersama?" Dahyun menutup mulutnya dan kembali ke kamar.

"Andwae! Aku tidak boleh bersembunyi saja. Aku harus melakukan sesuatu!" ia kembali keluar kamar dan....

"Oh, kau pasti istri Yugyeom." Sapa seorang wanita.

"Annyeong haseyo.." sapa Dahyun. "Nuguseyo?" tanya Dahyun.

"Aku Tzuyu," senyum Tzuyu.

"Ne?" kejut Dahyun. "Ah, mianhae. Semalam aku menginap tidak bilang kepadamu. Yugyeom sangat mabuk," senyumnya. Mwoya, mereka tidur bersama? Ya! Siapa dia? Aigoo.. benar-benar kurang ajar. Batin Dahyun.

"Ah, aku harus pulang." Tzuyu menepuk pundak Dahyun ramah.

"Omo!! Aku tidak menyangka akan seramah itu dengan istri kekasihnya." Umpat Dahyun. "Geundae, apa dia termasuk selir raja? Apakah penting raja itu mempunyai selir atau permaisuri?" pikir Dahyun sambil berjalan menuju toilet. "Aigoo.. aku terlalu banyak membaca buku sejarah,"

Yugyeom membuka matanya perlahan. Rasa pusing di kepalanya mulai berkurang. "Ah! Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam," Yugyeom bangkit duduk. Perutnya terasa mual dan ingin muntah.

Selesai mandi, Dahyun menyiapkan sarapan. Ia memasak sup kecambah untuk Yugyeom karena semalam ia mabuk berat. Yugyeom keluar kamar dengan wajah pucat. Memandang Dahyun yang sibuk memasak di dapur. "Sedang apa kau?" Yugyeom mendekat ke dapur.

"Oppa duduklah," ujar Dahyun tanpa melihat.

"Apa kau menghabiskan bahan makanku?"

"Ani, aku sedang memasak sup kecambah untukmu. Sup kecambah sangat bagus untuk orang yang suka mabuk."

Dahyun mengamati Yugyeom, "Oppa! Kenapa wajahmu pucat sekali?" Dahyun memegang wajah Yugyeom. "Geuman!!"

"Makanlah Oppa. Sup kecambahnya sudah matang."

"Apa kau meracuninya?" Dahyun tertawa. "Aniya, cobalah sedikit."

"Ya! Kim Dahyun!!" teriak Mina. "Waeyo?"

"Apa kau masak untuk suamimu?" Dahyun mengangguk. "Apa rumah tangga kalian baik-baik saja? Bagaimana rasanya menikah?" Dahyun mengajak Mina duduk. "Tidak ada bedanya. Aku malah tambah berpikir setelah menikah."

"Berpikir? Untuk apa?"

"Aku seperti seorang selir raja. Bedanya, selir raja bisa melayani raja tapi aku tidak. Aku selalu dipojokkan dan tidak dianggap. Melihatnya, itu yang aku bisa."

"Mwoya? Jangan-jangan suamimu tidak mencintaimu?"

"Memang tidak."

"Mwoya.. kenapa kau mau menikahinya?" sesal Mina.

"Aku mencintainya. Aku hanya bisa menunggu sampai dia melihatku."

"Ya! Usiamu itu baru genap 20 tahun, tapi kenapa tingkahmu sudah dewasa?" Dahyun tersenyum. "Dimana Bambam?"

"Dia sedang dikejar banyak wanita."

"Mwo?"

"Ah, dia itu memang selalu tebar pesona dimana-mana." Mina dan Dahyun terkekeh.

YD_Line^^





TBC






vote and coment juseyo :) :) :)

#1 First Night ✔Where stories live. Discover now