1.6

1.6K 92 3
                                    


Dalam perjalanan pulang, otak Dahyun terus berpikir tentang perbedaan yang terjadi dengan suaminya hari ini dan kemarin. 'ketika sampai rumah nanti, aku harus bertanya padanya' batin Dahyun.

Sesampainya di rumah, 'aniya, tengah malam seperti ini tidak baik membicarakan masalah itu'. Dahyun masuk kamar. Di dalam kamar, dia terus berpikir. Hatinya gundah dan resah. Setelah berpikir lama, akhirnya Dahyun keluar kamar.

"Oppa," sapa Dahyun.

"Wae?" tanya Yugyeom dari sofa depan tv.

"Aniya, aku ingin bertanya sesuatu." Yugyeom menoleh. "Mwoga? Kemarilah," jantung Yugyeom berdetak kencang ketika mengatakan itu. Malam ini, Yugyeom ingin mengakui semuanya. Mengakui apa? Sebentar. Iya, sebentar lagi Yugyeom akan mengaku.

Dahyun duduk di samping Yugyeom dengan polos. Hati dan otaknya hanya ingin bertanya ada apa dengannya kemarin dan hari ini, tak ada yang lain.

"Oppa, kenapa kau tiba-tiba berubah?"

"Berubah?" Yugyeom bertanya balik. Dahyun mengangguk. "Kau menjadi lebih peduli denganku. Kau juga menjadi perhatian denganku. Kau baik-baik saja kan?"

"Dahyun-ah," untuk pertama kali Yugyeom memanggil nama istrinya. Jantungnya benar-benar mau lepas.

"Dahyun-ah?" ucap Dahyun pelan.

"Memang seperti apa aku sebelumnya? Aku tidak merasakan sebuah perubahan." Ujar Yugyeom.

"Kau yang biasanya, selalu tidak peduli padaku. Kau selalu pergi dan pulang sesukamu. Kemarin, kau mendadak menjadi baik. Hari ini, kau tiba-tiba mau aku ajak pergi. Sebenarnya kau kenapa?" Yugyeom hanya memandangnya. Posisi duduknya ia ubah menghadap Dahyun.

"Apa hubunganmu dengan Tzuyu sedang tidak baik?"

'Yaaa!!! Bisa-bisanya berkata seperti itu. Apa dia benar-benar polos atau sedang menyembunyikan rasa cemburu?' batin Yugyeom.

"Ani. Hubunganku dengan Tzuyu baik-baik saja. Bahkan dia sedang hamil." Untuk sekejap mata Dahyun membulat terkejut. "Dia hamil dengan lelaki lain." Senyum Yugyeom.

"Bagaimana bisa?" tanya Dahyun.

"Semua itu bisa terjadi kan? Geundae, sebenarnya kau ini mau bicara apa?"

Dengan hati berdebar, Dahyun mengatakan, "Apa kau berencana mendekatiku? Apa aku akan menjadi permaisuri di hatimu? Apa aku bisa setiap saat mendapat kunjunganmu?" Dahyun merasa seluruh tubuhnya gemetar dan memanas.

"Waeyo? Kau ingin aku mengunjungimu?" pembicaraan mereka menjadi serius dengan iringan volume tv yang semakin lama semakin merendah.

"Aniya, aku hanya bingung dengan sikapmu itu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selain bertanya. Geuraesso, apakah itu benar?" ulang Dahyun.

"Dahyun-ah," Yugyeom membelai pipi kanan Dahyun. "Kau juga tiba-tiba memanggil namaku." Tambah Dahyun.

"Wae? Apa aku tidak boleh memanggil namamu?"

"Biasanya kau memanggilku dengan 'ya' atau 'kau'. Aku merasa aneh dengan perubahanmu ini."

"Apa yang kau katakan itu benar. Semuanya benar."

"Yang mana?" kepolosan Dahyun membuat Yugyeom hampir tertawa namun ia tahan.

"Aku berencana mendekatimu. Aku akan menjadikanmu permaisuriku. Setiap saat aku akan mengunjungimu."

"Oppa," Yugyeom menggeser duduknya lebih mendekati Dahyun.

"Malam itu, ani. Setiap malam, setiap kali kau mendengarku pulang dengan Tzuyu dan kami masuk kamar bersama, semuanya tidaklah benar. Meski kau tidak berpikir dan bertanya, aku dan Tzuyu tidak pernah tidur bersama. Aku memang mabuk, tapi aku sadar siapa yang membawaku pulang."

"Aku dan Tzuyu memang berkencan, tapi kencanku dengannya tidak melebihi batas. Meski aku sudah mencium banyak bibir wanita, tapi tidak pernah sekalipun aku menyentuhnya. Kau mungkin tidak akan mempercayainya, tapi aku berbicara dengan jujur." Dahyun memandang mata Yugyeom.

"Geuraesseo, maukah kau memaafkanku?"

"Kenapa kau minta maaf?"

"Selama ini aku menjadi suami yang tidak bertanggung jawab."

"Aku tidak pernah menganggapmu seperti itu. Jika kau tidak bertanggung jawab, bukankah aku tidak akan kau izinkan tinggal di sini? Aku dengar apa yang kau katakan setelah pernikahan kita, kau menikahiku karena ibumu. Dulu, aku juga tidak mengenalmu sama sekali. Setelahnya aku sadar, aku adalah istrimu. Aku harus menghormatimu. Menghormati semua keputusan yang kau berikan padaku."

"Kau, kenapa ada wanita sebaik dirimu?" Dahyun menunduk. "Mianhae, aku membaca diarymu saat kau pergi kuliah."

"Oppa membaca semuanya?" Yugyeom mengangguk. Kini ia lebih menggeser duduknya lagi. Mempersempit jarak mereka. Yugyeom menarik Dahyun ke peluknya. Ragu-ragu tangan Dahyun terangkat memegang punggung suaminya.

"Meski sangat terlambat, apa ini masih bisa dianggap malam pertama?" tanya Yugyeom sambil melepas peluknya. Wajah Dahyun memerah. "Wae? Kau bilang kau ingin mempunyai 3 orang anak? 2 laki-laki dan 1 perempuan?" goda Yugyeom.

"Oppa, geumanhae. Kau benar-benar membaca semuanya." Dahyun menunduk menyembunyikan wajah malunya.

"Ahh, Buin? Setelah kupikir-pikir mungkin kau mahasiswi jurusan sejarah? Semua yang kau tulis dalam diarymu tentang kerajaan. Apa aku benar?" Dahyun mengangguk ragu.

"Ya! Kenapa menunduk seperti itu? Kau tidak mau menatap suamimu yang berbicara denganmu?"

"Aku malu, Oppa."

"Apa yang membuatmu malu? Hanya ada aku di sini."

"Aku malu denganmu," Yugyeom tersenyum. Perlahan Yugyeom mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Dahyun lembut.

"Kajja," Yugyeom mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

Dahyun menerimanya dengan ragu. Yugyeom menggamit tangan Dahyun dan mengajaknya masuk kamar. Dahyun tidak pernah menyangka bahwa ini akan berakhir semenakutkan ini. Jantung Dahyun berdetak kencang ketika masuk kamar Yugyeom. Memang bukan kali pertama ia masuk, namun untuk saat ini ia benar-benar takut.

"Aa, kau tunggu sebentar. Aku mau ganti baju." Ujar Yugyeom. "Ne?" tanpa khawatir Yugyeom membuka bajunya. Sontak Dahyun langsung berbalik membelakangi Yugyeom. Ia tidak pernah melihat pemandangan itu selama mereka menikah.

"Kau juga harus ganti baju."

Dahyun membuka sedikit pintu kamar mandi. Mengintip dimana Yugyeom berada. "Waeyo? Kenapa lama sekali?"

"Ani, kenapa aku harus ganti baju kalau nanti kau akan melepasnya?" Yugyeom tidak paham dengan istrinya. Istrinya itu benar-benar polos atau sedang menggodanya?

"Arraseo, cepat keluar." Yugyeom menarik knock pintu kamar mandinya. Ia terkejut melihat istrinya yang, sangat cantik? "Dengan rambut terurai, kenapa aura cantikmu makin bertambah?" Yugyeom langsung menarik tangan Dahyun dan melemparkan ke tempat tidur.

"Oppa, bisakah kau tidak perlu melepas bajuku? Aku lebih suka memakainya." Tawar Dahyun.

"Ya! Kau pikir kau sedang belanja di pasar?"

"Ani, apa salahnya aku menawar kepada suamiku sendiri?" Yugyeom tertawa. "Kau memang gadis yang lucu." Yugyeom memberikan kecupan ringan di bibir Dahyun.

YD_Line^^






TBC

.

.

.

.

.

.

.


vote and coment juseyo :) :) :)

#1 First Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang