»desember«

738 138 7
                                    

Bulan Desember, tanggal 25 adalah hari Natal. Semua orang tahu itu, ya semua tau.

Salju turun, toko-toko dekorasi mulai menjual perhiasan-perhiasan natal, toko kue sudah menjual kue-kue khas natal, para orang tua sibuk mencari kado.

Tandanya natal sudah dekat.




12 Months » Himawari project
Bokuto Kotaro version
Special christmas
by : margareth christine


Natal kali ini ia rayakan dalam kesedihan, tidak ada makan malam, tidak ada acara membuka kado, tidak ada suasana natal di sini.

Bahkan tawa dan suaranya tidak bisa ia dengar lagi, ia tidak tuli. Melihat senyumannya juga tidak bisa, dan ia tidak buta.

Yang bisa ia lihat adalah wajah piasnya dengan mata tertutup dan bibir pucat.

Tubuh mungilnya terbaring diatas ranjang rumah sakit. Banyak alat-alat aneh yang menempel pada tubuhnya.

'Inilah akibat kebodohanku'.

"Hai, (name)." Sapanya pelan.

"Udah setahun loh kamu tidur terus kayak gini, gak bosen apa?" Bokuto menggenggam tangannya.

"Ayo dong bangun, aku kesepian nih." Suara Bokuto mulai lirih.

"Oh iya, kamu tau gak? Akaashi udah jadian dengan Suzumeda-san loh. Mereka mesra-mesraan setiap hari." Suara Bokuto sedikit bergetar, genggaman tangannya semakin erat.

"Kapan kita bisa begini lagi (name)?" Tidak ada jawaban dari (name). Tentu saja, mana ada orang yang sedang koma menimpali obrolan orang yang sedang menjaganya.

Ruangan kembali hening, Bokuto tertegun. "Tentu saja, ketika kau sadar kau tidak akan memaafkanku ya...?" Bokuto menggaruk tengkuknya.

"Pasti kau tidak memaafkanku, akulah yang membuatmu seperti ini."

"Kau pasti membenciku."

"Kalau saja aku tidak memulai debat saat itu dan tidak mengingatkanmu soal masa lalumu saat itu, kurasa itu lebih baik."

"Bukan lebih baik, melainkan hal ini bahkan tidak terjadi."

"Jika hal itu tidak terjadi kita sekarang bisa merayakan natal seperti biasanya."

"Ya orang bilang rencana Tuhan yang paling baik. Jadi jangan khawatir."

"Kau jangan menyerah! Kau pasti bangun! Aku yakin itu." Air mata mulai menetes dari mata Bokuto

"Saat kau bangun, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku janji." Air mata mengalir deras dari pipi Bokuto.

"Sepertinya Tuhan tidak menakdirkan kita untuk bersama."

Hening.

Setelah beberapa menit terdiam, Bokuto mengusap air matanya dan bangkit dari duduknya.

"Saa~ (name) aku pulang dulu ya, selamat natal." Bokuto keluar dari kamar rawat (name).

Bokuto berjalan ditemani dinginnya Jepang karena salju.

Semua toko dipinggir jalan tutup karena merayakan natal.

'Mereka pasti bahagia.' pikir Bokuto.

Bokuto terus melangkah, sampai akhirnya ia tiba di sebuah zebra cross yang menjadi phobianya.

Zebra cross itu menjadi ketakutannya sejak setahun lalu. Hari dimana (name) koma, hari itulah Bokuto phobia terhadap zebra cross itu.

Satu tahun yang lalu, saat itu Bokuto mengajak (name) ke sebuah restoran untuk makan malam natal disana.

Saat mereka sedang menuju restoran itu, Bokuto mengingatkan (name) soal orang tuanya yang mengalami kecelakaan 2 bulan yang lalu.

Hal itu membuat (name) pundung, dan mereka berdua mulai beradu argumen.

Sampai akhirnya (name) menangis dan lari, tanpa oa sadari ada truk yang lewat.

Tabrakan pun tak dapat dihindari, akhirnya (name) tertabrak dan koma.

Sudah setahun sejak (name) koma.

Semenjak itu juga Bokuto merasa sangat bersalah.

Sekarang ini Bokuto menatap zebra cross itu dengan tatapan susah diartikan, antara tatapan benci dan takut menjadi satu di manik soft brownnya.

Bokuto berusaha keras untuk menahan rasa takut itu, namun hasilnya nihil.

Bokuto berlari, kakinya membawanya ke suatu tempat.

Pemakaman.

Kaki Bokuto melangkah ke 2 buah nisan. Nisan itu tertulis nama orang tua (name).

Sebelum meninggal, Bokuto di titipkan pesan ;

(father name)
Bokuto-kun

Bokuto kotaro
Ya?

(father name)
Tolong jaga (name), buat ia bahagia, jangan biarkan ia menangis.

Bokuto kotaro
??
Baiklah, sudah pasti aku lakukan. Aku janji.

"(Surname)-san maafkan aku telah melanggar janjiku."

"Aku tidak pantas untuk membuat (name) bahagia."

Ini dia, Bokuto mulai berbicara pada objek yang sudah jelas tidak akan menimpalinya.

"Biarkan (name) menemukan orang yang lebih pantas dariku."

Saat ini, Bokuto ada dalam kondisi terburuknya selama dia hidup.

Aku menjenguknya, aku bertemu dengan ketakutanku, dan aku menangis di depan nisan kedua orang tuanya.

bokuto kotaro ; 12 MONTHSOnde histórias criam vida. Descubra agora