It's About Time

1.6K 243 16
                                    

  
"Oke, jadi udah jelas ya semuanya?" tanya Ika. "Gue tetep bisa dikontak via email dan whatsapp, tapi ga bisa standby setiap saat. Kalau memang urgent kalian info aja, gue akan telepon balik segera setelah gue bisa. Tapi please lah jangan pake urgent yang aneh-aneh, ya."

"Tuh, Cong. Lu jangan aneh-aneh selama Ika pergi." Seno menyenggol Lilo yang duduk disebelahnya.

"Diem lu, Bencong! Gilingan kali lu, yee." Lilo memukul Seno dengan lembaran kertasnya. "Elu tuh yang suka ajaib."

"Seno, Lilo, please ya jangan ada drama selama Ika pergi, ntar pecah pala gue," seru Niken.

Ika dan timnya hanya bisa tertawa memperhatikan Niken, sahabat sekaligus Senior Account Executivenya, mewanti-wanti dynamic duo itu. Dua tahun bekerja bersama tim ini membuat Ika hapal betul semua kebiasaan, perdebatan dan drama yang menjadi makanan sehari-hari mereka. Niken merupakan sosok keibuan, yang meski bisa ngomel panjang lebar seharian, tapi juga tempat curhat bagi semua orang. Lilo adalah Creative Director yang sudah malang melintang di dunia advertising selama bertahun-tahun, bahkan Lilo sebenarnya jauh lebih senior dibanding Ika. Seno adalah Production Executive yang luar biasa berbakat, tapi kejahilannya merupakan momok bagi seluruh tim.  Lilo, Seno dan Niken adalah pionir yang turut serta membangun LUVAgency. Meski kini LUVAgency sudah memiliki tiga tim yang berbeda-beda, mereka memilih untuk bekerja bersama, bukannya memimpin tim masing-masing. Bersama dengan ketiga orang itu dan 10 karyawan lainnya, Ika menjalankan tim Bluva, yang fokus pada iklan-iklan activation. Meski kadang juga bekerja bersama tim Cluva yang khusus mengerjakan below the line advertising, dan tim Dluva yang spesialisasinya mengerjakan above the line advertising.

Dua tahun yang lalu Ika hijrah dari pekerjaan lamanya ke LUVAgency. Sebuah advertising agency yang baru berdiri sekitar delapan tahun. Ide bekerja bersama sahabatnya, tentu menjadi hal yang menarik, ditambah dengan tawaran jabatan yang lebih tinggi, tentu Ika tidak akan melewatkannya begitu saja. Ika berhasil memimpin tim ini dengan cukup baik, terbukti dari banyak klien yang mempercayakan pekerjaan kepada mereka, dan tentu saja jumlah pitching pekerjaan yang mereka menangkan dengan nilai kontrak yang fantastis.

Cuti 10 hari yang akan diambil oleh Ika mulai besok adalah cuti terpanjangnya. Sejak bekerja di kantor ini, Ika belum pernah mengambil cuti panjang. Namun, Ika terlanjur berjanji pada ibu dan bapaknya kalau tahun ini dia akan melaksanakan umroh bersama mereka.

"Oke, kalau udah jelas, semua boleh bubar. Makasih banyak temen-temen. Yang masih ada kerjaan selamat lembur, yang mau pulang on time hati-hati dijalan. Ini post it doa-doa kalian insyaAllah bakal gue bacain di depan Kabah ya." Ika mengakhiri meeting tersebut.

Satu per satu bawahannya menghampiri dan menyalami Ika sebelum keluar dari ruangan. Hingga akhirnya tersisa Ika dan Niken di dalam ruang rapat. Ika merapikan lembar-lembar dokumen dan laptopnya ke dalam tas.

"Nih. Doa buat lo, jangan lupa fotoin di depan Jabal Rahmah ya, buat bukti." Niken mengulurkan secarik kertas post it berwarna pink.

"Oke. Nanti gue fotoin. Nggak mau didoain di depan Kabah?"

"Liat dulu makanya." Niken menempelkan kertas itu ke jidat Ika.

"Rese, yaa!" Ika mengambil kertas itu dan membacanya.

Sebaris kalimat tertulis dengan spidol merah.

"Semoga tahun ini Allah mengirimkan jodoh yang baik untukku.

Ika mendongakkan kepala, mengerenyitkan dahi sambil menatap sahabatnya yang sedang mempertontonkan cengiran lebar.

"Kok lo minta jodoh lagi, sih? Emang laki satu nggak cukup?" tanya Ika.

Pulang pada PelukmuWhere stories live. Discover now