9. Hangat

57 8 1
                                    

Makan malam sudah berlangsung setengah jam yang lalu. Saat ini Clavy tengah menonton televisi dengan semangkuk popcorn dan satu botol soda, sedangkan Theo tengah sibuk memanggang korbannya tadi, dan entah di mana lelaki psycho itu melakukannya. Untuk saat ini Clavy tidak mau tahu. Kali ini Clavy menonton sebuah acara mengenai kesehatan mental seseorang.

Entah mengapa Clavy sangat serius menonton tayangan tersebut sampai-sampai tak sadar bahwa Theo sudah kembali. Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya binggung melihat Clavy yang begitu serius di depan televisi.

"Clav?" panggil Theo dengan pelan. Clavy tidak menyahut. Theo mengerutkan dahinya.

"Clavy!" panggil Theo lebih kencang, namun Clavy masih menghiraukannya. Theo menghela nafas nya kasar. Ia pun berjalan mendekati gadis itu. Saat tepat di belakang Clavy, Theo mendudukan tubuhnya sejajar dengan Clavy.

"Clavy Raiseine gue manggil lo dari tadi." ujar Theo dengan suara berat tepat di telinga Clavy, nafas hangat nya menerpa leher jenjang gadis itu.

"Waaaa! Anjing kaget gue! The apaan sih?! Ngaget-ngagetin aja!" protes Clavy setengah menjerit dan reflek bangun dari duduknya.
Theo hanya menatap Clavy dengan datar.

"Lo yang apa-apaan, gue panggilin ga jawab-jawab." kata Theo dengan dingin. Clavy hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Ya maaf sih, udah tau gue lagi serius." balas Clavy sembari kembali duduk.

"Kenapa lo nonton acara beginian?" tanya Theo sembari menatap tayangan televisi tersebut. Clavy menahan nafasnya sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan, "Siapa tau salah satu metode nya bisa gue gunain buat lo." gadis itu menunduk sambil menautkan jarinya di atas lutut.

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Dan entah mengapa terasa lebih dingin dari sebelumnya. Clavy menggigit bibirnya gugup. Duh, harusnya ia tak mengucapkan kata itu. Dua menit berlalu, dan tiba-tiba saja Theo bergerak mendekati Clavy. Lelaki itu menangkup bahu gadis itu dan memutar nya sehingga mereka berhadapan.

"Gue ga butuh metode itu Clav. Yang gue butuhin itu elo. Kehadiran lo, yang bikin gue lebih normal. Please, stay and don't go anywhere." ujar Theo dengan lembut, lantas merengkuh tubuh kecil gadis itu dalam dekapan hangatnya.

'Theo jangan begini terus, gue bisa sayang beneran sama lo'

'Gue jadi ga yakin dia cuman mangsa buat gue. Kenapa rasanya aneh banget?'

***

Pagi hari ternyata terasa sangat dingin, terlebih semalam hujan lebat, membuat Clavy merapatkan cardigannya yang tipis. Gadis mungil itu tengah berada di dapur memperhatikan kulkas yang nampak penuh dengan makanan kadarluarsa dan sayuran yang busuk. Hanya ada beberapa kaleng bir, air putih, dan beberapa butir telur.

Clavy berdecak kesal. Sial, kalau begini dia mau makan dengan apa coba? Telur rebus dengan kuah bir? Mungkin jika ia tidak waras dia sudah melakukannya sejak tadi. Gadis itu menggaruk kepala nya sambil berpikir keras.

"Lo ngapain?" Tanya Theo yang tiba-tiba berada tepat di belakang Clavy. Gadis itu yang tadinya sedang melamun, begitu terkejut hingga lutut nya terantuk pintu kulkas.

"Anjing. Kaget gue. The! Bisa ga ngasih tanda gitu kalo mau dateng? Bikin orang jantungan aja." Protes Clavy dengan kesal, gadis itu masih mengelus dadanya yang masih terasa berdebar keras akibat terkejut.

"Oh yauda, lain kali gimana kalau gue bawa senapan buat ngasih tanda ke lo? Kan kalau gue tarik kokang nya lo bakal tau gue ada di sekitar lo." Jawab Theo dengan santai, Clavy pun mendengus kencang mendengar jawaban sialan seperti itu.

"Segitu niat nya lo buat ngasih tanda kehadiran lo? Apa jangan-jangan lo ngasih tanda buat gue siap-siap dikirim ke neraka?" Tanya Clavy dengan curiga dengan jari telunjuk yang menuding ke wajah Theo.

[BPS] The Bad and The DarkWhere stories live. Discover now