Bagian 2

1K 27 0
                                    


Bagian II

Author POV

Handika tersadar saat melihat bayagan yang terpantul di dinding dekat dengannya, Handika menoleh ke kanan melihat wanita tersebut berdiri bersampingan dengan anak lelaki.

".... A—Andin..." gumam Handika pelan cukup terkejut sementara Iyas menatap ayahnya lalu berganti dengan memperhatikan wanita serta lelaki itu.

Dengan langkah pelan namun pasti wanita itu menghampiri Handika di ikuti oleh lelaki di sebelahnya, wanita itu tersenyum ramah saat menghampiri dekat Handika.

"S—sedang apa kamu di sini??" tanya Handika bingung.

"seharusnya Andin yang berkata demikian mas... mas sedang apa di sini??" jawab Andin sopan tersenyum manis.

"k—k—kebetulan istri saya sedang melakukan proses bersalin di dalam" ucap Handika.

"benarkah?... waaah... selamat untuk mas, dapat buah hati lagi nih hihi"

Sementara Handika dan Andin mengobrol santai sembari duduk di kursi tunggu, Iyas dan lelaki tersebut saling memperhatikan satu sama lain. Di pikiran Iyas adalah ia bertanya-bertanya.. siapa wanita yang bernama Andin dengan lelaki yang seumuran dengannya. Sementara lelaki tersebut saat melihat Iyas.. yang ada di pikirannya adalah bahwa ia sangat ingin berteman dengan Iyas.

'jadi dia anak pak Dika... dia terlihat baik' batin lelaki tersebut melihat Iyas.

Tak lama kemudian Andin berpamitan dengan Handika karena kedatangannya kerumah sakit adalah menjenguk saudaranya yang dirawat di ruang UGD, sementara itu Iyas duduk dengan rasa penasaran melihat kepergian mereka. Handika kembali duduk bersampingan dengan anaknya dan juga tetap dengan rasa was-wasnya terhadap istrinya yang tengah berjuang melahirkan buah cintanya.

Selang beberapa menit, pihak keluarga Tyas berdatangan ingin mengetahui kondisi yang di alami Tyas terutama saudari kembarnya yang bernama Tia. Handika cukup rileks saat melihat saudari kembarnya karena kehadiran Tia selalu membuatnya tenang apalagi Tyas dan Tia memiliki wajah yang hampir sama dari segi mata, bibir, hidung dan yang membedakannya adalah alisnya saja namun ketenangan Handika berangsur-angsur mulai sirna karena beberapa dokter spesialis keluar dari ruang bersalin apalagi Handika melihat kepanikan pada wajah-wajah dokter yang berjalan cepat meninggalkan ruangan.

"dok.. bagaimana keadaan istri saya??" tanya Handika menghadang dokter spesialis.

"......... pak.. sebaiknya bapak tenang dan berdoa agar istri bapak serta buah hati bapak dapat terselamatkan.."
Mendengar perkataan dokter yang rancu membuat Handika terkejut, kembali menegang dengan detak jantung yang mulai berdegup kencang.

"m---maksud b—b—bapak??" tanya Handika gugup. Tia berusaha menenangkan Handika dengan memegang jemari Handika kemudian menautkannya dengan erat.

"..... saya benci mengatakan hal ini.. t—tapi..."

"dok... segera dok!!" ucap dokter lainnya yang berada di depan mereka.

"m—maaf pak.. permisi" ucap dokter itu melewati Handika dan Tia.

Raut wajah Handika kian terlihat kusut setelah mendengar perkataan dokter, Handika duduk dengan lesu bersender dengan dinding, melihat ayahnya demikian.. Iyas langsung sigap menghampiri ayahnya serta memberikan sebuah pelukan hangat pada ayahnya, Demikian keluarga yang tengah hadir bersabar menunggu memberikan support kepada Handika dan memberikan doa pada Tyas. Kecemasan Handika kian menguasai dirinya membuat ia menunduk berlama-lama sesekali meremas rambut kepalanya, saat Handika melihat kedua dokter itu kembali, Handika lagi-lagi menanyakan hal yang sama. Handika terkejut ketika melihat dokter kedua mendorong sebuah tabung oksigen.

You're My..... (BoysLove)Where stories live. Discover now