Bagian 10

323 10 6
                                    


"... aku ikut" aku berkata demikian. Fahri berhenti kemudian berbalik badan.

"beneran??" aku mangguk. Wajah Fahri terlihat heran.

"yaa udah ayook.." seru Fahri.

Aku mengikuti Fahri dari belakang, memperhatikan jalannya yang tegap namun sedikit berjarak karena aku benar-benar tidak tahan berdekatan dengan Fahri karena aroma parfumnya yang aneh membuat kepalaku sedikit pusing mencium parfum yang iaa pakai itu. Sesampai di depan gerbang parikiran aku berdiri dan menunggu Fahri keluar, tidak lama aku menunggu Fahri telah muncul dengan motor maticnya.

"kamu .. gak pakai helm?" kataku melihatnya tanpa helm mengendarai motor.

"emang kenapa??" jawabnya santai.

"dari rumah memang gak pakai helm?"

"iyaaa.. lagian dekat juga"

"ckk... bukan masalah dekatnya.." bantahku.

"aku gak jadi ikut" kataku. Entah mengapa aku tiba-tiba jenuh.

"looh..lohh.. kenapa?"

"aku kira kamu bawa helm dua.. jangankan helm dua.. kamu sendiri aja gak pakai helm!" omelku.

"heheee.. yaudah kita balik dulu kerumah ambil helm.. sekalian kamu ganti baju gih.. ntar bajumu kotor, bau dan berkeringat kalau di pakai buat main Tennis"

"kamu antar aku pulang aja sebaiknya"

"kamu mau pulang?"

"yaaaa.." jawabku datar.

"yaudah... ayook sini aku antar pulang"

"pelan-pelan bawa motornya" perintahku siap-siap mau naik ke motor.

"siap bos" balasnya. Aku duduk di belakang Fahri sembari menutup hidungku menggunakan kerah baju sekolah. Fahri sepertinya melihat reaksiku itu, tapi dia hanya diam saja tidak merespond atau mengatakan aku 'Lebay'.

Fahri berkendara dengan santai sesuai dengan perintahku hingga tak lama kami telah sampai di depan pagar rumah. Aku langsung terjun ke tanah tidak lupa berterimakasih ke Fahri.

"Iyass.." panggil Fahri di saat aku membuka gembok pagar. Aku melengah.

"hehee.. aku cuman manggil.. moga harimu menyenangkan" kata Fahri. Aku menggerutu dalam hati, Fahri ini terkadang sifatnya aneh dan setiap kali berbicara seakan-akan menghinaku, ataukah aku saja yang berlebihan.

"akuu pergi yaa.. byee" Fahri berlalu dengan motor pergi ke arah selatan.

Melihat kepergiannya aku tiba-tiba menjadi merasa kesepian.. untuk hari ini Yosi tidak bisa berkunjung kerumahku karena Yosi menemani ibunya belanja di pasar.

Yosi temanku itu anak yang rajin.. beda denganku yang jarang membantu orang tuaku sendiri, namun terkadang aku juga membantu almarhum ibu, membantu ibu memberes-bereskan pekarangan di halaman belakang, tapi sepertinya halaman belakang sudah terbengkalai sekarang dan aku sendiri juga tidak mahir dalam hal bertanam tumbuhan ataupun hanya sekedar memotong tangakai bunga. Huuuh... aku mengambil nafas panjang lalu masuk melewati gerbang rumah dan menutupnya kembali..

**

Aku mulai merasa di titik tertinggi kejenuhan berada di rumah hampir seharian. Rencana untuk pulang sorepun gagal akibat kehadiran Fahri yang secara tiba-tiba muncul di saat aku membeli es kelapa. Di setiap aku pergi, di situ pula sering muncul kehadiran Fahri... ckkkck... dia seperti jelmaan hantu saja bisa tiba-tiba muncul.

"uppsss..." kataku. Spontan aku menutup mulut. Berani sekali aku berfikir demikian, berfikir Fahri seperti jelmaan hantu. Aku tidak sopan sekali, Fahri sudah berbaik hati denganku bahkan meminjamkan dasinya untukku.. ohhh.. dia tidak meminjamkan.. dia menyuruhku tuk mengambil dasi kepunyaannya itu menjadi milikku. Di sana dasinya menggantung di gantungan baju.

You're My..... (BoysLove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang