Bagian 33

108 3 0
                                    

Yosi POV

Ini buruk. Ini sangat buruk. Lihatlah hujatan-hujatan yang tertulis di group Line sekolahku ini.

Foto macam apa ini homo bangsat!!!

Cakep-cakep tapi homo!!!

Maho menjijikkan!!! Mati aja!!!

Iyas mana ya? Kok gak muncul-muncul?

Ya pasti Iyas malu lah karna punya sodara homo macam ini!!!

Shit!!! Umpatku. Iyas mendengar umpatanku.

Iyas menatapku serius. Aku terdiam memperhatikannya.

"Kamu jangan ambil pusing soal ini ya Yos" perkataan Iyas lembut.

"Yas.. kamu tau kan ka—.."

"Uuum-mmhhh..."

"Aku paham Yosi. Tapi ini semua adalah salahku. Lebih baik aku yang menyelesaikannya ya" tutur Iyas.

Aku mengangguk pelan.

"Good boy" jawabnya sembari tersenyum lalu berbaring.

Iyas berbaring menatap langit-langit. Tatapan yang Iyas pancarkan seolah-olah ingin melakukan sesuatu. Sudah pasti Iyas ingin melakukan sesuatu namun aku tidak tau apa yang akan Iyas lakukan.

Melihatnya asik berbaring menatap langit-langit kamar, aku pun berbaring disampingnya. Mengikuti apa yang Iyas lakukan.

Hening...

Hening.....

Itu sudah pasti!!!

Beberapa menit kemudian suara bel terdengar. Ku perhatikan Iyas kesal mendengar suara bel yang merusak suasana hatinya. Dengan sigap aku mencegahnya.

"Biar aku aja yang ke bawah..." pintaku. Iyas membalas dengan mengambil nafas panjang dan lama.

Aku tersenyum kilat kemudian aku langsung ke bawah menghampiri si penekan bel di luar sana. Sekilas kulihat dari bayang-bayang belakang tirai jendela, aku seperti mengenal sosok diluar sana dan ternyata benar.

"Ada apa" kataku usai membuka pintu. Aku tidak membuka pintu dengan lebar.

"Mana Iyas?" Tanya Fahri sengit.

"Mau apa kamu?" Kataku tak kalah sengit.

"Aku harus bicara sama dia"

"Mau bicara apa kamu?" Kataku pura-pura bodoh.

"Soal Ewin lah.!! Aku gak mau Iyas malu gara-gara ini semua Yosi.. Iyas itu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri" jelasnya.

"Adik? Hah? Apa?"

"Nanti saja aku jelaskan. Intinya aku mau persoalan Iyas ini selesai."

"Boleh kan aku masuk"

"Jangan sekarang.." pintaku.

"Aku mohon..." Fahri memelas.

"Aku tau ini memang masih misterius. Tapi alangkah baiknya kita tunggu respon Iyas.."

"......" Fahri terdiam seperti memikirkan sesuatu. Fahri nampak berfikir keras.

"....."

"Kamu pah—.."

"Aku tau rumah Ewin" balasnya mantap.

Bagus!!!

Iyas POV

Hari sudah senja.
Senja adalah waktu dimana aku sering mengobrol dengan ibuku di halaman belakang.
Ya...!! Kali ini aku duduk di gazebo halaman belakang. Kulihat dan kuperhatikan tidak ada lagi tanaman yang hidup disini. Gersang!!! Hanya ada rerumputan kecil dan beberapa batang pohon bunga mawar.

"Ibu..." lirih ku.

Tak kusangka aku meneteskan air mataku lagi.
Aku cengeng..!!!
Aku mengakui itu..!!
Apalagi hal yang menyangkut dengan kepergian ibuku untuk selama-lamanya.
Ditambah lagi aku selalu sendirian dirumah!!
Ayahku sendiri sangat jarang berada dirumah setelah ibu wafat.
Aku seperti tidak punya orang tua sekarang, bahkan kembaran ibu pun tidak pernah menampakkan batang hidungnya dirumah ini.
Kenapa semua orang-orang yang pernah dekat denganku berubah setelah ibu wafat?
Aku yakin!!! Jika ibu melihat ini semua. Ibu pasti akan sedih.

Maaf aku tidak bisa melanjutkan bagianku untuk saat ini. Aku minta kepada penulis untuk melanjutkan POV yang lain. Terimakasih.

Well... as you Wish Iyas :)

***
Makasih yaa. Yang sudah mau baca cerita yang aku buat ini hehe. Komentar dan Vote sangat berarti bagiku hehe. Ohh iyaa btw selamat menjalankan ibadah puasa yaa :)

Dan satu lagi... bila updatenya lama harap dimaklumi ya guys. Karna penulis sekarang sudah bekerja. Ya alhamdulilah sekarang penulis bukan mahasiswa lagi dan sekarang statusnya jadi pegawai kontrak di salah satu BUMN hehe :) Doakan penulis sehat selalu dan selalu dalam Mood yang bagus ya. Karna penulis ini masih berumur 22 tahun jadi masih sedikit labil dan moodyan hehe.

Love you guys 🤍❤️🤍❤️

You're My..... (BoysLove)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora