One

8.9K 579 18
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Seorang gadis termenung dalam kesunyian malam. Sesekali dia mendesah pelan, takut seorang pria yang terbaring didepannya tak mampu membuka mata untuk melihatnya lagi, tersenyum bersamanya dan bercanda gurau dengannya. Kayla, dia tidak menyalahkan atas sakit yang diderita kakeknya yang menyebabkan mereka kehilangan kemewahan yang dulu selalu menyelimuti kehidupan mereka.

Saat ini yang gadis itu pikirkan adalah kesembuhan kakeknya, Jayden Connor. Cukup Kayla kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan tanpa sebab tiga tahun yang lalu. Gadis itu tidak ingin kehilangan anggota keluarga satu-satunya. Penyakit jantung kronis yang menggerogoti kakeknya menyebabkan seluruh harta milik keluarga Connor hilang dalam sekejap mata. Kakeknya sudah tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik, Kayla pun tak tahu menahu tentang dunia bisnis. Kayla memang gadis cerdas dan sayangnya dia memilih mengambil jurusan sastra inggris daripada berhubungan dengan bisnis.

Pekerjaannya sebagai guru private lepas tak menjamin maupun menunjang kehidupan serta pengobatan untuk kakeknya. Tinggal disebuah apartemen sederhana ditengah kota London sangat jauh berbeda jika Kayla memandang kehidupannya empat tahun yang lalu. Semua milik keluarga Connor seperti tertelan bumi tanpa bekas begitupun dengan nama keluarga Connor sendiri.

Kayla menatap nanar pada wajah yang sedang memiliki mata tertutup. Garis menua tercetak jelas disetiap bagian wajahnya. Sebagian rambutnya memutih, kumis dan jenggotnya juga ikut memutih. Kayla tertegun saat melihat mata abu-abu yang sangat dirindukannya itu terbuka. Menatapnya dengan teduh dan menenangkannya, setenang saat Kayla menikmati segelas coklat panas.

"Kayla..." Suara serak itu memanggil Kayla dengan lembut.

"Kakek, Bagaimana keadaan kakek? Apa Kakek merasa lebih baik?" Pertanyaan itu selalu Kayla lontarkan saat Jayden membuka matanya setelah beberapa jam terpejam.

"Kayla, kau bisa membantu kakek?" Suara Jayden semakin melirih. Bahkan Kayla merasa suara itu hampir hilang. Tidak. Kayla tidak ingin kehilangan kakeknya, apapun itu yang terjadi. Kayla pasti akan berusaha untuk menyembuhkan kakeknya.

Kayla mengangguk. Airmatanya menyerbak, tak tega jika membiarkan kakeknya berkata sepatah kata sekali lagi. Kayla benar-benar takut Jayden akan kehilangan suaranya, selamanya.

Mata Jayden mengarah pada sebuah kotak berwarna hitam keabu-abuan yang terletak diatas lemari kecil setinggi satu meter. Kotak itu terletak dibagian paling bawah diantara kotak-kotak yang lain. "Kau...bisa ambilkan...kotak itu untukku?" Suara Jayden terputus-putus karena merasa sesak didalam dadanya.

Kayla bangkit dan mengambil kotak yang dimaksud Jayden lalu kembali duduk dikursi plastik setinggi tiga puluh senti, tingginya setara dengan ranjang yang ditempati Jayden.
"Kau bisa membuka... kotak itu...untukku?"

Kayla mengangguk dan langsung membukanya. Disana terdapat beberapa lembar kertas yang terjilid rapi, beberapa lembar foto yang terbalik dan sebuah amplop panjang.

"Ambil amplop yang ada disana." Lirih Jayden dan Kayla mengikuti.

"Aku ingin... setelah aku pergi... kau berikan kotak dan... surat itu pada... alamat yang ada...diamplop itu. Berikan langsung pada orangnya... Davon Clayton." Suara Jayden semakin menghilang. Tiba-tiba saja tubuh Jayden kejang-kejang. Kayla yang menyadari keadaan kakeknya semakin memburuk menaruh begitu saja amplop dan kotak itu dilantai.

"Kakek... Kakek... "Seru Kayla sembari menggoyang-goyangkan tubuh kakeknya. Tubuh Kayla menegang seketika saat menyadari kakeknya sudah tidak bergerak sama sekali, kedua matanya kembali tertutup, nafasnya hilang. Nafasnya hilang?! Kayla menangis menyadari tubuh kakeknya sudah terbaring kaku. Namun Kayla seperti tak gentar, dia masih mencoba menggoyangkan tubuh Jayden dan memeluknya.

A Love to Kayla | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now