Nine

2.5K 294 4
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Kayla keluar dari kamar setelah hari mulai siang. Dia sesekali menoleh ke belakang. Didalam hati dia merasa kesal karena dua pengawal itu terus mengikutinya kemanapun. Kayla tidak tahu ingin kemana lagi sekarang ini. Dia tidak tahu apa saja yang ada di dalam rumah itu. Tapi Kayla harus menghapalnya supaya suatu saat nanti dia bisa kabur dari tempat ini.

Kayla menghentikan langkahnya perlahan saat melihat rumah kaca itu. Dia perlahan mendekat kearah pintu untuk masuk kedalam rumah kaca itu. Dari luar Kayla sudah melihat banyak sekali macam-macam bunga. Saat Kayla akan masuk kedalam, dia menghentikan langkahnya mendengar seseorang mencegahnya.

"Berhenti Nona."

Evan menghampiri Kayla. Lelaki itu berjalan dengan cepat dan berhenti di depan Kayla yang menatapnya dengan bingung.

"Anda tidak di perbolehkan masuk kedalam rumah kaca itu, Nona. Hanya Tuan Davon yang di perbolehkan masuk kesana."

"Benarkah?" tanya Kayla dan menatap kearah rumah kaca itu. Tapi dirinya sangat ingin masuk kedalam, pikir Kayla. "Tapi, waktu itu Davon mengatakannya padaku kalau aku boleh kemana saja."

"Tapi, Nona. Saya minta maaf tidak mengijinkan Anda untuk masuk kedalam. Karena memang tidak siapapun di perbolehkan masuk kedalam. Bahkan tidak ada pelayan yang diijinkan membersihkan tempat itu selain Tuan Davon."

Sepertinya ada sesuatu yang penting di dalam sana, batin Kayla. "Baiklah. Tidak masalah," gumam Kayla dan meninggalkan tempat itu. 

~

Davon menekan bel pintu itu dan menunggu seseorang yang ada di dalam membukanya. Dirinya pulang lebih cepat satu jam dari biasanya karena merasa sangat bosan. Tak lama pintu apartemen itupun terbuka. Nampak seorang wanita tersenyum senang melihat Davon dan langsung memeluk lalu menciumnya.

"Aku merindukanmu," ucap Anesa dan memeluk Davon lalu menuntunnya untuk masuk kedalam.

Anesa menutup pintu apartemen dan mempersilakan Davon untuk duduk. Dia ikut duduk di samping Davon dan menyandar di dada lelaki itu sembari mengelusnya.

"Kau sudah pulang satu minggu dan baru menghubungiku. Apa kau sangat sibuk?" tanya Davon dan meminum minumannya.

Anesa tertegun dan menjauh dari dada lelaki itu. Dirinya menatap Davon, "Aku pikir aku akan mengganggu pekerjaanmu. Jadi, aku meneleponmu sekarang karena besok kau libur bekerja."

Davon meletakkan gelasnya dan menatap Anesa. Wanita itu hanya memakai pakaian dalam tapi kenapa Davon merasa tidak tertarik lagi padanya? Biasanya dia akan langsung membuat tubuh itu berada di bawah kendalinya. Davon kembali menatap lurus dan menuangkan gelasnya sendiri.

"Kenapa? Apa aku sudah tidak menarik lagi?" tanya Anesa tak suka melihat Davon hanya diam dan tidak melakukan apapun, "Apa selama aku tidak ada disini, kau menemukan wanita yang mempunyai dada lebih besar dariku?"

Davon diam sembari memikirkan ucapan Anesa. Wanita itu benar. Beberapa hari yang lalu untuk pertama kalinya Davon menemukan dada yang memiliki ukuran yang asli. Tak ada silikon atau apapun itu di dalamnya. Semua yang ada di dalam diri gadis itu sangat asli. Bukan buatan dari manusia profesional maupun handal sekalipun, melainkan sejak gadis itu lahir.

Bibirnya yang merah seolah menggodanya untuk terus di cium, leher jenjangnya menarik lelaki siapapun ingin meninggalkan jejak mereka disana, payudaranya yang penuh dengan daging kecil berwarna merah yang mencuat di tengahnya saat sedang di goda, dan bagian yang paling Davon sukai adalah sesuatu yang ada diantara pangkal paha gadis itu yang akan menggelinjang jika disentuh.

A Love to Kayla | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now