Five

4.7K 456 25
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Davon menutup pintunya dengan rapat untuk memastikan tidak ada siapapun yang akan masuk kedalam kamarnya. Dia berjalan kearah ranjang dengan sisa tenaganya sembari kedua tangannya merayap didinding. Tubuhnya terbaring asal diatas ranjang saat Davon berhasil menjangkau ranjangnya. Dirinya mencoba mengatur napasnya untuk menghilangkan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Jika sakit itu tidak menyerangnya saat ini, mungkin Davon tidak mempedulikan suara pelayan dan justru bercinta dengan Kayla.

Lelaki itu terengah-engah sembari satu tangannya membuka laci di meja kecil samping ranjang dan mengambil dua kaplet obat lalu bangkit duduk untuk meminumnya. Davon menghela napas lega dan menutup kedua matanya untuk kembali memulihkan keadaannya. Tanpa sadar dirinya justru terlelap tidur.

Davon membuka matanya kembali saat mendengar seseorang berjalan cepat di depan kamarnya. Dia menoleh kearah jam dan menunjukkan pukul sebelas lewat. Perlahan Davon bangkit berdiri untuk melihat siapa pelayan yang terburu-buru disaat sudah waktunya untuk istirahat. Pintu kamar itu terbuka perlahan. Davon mengernyit menatap bayangan seorang wanita yang terlihat terburu-buru sembari mengendap-endap. Dia kenal siapa wanita yang memakai dress yang hampir dia lepaskan dari pemiliknya.

Saat sampai di depan pintu besar yang menjadi pintu masuk mansion itu, gadis itu menoleh kearah kanan kirinya. Setelah yakin tidak ada yang mengawasinya, Kayla berusaha membuka pintu di depannya yang ternyata sangat susah untuk di buka. Saat Kayla mencoba mencari dimana letak kunci yang melekat di pintu itu, Davon berjalan pelan di belakangnya.

Davon memutar tubuh Kayla dan menggendongnya tiba-tiba membuat gadis itu menjerit hingga suaranya melengking menembus setiap ruangan dalam mansion itu. Lelaki itu tidak mempedulikan Kayla yang memukuli punggungnya dan menjerit supaya dirinya menurunkan gadis itu dari pundaknya. Seluruh pelayan dan pengawal berlari kearah sumber suara begitupun dengan Evan.

"Tuan," panggil Evan saat Davon melewatinya begitu saja.

"Tolong!" teriak Kayla dan menatap kearah Evan beserta pelayan dan pengawal lainnya. Namun mereka tidak ada yang bisa melawan perintah Tuannya.

Davon menghentikan langkahnya dan berbalik sehingga posisi Kayla saat ini membelakangi Evan dan lainnya. Kayla terus menendang-nendang kakinya. Dirinya mulai pusing karena Davon membuat kepalanya terbalik ke bawah dan rambutnya berantakan.

"Kalian kembali istirahat saja," perintah Davon dan mengabaikan tatapan Evan lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Turunkan aku! Hei!" teriak Kayla saat Davon melewati setiap ruangan.

Lelaki itu membuka pintu kamarnya. Dia menurunkan Kayla dari pundaknya setelah mengunci kamarnya. Tatapannya masih memperhatikan Kayla yang terbatuk-batuk dan berusaha menormalkannya. Kayla menatap lelaki di depannya setelah merasa keadaannya lebih baik. Dia bahkan menyelipkan rambutnya di kedua daun telinganya karena sedikit berantakan.

"Kenapa kau melakukan ini? Aku ingin pulang!" Kayla berkata dengan sedikit berteriak.

Davon duduk di sofa. "Aku hanya ingin membuatmu sadar tentang wasiat kakekmu itu," jawabnya.

"Maksudmu tentang aku harus tinggal disini denganmu?"

"Iya, kenapa? Bukankah dua jam yang lalu kau menikmati hadiah dariku?"

Mendengar pertanyaan itu membuat wajah Kayla memanas seketika. Dirinya berjalan mundur beberapa langkah mengingat ucapan lelaki itu bahwa mereka akan melanjutkan apa yang sudah mereka mulai dua jam yang lalu. Davon kembali berdiri dan mendekat kearah Kayla. Dia tidak tahu apakah Kayla masih mengingatnya atau tidak siapa dirinya.

A Love to Kayla | NEW VERSIONUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum