Ten

2.9K 306 9
                                    

Happy Reading^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Davon terbangun saat mendengar seorang pelayan mengetuk pintu kamar Kayla. Dia mendengar pelayan itu mengatakan bahwa sarapan pagi untuk gadis itu sudah siap. Davon menatap Kayla kembali. Gadis itu masih terlelap karena kelelahan. Davon tersenyum tipis dan berniat untuk mencium Kayla. Namun saat bibirnya berada tepat di depan bibir Kayla, tubuhnya menegang mendengar suara gadis cilik.

"Kakak."

Kedua mata Davon terbuka dan terkejut melihat Astin ada di depannya. Bocah cilik itu menatap wajah Davon begitu polos membuat lelaki itu langsung memeluknya erat. Rasa senang itu membuncah dalam hatinya. Dia sangat merindukan Astinnya selama ini.

"Astin," panggil Davon. Akal sehatnya seolah hilang dan menyangkal bahwa itu hanya ilusi. Baginya saat ini Astinnya nyata di depan Davon.

"Kakak," panggil Astin, lagi. Sekarang nada suara bocah itu seolah memohon sesuatu membuat Davon melepaskan pelukannya dan menatap gadis cilik di depannya.

"Apa Astin? Apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Davon tak sabar.

Davon mengikuti adiknya yang duduk menghadapnya. Dia terus membelai wajah adiknya dengan penuh kelembutan.

"Aku ingin Kakak memberikan bunga untukku," pinta bocah cilik itu sembari menundukkan kepalanya.

"Baiklah, Kakak akan memberikan bunga untukmu," Davon terdiam sejenak. Dia tidak bisa memberikan bunga untuk adiknya karena tidak bisa menepati janjinya untuk membunuh Jayden, "Astin," panggil Davon membuat adiknya kembali menatapnya.

"Kakak tidak akan memberikan bunga untukku, iya kan?"

Davon menundukkan tatapannya. Bocah cilik itu memegang tangan Davon hingga lelaki itu kembali menatapnya, "Kalau begitu, Kakak bisa membunuh dia. Dia juga keluarga Jayden kan? Kakak pernah berjanji akan membunuh semua anggota keluarga Jayden padaku. Kakak bisa membunuh dia," ucap Astin sembari menunjuk kearah Kayla yang sedang tertidur.

Davon menatap Kayla. Haruskah dia membunuh gadis itu juga? Tapi selama ini Davon tidak menganggap Kayla sebagai cucu Jayden karena dia sendiri menginginkan gadis itu. Sejak dulu Davon ingin mengambil Kayla dari Jayden, lalu kenapa dia harus membunuhnya juga?

"Apa Kakak tidak ingin melakukan itu untukku?" tanya Astin sedih.

Saat Davon ingin menjawab pertanyaan adiknya, dia terkejut sudah tidak melihat Astin di kamarnya. Pandangan Davon mengelilingi ruangan kamarnya dan tidak menemukan siapapun kecuali Kayla yang masih terlelap. Dia menarik napas panjang dan kembali menatap Kayla. Haruskah dirinya juga membunuh gadis itu?

Davon kembali berbaring dan menatap wajah Kayla. Dia tidak mempedulikan suara pelayan yang masih memanggil Kayla untuk keluar. Satu tangan Davon terulur dan mengelus wajah gadis itu hingga membuatnya terbangun dan membuka matanya. Perlahan Davon melihat bola mata gadis itu. Dia tersenyum tipis dan menarik Kayla kedalam pelukannya.

"Kau pasti kelelahan. Lanjutkan saja tidurmu. Aku akan membawa sarapanmu nanti," ucap Davon dan mengelus punggung Kayla.

Gadis itu hanya diam dan kembali menutup matanya. Dia tidak mengatakan apapun karena memang masih mengantuk. Davon mencium puncak kepala Kayla sembari memikirkan ucapan Astin beberapa detik yang lalu. Kenapa bayangan adiknya muncul disaat Kayla ada di rumahnya? Apa adiknya memang menginginkan kematian Kayla juga?

Davon melepaskan pelukannya setelah merasa Kayla kembali tertidur. Dia menoleh kearah pintu saat mendengar suara Evan di depan pintu. Davon pun turun dari ranjang dan menyelimuti Kayla. Langkah kaki lelaki itu tertuntun menuju pintu dan membukanya.

A Love to Kayla | NEW VERSIONWhere stories live. Discover now