7. Wait... You're Kuroko Tetsuya !

3.5K 216 25
                                    

Sebuah bola dilambungkan setinggi mungkin dari jarak yang tidak normal. Dengan lambat bola itu seolah-olah mencabuti nyawa para lawan mereka. Bola tersebut segera menukik tajam ke ring dengan indahnya, andaisaja bola itu masuk. Bola basket itu kini dilemparkan ke kepala ace tim mereka. “Woy, Midorima !!! Main yang bener, teme. Apa-apaan itu, sepuluh bola yang kau tembakkan justru tidak ada yang masuk sama sekali. Kau ini kenapa, aho !”teriakkan Miyaji Yuuya menggema di gym string satu Shuutoku.

Orang yang diteriakipun hanya terdiam—menerima kesalahannya sendiri. “Maa...maa... tenanglah Miyaji-senpai. Wooh jangan lempar nanas itu ! Sabar dulu mas, mari kita selesaikan permasalahan dengan kepala dingin sedingin hati gebetan—eaa. Jangan lempar nanas itu ke aku Miyaji-senpai !” Kehadiran Takao sendiri hanya memperkeruh suasana yang ada. Nikitani selaku pelatih mereka hanya mengabaikan kegilaan tim Shuutoku—yang terjadi seperti biasa lalu bertanya kepada ace mereka, Midorima.

“Midorima, ada apa dengan mu ? Apakah kau sudah ingin menyerahkan gelarmu sebagai penembak three point yang bisa menembak di mana saja ?” Pelatih mah pedes banget omongannya. Kokoro Midorima retak tuh. Tenang aja, Midorima punya armor mengingat Kiseki no Sedai sendiri ngomongnya nyeleketin. Midorima hanya menatap lirih dan datar lantai gym.

“Tidak coach. Aku hanya berpikir apakah aku bisa tidak ikut training camp kali ini-nanodayo,”ujar pelan Midorima. Miyaji yang mendengar itu segera mencengkram kerah pemuda itu. Di kepalanya sudah muncul asap dari gunung merapi yang siap meledak dalam hitungan detik.

Kisama !!! Apakah kau ingin membanggakan diri karena lebih dari kami sehingga kau tidak perlu ikut training camp, hah !” Midorima hanya bisa diam mendengar amukkan senpainnya itu. Nakatani memijat pelipisnya—berusaha berpikir jernih. Memang mereka mendapatkan posisi kedua di Inter-High, tapi itu belum cukup untuk memenangkan Winter Cup. Dia menepuk kedua tangannya pelan—menghentikan pertengkaran yang terjadi di gym itu.

“Bisakah kau jelaskan alasanmu ? Mungkin aku bisa mempertimbangkan hal tersebut.” Semuanya menanti penjelasan dari Midorima. Miyaji mengambil sebuah nanas hijau—dipinjamkan kakaknya a.k.a Miyaji Kiyoshi yang siap kapanpun mendarat di kepala Midorima. Takao dengan mata blink-blinknya penasaran setengah mati tentang alasan Midorima.

“Itu... ayah dan ibuku pergi ke suatu tempat untuk liburan—untuk bermanis madu sehingga hanya tinggal aku dan adik perempuanku sendiri di rumah. Mereka pergi bertepatan di saat kita melakukan training camp-nanodayo.” Semuanya—Takao sih sebenarnya menangis bahagia mendengar kepedulian Midorima kepada adiknya itu.

“Kenapa tidak kau ajak saja ?”celetuk Miyaji. Midorima menghela napas kesal—entah mengapa.

“Tadinya rencananya begitu-nanodayo. Tapi, dia memilih pilihan kedua di antara kedua pilihan tersebut-nanodayo. Katanya, aku hanya akan membuat beban untuknya. Dasar anak kecil sialan.” Semuanya tertawa mendengar alasan adiknya Midorima.

“Memangnya apa saja opsinya ?”tanya Nakatani.

“Opsi pertama, dia ikut bersamaku ke training camp kali ini. Opsi kedua, dia akan dititipkan ke anak perempuan teman ayahku yang kebetulan juga sedang melakukan training camp di mansion mereka di sebuah gunung. Padahal intinya sama saja-nanodayo !” Midorima dengan frustasi mengacak-acak rambutnya itu.  

“Anak dari teman ayahmu itu seorang anggota klub olahraga ? Lalu buat apa kau izin segala ? Biarkan saja adikmu bersama perempuan itu.” Mata Midorima membara-bara ke Miyaji—menampilkan rasa tidak setujunya.

“Bagaimana jika  perempuan itu menyiksa adikku ? Menjadikannya sebagai pembantu ? Atau menjualnya ke yakuza-nanodayo.” Sebuah fakta yang menyedihkan kini diketahui oleh Shuutoku. Midorima adalah seorang siscon.

{DROPPED} Phantom and DarknessWhere stories live. Discover now