hard mission

4.9K 512 146
                                    

Karasuma mandang pria tua didepannya tajam. Ia tidak menyukai keputusan yang diambil oleh sosok didepannya. Ia sangat menghormati orang tua ini, tapi keputusan yang diambil olehnya membuat rasa hormat Karasuma berkurang drastis.

"Dia masih anak-anak, dia bahkan belum berusia 17 tahun!!" Seru Karasuma penuh amarah. Ia sudah tak peduli lagi jika sosok didepannya adalah atasannya, yang sedang menjadi topik pembicaraan adalah muridnya yang paling berharga, dia tak ingi terjadi sesuatu pada muridnya yang satu ini. Membiarkannya melakukan misi-misi 'gelap'nya saja sudah membuat Karasuma khawatir (meski ia tidak perbah menunjukkan dan mengakuinya.) apalagi dengan usulan sang pimpinan yang membahayakan muridnya itu.

"Tidak bisa Karasuma, kita tidak bisa menentang pemerintah pusat." Ujar pria tua itu.

"Tidakkah kalian pikir hidup seperti apa yang sudah dia jalani selama ini?!" Karasuma berteriak penuh amarah. Ia yang dapat mengontrol emosinya disaat apapun dapat lepas kendali seperti ini, rasanya tidak mungkin.

"Aku tahu Karasuma, tapi kita tidak bisa menentangnya." Pria itu menghela nafas lelah, sosoknya benar-benar terlihat sangat tua saat ini. "Aku sangat ingin anak itu bisa terbebas dari semua pekerjaan ini dan menikmati hidup seperti anak-anak pada umumnya. Tapi, kita tidak bisa berbuat apa-apa saat ini Karasuma, tidak saat ini."

"Aku hanya ingin dia bahagai, dia sudah terlalu lama berdiam dalam kesedihan. Dia lebih cocok dengan cahaya, bukan kegelapan. Dia terlalu baik untuk berada dalam kegelapan." Karasuma menunduk dengan tangan terkepal erat disamping tubuhnya. Ia segera meninggalkan ruangan itu tanpa memberi salam sama sekali.

"Aku juga menginginkan hal itu Karasuma, percayalah aku juga menginginkan hal itu."

Pria dengan pangkat tertinggi itu membalikan kursi miliknya menghadap langil biru tanpa awan.

"Aku juga ingin dia hidup dengan normal, mengembalikan kembali sosoknya yang ceria dan polos."

*
*
*

Karma memandang email yang baru saja dia terima, ia sudah menduga cepat atau lambat misi baru pasti akan segera dikiramkan padanya.

Segera bereskan khasus penculikan dan pembunuhan yang sedang terjadi.

Hanya satu kalimat yang dia terima. "Sudah ku duga akan berhubungan dengan khasus yang kulihat kemarin. Tapi tidak bisakah, mereka berbasa-basi terlebih dahulu, dasar para orang tua."

"Mereka memberimu misi lagi?" Tanya Karasuma yang ternyata sudah berdiri dibelakangnya.

"Karasuma-sensei?" Karma terkejut, dia sama sekali tidak menyadari kedatangan Karasuma-sensei.

"Jadi, apa yang mereka inginkan kali ini?" Tanya Karasuma.

"Mereka ingin aku membereskan penculikan dan pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi." Jelas Karma.

"Hm, jika kau membutuhkan bantuan jangan segan mengatakannya padaku." Tawar Karasuma.

Karma menunjukkan cengiran lebarnya. "Sensei pikir aku siapa?"

"Iya, iya, Akabane Karma, sang Demon Knight." Karasuma mengusap kepala Karma dengan penuh kasih sayang sementara Karma hanya tersenyum hangat, senyum aslinya, bukan sebuah cengiran jahil palsu yang selama ini ia tunjukkan.

*
*
*

Karma sama sekali tidak fokus dengan pelajaran yang saat ini tengah disampaikan oleh Irene-sensei. Pikirannya berkelana, menyusun kemungkinan-kemungkinan pelaku penculikan dan pembunuhan anak-anak serta apa motivnya. Ia juga tengah memikirkan keterkaitan antara satu anak dengan anak lainnya, jika saja ada yang luput dari perhatiannya.

Real Self (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang