The Only Thing I Had Was Nothing

75 8 94
                                    

Namjoon saat ini sibuk memperhatikan sang adik yang mengobrak-abrik beberapa berkas kepolisian. Lho, kok boleh?

Jelas, Namjoon adalah seorang detektif, divisi pembunuhan. Membuatnya mudah mendapatkan akses keluar-masuk ke dalam kantor polisi. Namun, bukan berarti ia semena-mena. Katakanlah, Taehyung menyelundup masuk saat Namjoon meminta izin masuk ke dalam ruang penyimpanan. Jika sang kakak adalah detektif handal, maka sang adik saat ini seperti maling yang handal.

"Bodoh, jangan masuk sembarangan ke dalam sini!"

"Shht, diamlah! Kau hanya akan membuat kita ketahuan di sini!"

Namjoon terlihat gelisah, hendak hati menendang sang adik. Namun, melihat keseriusannya menangani kasus, membuat Namjoon mengurungkan niatnya.

"Sebenarnya apa yang kau cari dari data penduduk sipil, huh?"

"Aku ingin mencari profil Jeon Jungkook."

"Ha, siapa tuh?"

"Teman satu sekolahku."

"Kau mencurigainya?"

"Entahlah, itu baru dugaan. Makanya, bantu aku supaya cepat selesai!"

Sembari misuh-misuh, Namjoon ikut mengobrak-abrik data para penduduk sipil. Keduanya mencari sembari memperhatikan keluar, Namjoon sudah siap menendang sang adik jika mereka nyaris ketahuan. Seperti saat ini, saat seorang berpangkat jendral memasuki ruangan, Namjoon menyepak sang adik dan membuat Taehyung bersembunyi dalam tumpukan kardus yang disusun seperti batu bata.

"Halo, Namjoon."

"Hormat pada Jendral Lee!"

"Tak perlu seformal itu, haha. Sedang apa kau di sini?"

"Saya sedang melakukan penyelidikan mengenai kasus pembunuhan di suatu sekolah, saya butuh beberapa data para penduduk sipil. Hanya untuk berjaga-jaga, mungkin ada yang terlewatkan."

"Ah begitu, bisa kau ceritakan."

Sang jendral menyimak paparan kasus yang diceritakan Namjoon padanya, sang jendral mendengar dengan seksama sembari memijat pelipisnya. Mendadak, sang jendral menyadari sesuatu.

"Tunggu dulu, kau tadi menyebut Bunny JK."

"Ya, ada apa?"

"Bukankah dia adalah sang pembunuh bayaran yang sudah meninggal 15 tahun yang lalu?"

"Huh?"

...
..
.
..
...

Jungkook berlari menjauhi kerumunan saat terpergok oleh Jimin tadi, tampangnya pasti seperti orang gila saat ini. Namun, di saat pelariannya. Ia tak memperhatikan jalan hingga menabrak sesuatu.

"Maaf, ak-"

"Kenapa kau justru meminta maaf pada tembok?"

"Eh?"

Jungkook membuka mata dan melihat bahwa di hadapannya saat ini adalah sebuah dinding berwarna putih, ia juga mendengar tawa geli seseorang di sampingnya.

"Kau ceroboh, seperti biasa."

Jungkook menoleh, ia dapat melihat Hoseok dengan cengiran khasnya. Jungkook segera menutup wajahnya malu dan hendak berbalik, namun Hoseok sudah menahan kepergiannya dengan menarik sebelah tangan Jungkook.

Chain Of SinsWhere stories live. Discover now