01. Awal Mula

579 230 374
                                    

Mentari tampak indah di ufuk timur, sinarnya menyusup di setiap sudut ruangan, Lisa terbangun dari tidurnya, tangannya meraba alarm kecil yang berada di atas meja samping tempat tidurnya. Lisa melirik alarm itu dan terbelalak.

"Apa? Pukul 06:20?!" Dengan segera ia bangkit dan bergegas mandi. Delapan menit kemudian, Lisa telah selesai mandi dan ia bersiap-siap memakai seragam putih abu-abunya.

"Lisa! El-elisa!" Teriakan Mama memanggil Lisa. Nama lengkapnya Elisa Anggraeni Widjaja. Gadis manis berparas ayu, bertubuh tinggi semampai.

"Elisa!" Teriak Mama kesekian kalinya.

"Iya Ma, iya," jawab Lisa terburu-buru, dengan segera menghampiri Mama.

"Ayo cepat serapan, ntar telat lagi," ujar Mama Elisa. Mama Emi. Sosok wanita yang berperan penting dalam hidupnya, telah melahirkan dan membesarkan Lisa dari kecil hingga saat ini, saat Papa Lisa tidak lagi bersama mereka, yang kini hanya Mama-lah tulang punggung keluarga kecil mereka, meskipun butik milik Mama sepi oleh pengunjung, namun Mama tidak mau memperlihatkan kesedihannya kepada anaknya.

"Lho kok melamun. Ayo. Ntar telat," tegur Mama membuyarkan lamunan Lisa. Lisa tersenyum seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Lisa pergi dulu ya Ma."

"Iya sayang, hati-hati ya," jawab Mama lalu mencium pipi kanan dan kiri Lisa begitu juga dengan Lisa.

* * *

SMA 8. Sma yang tersohor, butuh biaya yang lumayan besar untuk sekolah di Sma ini, apalagi melihat kondisi Lisa dan Mama seperti saat ini, sangat tidak memungkinkan bagi Mama. Namun nasib baik berpihak kepada Lisa, ia mendapatkan beasiswa di sekolah yang selama ini ia mimpi-mimpikan. Di sekolah Lisa di juluki kutu buku yang mana setiap hari hanya pergi ke perpustakaan.

"Lisa ke kantin yuk?"

"Ngapain?"

"Cari Doi," jawab Desi sedikit kesal.

"Apa? Doi?"

"Iya makanlah, Lis!" sambung Desi agak jengkel.

Lisa dan Desi saling melengkapi, meskipun mereka berteman baru dua tahun terakhir, tapi pertemanan mereka terasa sangat lama. Desi sangat jago karate dan memasak, berbeda dengan Lisa, ia tidak mempunyai kemahiran seperti yang Desi punya, namun Desi tidak pernah sombong terhadap apa yang ia miliki, buktinya ia mau mengajari Lisa apa yang ia bisa. Desi murid berprestasi walau laku-nya agak tomboy, selain itu ia juga ringan tangan ia berteman dengan siapa saja, tidak pandang status kaya atau miskin, cantik atau tidak, baginya sama saja.

* * *

Tak lama berjalan akhirnya mereka sampai juga di kantin, dengan segera mereka memesan makanan dan minuman kepada bu Sarmi, pemilik warung di kantin, tak heran jualan yang bu Sarmi bikin ludes terjual, karena masakannya yang begitu menggugah selera. Selesai memesan, Lisa dan Desi langsung mencari meja makan yang akan mereka tempati, sedang asik berjalan tiba tiba kaki kanan Lisa menginjak tali sepatu kaki kiri-nya, sehingga mie ayam yang ia bawa tumpah mengenai baju seorang cowok yang tampak asing dimatanya.

"Aduh. Sori nggak sengaja, maaf ya?" Dengan rasa takut Lisa meminta maaf kepada cowok itu.

"Ahh. Sialan, maaf-maaf, gara-gara lo baju gue jadi begini," timpal cowok itu.

ElkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang