05. Aku buta

131 89 56
                                    

Sinar matahari perlahan terpancar melalui celah-celah kamar milik Lisa, sehingga mengenai wajah cantik gadis itu. Lisa terbangun, ia mengambil alarm yang berada di samping tempat tidur.

"Apa? Tujuh kurang?" Pekik Lisa, sedangkan sekolahnya masuk jam tujuh, tersisa lima belas menit untukny bersiap, tidak mungkin bagi Lisa mempunyai waktu sedikit itu untuk sampai kesekolah, apalagi guru piket hari ini yang banyak di takuti para murid, mendapat dispentasi darinya saja serasa tidak mungkin.

Delapan menit kemudian Lisa sudah mengenakan pakaian sekolahnya dan segera pergi menuju ke ruang makan, di sana Mama sudah menyiapkan serapan pagi.

Lisa mengambil tempat duduk yang berada di hadapan Mama, dengan cepat ia melahap nasi goreng bikinan Mama.

"Lisa makannya yang pelan, nanti,"

"Uhuuk...uhuuk."

"Tuh kan apa kata Mama," Mama menyodorkan air minum, Lisa meneguk air itu hingga habis.

"Iya udah Ma, aku pergi dulu."

"Lisa tunggu!" Ujar Mama, Lisa menghentikan langkahnya. Mama menghampiri Lisa dan menempelkan handsandplas di dahinya. "Ini ambil sisanya, mana tau dibutuhkan."

"Mama tau aja," Timpal Lisa, ia mengambil handsanplas yang diberi Mama dan memasukkanya kedalam saku. "Iya udah Ma, Lisa telat nih."

"Iya hati-hati."

* * *

Terlambat.
Satu kata yang paling ditakuti Lisa, ia terlambat sepuluh menit, pagar sekolah sudah terkunci rapat. Lisa sudah berkali-kali memanggil Pak Tarno, tapi nihil, ia tidak mendapatkan batang hidung pria baruh baya itu.

"Percuma! Gak bisa masuk juga," Ujar seseorang yang berada di belakang Lisa, spontan Lisa menoleh.

"Cakka! Kok lo disini?"

"Terserah!" Timpal Cakka seraya pergi.

"Eh tunggu! Lo mau kemana?"

"Kenapa?"

"Gue ikut."

"Ah nggak!"

"Pliiss," Rengek Lisa, "Gue gak tau lagi mau kemana, kalo pulang nanti Mama marah."

"Ini cewek nyusahi aja," Cakka mengenakan helm lalu menaiki motornya dan di susul Lisa. Mereka pergi meninggalkan tempat itu.

"Bisa pelan nggak sih!" Pinta Lisa kepada Cakka yang membawa motor dengan kecepatan tinggi, membuat gadis itu merasa takut. Namun Cakka hanya diam tidak bicara sedikitpun, dengan rasa terpaksa Lisa memegang pinggang Cakka.

* * *

Di sebuah tempat yang sunyi nan indah, di kelilingi berbagai macam bunga, Cakka duduk di rerumputan yang hijau, di susul oleh Lisa yang ikut duduk di samping Cakka. Di bawahnya terdapat rawa yang bersih dan ada sepasang angsa putih di sana.

"Tempatnya bagus," Ujar Lisa, ia mencium bunga-bunga yang berada di sampingnya.

Cakka tak menanggapi komentar gadis itu, matanya hanya fokus melihat sepasang angsa yang tengah asik mncari makan, tanpa ia sadari Lisa sedari tadi memperhatikannya dari samping.

"Dahi lo," Ujar Lisa ketika melihat dahi Cakka sedikit terluka, "Kok, nggak di obat?"

"Untuk apa?" Cakka menoleh ke Lisa, alisnya berkerut. Dengan cepat Lisa mengambil handsanplas di sakunya dan menempelkan handsanplas itu di dahi Cakka.

"Untuk apa lo bilang? Lo yakin gak mau sembuh?"

"Alay!" Cakka merebahkan tubuhnya, tangannya di lipat untuk dijadikan sebagai bantal.

ElkaOnde histórias criam vida. Descubra agora