04. kunjungan

121 90 42
                                    

"Ma," Ujar Lisa yang baru sadar dari tidur, tangan kirinya memegang kepala yang sedikit pusing.

"Iya sayang. Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Mama cemas, tangannya mengelus dahi Lisa dengan lembut. "Mama khawatir liat kamu kemaren."

"Kemaren?" Tanya Lisa tidak mengerti, dahinya berkerut.

"Iya. Kemaren kamu pingsan."

Lisa baru teringat kejadian yang menimpanya kemarin. Ia menolong Cakka yang dihajar oleh dua orang itu. Namun yang terjadi malah Lisa yang dihajar, dan Cakka, ia pergi meninggalka Lisa. Bukan menolongnya.

"Lisa," Panggil Mama lembut.

"Eh. Anu Ma. Iya. Aku gak apa-apa kok." Lisa tersenyum lalu memeluk Mama.

Memang kebiasaan Lisa yang terkadang lupa kejadian yang telah di alaminya, untuk mengingat itu saja ia membutuhkan waktu cukup lama untuk berpikir. Seperti halnya Cakka yang selalu bersikap kasar terhadapnya. Namun Lisa tetap bersikap baik, anggap saja tidak terjadi apa-apa antara ia dan Cakka. Tapi berbeda dengan masa lalu Lisa. Ia masih mengingat itu semua dan masih tetap merindukannya.

"Ma," Lisa melepaskan pelukannya.

"Iya sayang."

Lisa diam, ia memandang wajah Mama lekat.

"Lisa rindu Papa Ma," Suara Lisa parau, mata gadis itu berkaca-kaca, "Lisa rindu gurauan Papa, nyuci mobil bareng Papa, omelan Papa, di nyanyiin Papa sebelum tidur meskipun suara Papa jelek. Lisa rindu semuanya Ma," Butiran air mata kini metetes di pipi gadis itu.

"Mama juga sayang. Kita sama-sama rindu Papa, udah gak usahnangis lagi," Ujar Mama menyeka air mata Lisa.

"Mama jangan tinggalin Lisa."

"Iya sayang. Udah jangan nangis lagi, senyum dong."

Lisa mengangguk tersenyum.
Mereka terdiam saat mendengar ketukan pintu, Mama segera ke ruang tamu untuk membukakan pintu. Gadis cantik dengan rambut di kucir kuda sudah menunggu di luar, ia Desi.

"Siang tante," Tegur Desi ketika Mana membukakan pintu.

"Eh. Kamu Des, kirain tante siapa, ayo masuk!"

"Lisa nya ada tante?"

"Ada di kamar, masuk aja."

* * *

Nathan Pratama Nugraha, memiliki wajah tampan, pintar dan humoris, tak heran jika ia banyak digemari mahasiswi di kampusnya. Nathan yang aktif dalam berbagai hal seperti dalam bidang suara, musik, olahraga, pendidikan, memanah, dan masih banyak lagi organisasi yang ia ikuti. Nathan dan Cakka memiliki sifat yang bertolak belakang, Nathan yang peduli, ramah, humoris sangat berbeda dengan Cakka yang memiliki sifat dingin, acuh tak acuh dan badboy.

Kriing...kriing...kriing

Ponsel milik Nathan berbunyi, dengan mata yang masih enggan membuka, Nathan meraih ponsel dan menjawab panggilan dari nomor yang tidak ia kenal.

"Hallo ini siapa? Apa? Iya. Iya Oma. Lusa? Iya Nathan janji, dah Oma," Percakapan Nathan dan Oma terputus, karena merasa kabar gembira, Nathan bangkit dari tempat tidur dan pergi ke kamar adiknya, Cakka.

Nathan menggedor-gedor pintu kamar Cakka, namun tidak ada respon dari Cakka di dalam kamar, Nathan mencoba mendorong pintu kamar dan berhasil. Nathan menghampiri Cakka yang masih tidur, tangannya menggoyang tubuh Cakka.

"Cak. Cakka! Cakka bangun!" Tidak ada respon dari Cakka, dengn rasa kesal Nathan naik di atas kasur dan teriak sekencang-kencangnya di telinga Cakka. "CAKKA PRASETYA NUGRAHA! WOI BANGUN!"

Cakka terbangun, "Apaan sih. Ganggu aja," Jawab Cakka kesal, ia menarik selimutnya kembali, dengan cepat Nathan menarik tngan Cakka, sehingga tidak memungkinkan lagi bagi Cakka untuk tidur.

"Tidur mulu, liat tuh udah jam berapa!" Tunjuk Nathan ke arah jam digital yang berada di samping tempat tidur.

"Ganggu lo," Cakka mendorong Nathan hingga terjatuh dari ranjang, "rasain tuh!" Ujar Cakka kepada Nathan yang masih tergeletak di lantai.

* * *

ElkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang