lima

12.2K 1.1K 117
                                    

Hal paling menyebalkan,

Tersulit,

Dan

Membuatku stress,

Bukan Matematika,

Bukan patah hati,

Juga

Bukan nggak punya uang lagi.

Tapi,

Baca manga.

It's true.

Gue pelototin buku manga atau apapun namanya yang Salman berikan pada gue kemarin di sekolah. Gue berpikir dengan keras pake otak lobster gue selama dua jam dan gue masih buntu. Gue nggak tahu cara bacanya.

Gue sih udah nyoba search google dan menemukan beberapa cara baca manga. Tetapi, entah karena gue ini udah oon beneran atau kudet, gue tetap nggak paham. Terlebih gambar manganya bikin otak gue jadi tripel salvok.

Jadi berdasarkan ilmu google, ada dua cara baca manga. Hal ini berdasarkan dari sampul awal manga. Jika sampulnya dari kanan, untuk membacanya di mulai dari titik pokok sebelah kanan atas kemudian mendatar ke kiri sesuai panel yang membatasi. Setelah itu ke bawah satu panel terus mendatar lagi.

Oke, cara kedua adalah jika sampulnya dari kiri. Cara membacanya sama seperti cara baca manga dari kanan hanya saja arahnya  dirubah dari arah pojok kiri atas kesamping kanan kemudian kebawah dan seterusnya.

Gue paham?

Udah jelas kagak paham. 😌

Kuletakkan asal manga dari Salman dan mulai membuka buku pelajaran. Secara gue ini meski otak lobster, masih takut dengan yang namanya guru killer. Bukan takut karena hukumannya tetapi rasa malunya kalau dihukum. Secara gue ini murid unggulan yang dipaksa jadi murid 'teladan'.

Gue pun buka buku dan mulai ngerjain tugas.

Manga dari Salman?

Gue pikir ntar aja deh. Siapa tahu nanti tiba-tiba dapat wangsit. Mungkin.

***

"Nag," panggil Lita, temen sekelas gue.

"Apa?" sahut gue.

Lita cuma senyum lalu nunjuk ke arah pintu kelas.

Gue noleh dan langsung diem pas tahu kalau yang manggil si Salman.

"Pacar kecil lu nyariin," bisik Lita sambil nyengir.

Gue cuma diem, entah kenapa ngerasa kesindir kalau Lita yang ngomong. Meski memang betul kalau Salman itu bisa dibilang pacar kecil gue. Tapi gue lebih suka nyebut dia sebagai pacar muda gue.

Gue bangkit dari duduk gue dan mendekati Salman.

"Ada apa, Man?" tanya gue pas udah nyampek depan Salman.

"Manga gue nggak dibawa?" tanyanya.

Gue diem, lupa!!!

"Hm, ng-nggak, Man. Belum kelar bacanya," sahutku ngawur.

Salman diem.

"Bagus kan?" tanyanya dengan wajah yang mendadak cerah.

Gue nyengir kaku.

"Hm, lumayanlah," gue nyoba nyambung obrolan walau sebenarnya nggak enak udah ngebohong.

"Ya kan? Awalnya aja udah bikin jantung deg-degkan? Tapi lu tahu nggak sih kalau di akhir nanti itu-,"

HE IS SALMAN [ TERBIT ]Where stories live. Discover now