Epilog

24 1 0
                                    

6 tahun kemudian.....

Aku memakai dasiku dengan ekspresi datar di depan cermin. Aku pandangi wajahku, aku sadar sekarang wajahku sudah sedikit berbeda di banding saat aku masih sekolah dulu. Entahlah, hari ini aku benar-benar merasa buruk. Mungkin ini adalah puncak rasa kesalku. Aku memandangi kamar Soomi yang sudah enam tahun kosong di balik jendela kamarku. Sekarang aku benar-benar merindukannya. Memang, selama kami berpisah karena studi kami, aku dan Soomi hampir setiap hari berkomunikasi melalui salah satu aplikasi yang terhubung dengan internet sehingga kami dapat saling melihat satu sama lain. Namun, sudah lebih dari setahun tiba-tiba Soomi berhenti menghubungiku, sudah berkali-kali aku mencoba menhubunginya dengan mengirim ratusan email namun hanya satu balasan yang aku dapatkan, dia bilang dia sedang sibuk dengan sesuatu dan menyuruhku untuk menunggu sampai dia menghubungiku kembali. Dia bahkan sampai mengancamku, jika aku berani coba-coba datang ke Inggris dan mencarinya maka dia akan langsung mengakhiri hubunganku dengannya. Membaca emailnya saja membuatku sangat kesal, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan sampai-sampai mengancamku seperti itu. Soomi adalah satu-satunya yeoja yang mampu membuat perasaanku tidak menentu.

Aku pun memasuki mobilku untuk berangkat ke tempat kerjaku di pengadilan. Benar, pekerjaanku adalah sebagai seorang jaksa. Aku bersumpah, jika Soomi sudah kembali ke Korea aku akan menuntutnya dengan undang-undang tentang HAM karena sudah membuatku menderita lebih dari setahun ini, sebagai hukumannya aku tidak akan pernah melepaskan Soomi seumur hidupku walaupun dia memaksaku bahkan mengancamku lagi.

Aku memarkirkan mobilku dan segera bergegas menuju kantorku, sepanjang jalan yeoja-yeoja ramai menyapaku dan sebagaian dari mereka menatapku dengan tatapan memuja. Sesuatu yang aku benci sejak dulu ternyata tidak hilang begitu saja bahkan sampai aku bekerja. Sesekali aku mengangguk.

"Taehyung-ssi!" senior Shiwoo tiba-tiba memanggilku. Aku pun berhenti berjalan dan menghampirinya.

"Ne, ada apa sunbae?" tanyaku. Dia kemudian menyerahkan selembar kertas padaku yang ditulis dengan ketikan komputer font Times New Roman dengan spasi 1.5 pt. Isinya ingin menemuiku pada saat jam makan siang di cafe dekat tempat kerjaku.

"Siapa yang memberikanmu ini?" tanyaku. Senior Shiwoo tiba-tiba tersenyum.

"Entahlah, aku juga belum pernah melihatnya. Dia sangat cantik, aku rasa mungkin seorang calon selebriti yang terlibat skandal dan ingin meminta bantuanmu" jelas Shiwoo sunbae.

"Klien?" tanyaku memastikan.

"Aku rasa begitu, selamat kau mendapat calon klien yang sangat cantik. Semua orang di kantor yang melihatnya pagi ini juga akan berpikiran sama denganku. Aigoo... aku jadi iri denganmu. Kau benar-benar beruntung" ucapnya. Seperti biasa, dia selalu melebih-lebihkan sesuatu. Aku tersenyum sekilas kemudian mengangguk untuk berpamitan pada Shiwoo sunbae dan segera menuju ke kantorku untuk menyelesaikan pekerjaanku.

Sekarang pukul dua belas kurang sepuluh menit. Aku bersandar pada kursi kerjaku untuk meregangkan otot-ototku yang sedikit kaku. Aku memejamkan mataku, pikiranku kembali melayang pada Soomi yang sampai detik ini tidak mengabariku sama sekali. Aku menghela nafas, dalam pikiranku terlintas suatu ide. Baiklah, lusa aku diam-diam akan pergi ke Inggris tanpa seorangpun yang tahu. Hanya untuk memastikan apa yang sedang dilakukan Soomi sampai membuatku gelisah seperti ini. Aku pun kembali membuka mataku, teringat akan selembar kertas yang Shiwoo sunbae berikan padaku tadi pagi.

"Dia bilang yeoja cantik? Calon selebriti?" gumamku sambil membolak-balik kertas itu. Aku sedikit merasa aneh, aku khawatir yeoja itu akan melakukan penyuapan padaku karena memintaku bertemu di luar kantor seperti ini. Aku pun memutuskan untuk segera pergi ke tempat yang dimaksud dan segera menuntaskan rasa penasaranku pada yeoja ini.

One Sides LoveWhere stories live. Discover now