Bagian 19

546 43 0
                                    


.
.
.

#-#-#

Ryuu berjalan cepat sambil berusaha meminimalkan suara langkahnya. Ia masuk ke gedung dengan mengendap-endap, memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Sesampainya di lantai dua, ia segera masuk ke sebuah ruangan yang menjadi tempat tujuannya dan menutup pintu dengan cepat. Merasa berhasil karena tidak ada orang yang menyadari kedatangannya, ia menarik napas lega dan mengibaskan topi yang dibawanya ke depan wajah. Namun saat dirinya membalikkan badan, tubuhnya reflek menjengit dan mundur hingga menempel ke dinding, karena kini matanya menangkap beberapa sosok manusia yang tengah duduk santai mengelilingi meja besar di depannya.

Ben yang tengah meneguk air dari botol seketika menyemburkan kembali air yang diminumnya. Yang lainnya ikut menatap Ryuu dengan wajah terkejut setengah mati. Bahkan Jean yang ternyata juga berada di ruangan itu melongo parah melihat penampilan Ryuu saat ini.

Ya, dia baru sadar bahwa ada banyak orang di ruangan itu. Lima anggota Black Hawk ditambah Farren, Radith, Rio, dan Jean tampak bersantai setelah menyelesaikan rapat malam ini.

" Jadi, ini alasanmu nggak ikut rapat malam ini?" tanya Farren yang lebih dulu sadar dari keterkejutan akibat kedatangan Ryuu.

Mata Ryuu mengerjap beberapa kali, lalu gadis itu mencoba menetralkan raut mukanya menjadi datar, namun gagal. Karena wajahnya benar-benar memerah sekarang.

Tentu saja ia malu, penampilannya saat ini tampak seperti seorang pria bangsawan Inggris pada abad ke-19. Dan tentu saja itu bukan hal wajar yang dilakukan Ryuu. Gadis itu memakai kemeja putih bermotif garis-garis hitam, dasi merah, vest hitam dan dilapisi blazer panjang selutut warna hitam. Ada hiasan pengait berbentuk rantai warna emas yang terpasang di bawah kerah blazernya. Dan sebagai pelengkap, ia membawa topi tinggi seperti yang biasa dipakai para pesulap serta rambut merahnya berganti warna menjadi cokelat dan disisir rapi ke belakang. Karena penampilannya, Ryuu merasa dirinya sekarang seperti pemain drama musikal yang salah tempat.

Emma dan Mark tertawa kencang melihat ekspresi malu Ryuu. Sedangkan Evzen, pria pendiam bermata biru itu menghampiri Ryuu dan menyodorkan sekotak es krim yang barusan ia ambil dari kulkas padanya. Ryuu tentu saja menyadari kalau pria itu sedang mengejeknya tanpa bicara. Terlihat dari sudut bibirnya yang berkedut menahan tawa.

" Evzen!" geram Ryuu sebal. Wajah Evzen benar-benar terlihat menyebalkan di matanya.

" Hmm?" alis Evzen terangkat. Berpura-pura tidak tahu kejengkelan Ryuu.

Ryuu berdecak. Ia meraih kotak es krim yang disodorkan Evzen, lalu mengempaskan tubuhnya di salah satu kursi kosong. Tanpa malu ia membuka dan melahap es krim rasa vanila-cokelat itu.

" Kamu habis dari mana?" tanya Radith dengan kekehan di akhir kalimatnya.

" Dari rumah," jawab Ryuu pendek. Masih sebal dan malu.

" Terus kenapa bajumu...?"

Ryuu berdecak, memotong pertanyaan yang terlontar dari mulut Radith. " Ini gara-gara..."

#-#-#

Jean mati-matian menahan tawanya. Ia sungguh tidak menyangka kalau Ryuu punya selera humor yang cukup bagus. Bagaimana tidak, penampilan gadis itu sekarang berhasil membuat syok sekaligus geli orang-orang yang ada di ruangan itu. Dan kelihatan sekali kalau gadis itu menahan malu sekarang.

Ditambah sekarang gadis itu tampak asyik memakan es krim yang diberikan Evzen, membuat Jean terheran-heran. Apa Ryuu punya banyak kepribadian yang berbeda-beda? Kenapa dia bisa berubah menjadi orang yang sangat aneh malam ini? Dan setelah makan mi instan beberapa waktu lalu, sekarang dia makan es krim di depan banyak orang?

Another Half ( Dragon #2 ) Where stories live. Discover now