Ice Prince' 3

3.2K 259 33
                                    

Happy reading~

.
.
.
.

Sudah dua bulan Chiya berada disekolah barunya. Dia sudah mengenal nama guru, teman baik dikelas maupun tidak, bahkan Most Wanted itu. Tatapan yang sama di tujukan kepadanya. Jujur, Chiya merasa risih di tatap seperti itu. Mengingat dirinya tipikal orang yang tidak menyukai sebuah tatapan. Ingin rasanya Chiya bertanya kepada sang tatapan, kenapa dia selalu menatap dirinya seperti itu? Apa mereka sebelumnya pernah bertemu? Tapi, seingat Chiya dia tidak pernah bertemu dengan Nando. Lagi pula ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang laki - laki bernama Nando.

Seketika lamunan Chiya buyar ketika mendengar suara Vino, yang tadinya menopang dagu kini beralih ke suara Vino yang memekik kesakitan. Chiya tertawa kecil melihat Vino yang di jewer sama bu Tikaa, entah Vino berbuat apa sampai - sampai terkena jeweran.

"Sakit bu! Jangan di jewer telinganya Vino! Kalo telinga Vino jadi panjang gimana?" Vino mengaduh kesakitan.

"Siapa yang suruh kamu gak fokus sama pelajaran saya?! Bukannya saya udah pernah bilang siapa yang gak fokus sama pelajaran saya, telinganya akan saya jewer seperti kamu!" Bu Tika masih belum juga melepaskan jewerannya.

Alvin dan Dodit tertawa terpingkal - pingkal, tak menghiraukan bagaimana keadaan sahabatnya. Nando memilih diam sambil menatap mereka datar.

"Lepasin dong bu! Malu di liat ayang beb" walau masih dalam keadaan di jewer, Vino mengerlinangkan sebelah matanya ke arah Vanni. Vanni yang melihat itu hanya menatap tajam Vino.

"Siapa yang kamu maksud ayang beb?!" Tanya bu Tika seraya mengedarkan pandangannya mencari siapa yang di maksud oleh Vino.

"Ayang beb itu si Vanniya Kathryn" tunjuk Vino ke arah Vanni.

Sekarang, wajah Vanni merona bak kepiting rebus, dia menunduk menyembunyikan wajahnya karena malu dan mencoba meredam emosi. Vino gila! Gerutunya dalam hati.

Bu Tika manggut - manggut mengerti.

"Lepasin dong bu!" ucap Vino memelas. Dia yakin pasti telinganya sekarang berwarna merah.

Bu Tika melihat arloji yang melingkar di tangannya. "Baiklah, kamu saya maaf'kan," ucap bu Tikaa seraya berjalan kembali kedepan kelas.

"Baiklah anak - anak! Ibu akan memberikan kalian tugas kelompok, satu kelompok hanya terdiri dua orang."

Siswa maupun siswi segera mencari kelompok masing - masing, bu Pita yang melihat segera memberhentikan mereka. "Stop! Siapa yang suruh kalian mencari kelompok masing - masing?!" Tanya bu Tika dengan wajah garangnya.

Semua diam tak berkutik.

"Ibu sudah menyiapkan kelompok kalian. Jadi, dengarkan baik - baik," ucap bu Tika seraya membuka selembar kertas.

"Bella dan Arina, kalian satu kelompok," lantas mereka berrua bersorak gembira. Sedangkan yang lain hanya menunggu nama mereka disebutkan. Banyak dari mereka yang berharap tidak dikelompokkan bersama Rose. Yah, kalian akan mengira Rose itu cantik, seperti idaman para kaum adam terlihat dari namanya. Tapi sayangnya Rose bukanlah seperti yang di harapkan kaum adam. Rose memiliki postur tubuh yang gemuk, setiap hari kerjaannya makan mulu, tak menghiraukan bobot tubuhnya yang semakin hari semakin bertambah. Bukannya mereka semua benci kepada Rose, tapi, ada sebuah alasan jika mengerjakan kelompok bersama Rose. Ini gawat! Bisa - bisa makanan mereka yang ludes di makan sama Rose.

"Vanni dan Vino, kalian satu kel--" belum selesai bu Pita menyelesaikan ucapannya langsung dipotong oleh seluruh murid bersorak senang, bermaksud menggoda mereka berdua, Vino dan Vanni.

"Ciee!!"

"PJ nya jangan lupa," ucap Dodit menepuk bahu Vino.

"Kalian berdua cocok!"

"Banget malah," sahut teman lainnya.

Kedua kalinya wajah Vanni merona, dia hanya bisa menunduk menahan malu dan sedikit rasa kesal entah karena apa dirinya merasa kesal. Di lain sisi, dirinya juga merasa bahagia.

Oliv yang duduk di samping Vanni langsung menyenggol lengan Vanni pelan, entah kapan Oliv sudah berada di samping Vanni. "Vanni lo kenapa gak terima aja sih cintanya Vino? Lagipula Vino kayaknya cowok yang baik deh. Coba lo liat dari dulu sampe sekarang, dia gak pernah berhenti ngejar lo. Terima gih! Sebelum si Vino di ambil orang. Ingat! Penyesalan selalu diakhir." Nasihat Oliv panjang lebar dianggukki Chiya. Vanni hanya diam mencerna ucapan Chiya.

Mereka semua tahu bahwa Vino menyukai Vanni sejak dulu, mengejar cintanya Vanni tanpa lelah. Bahkan Vino rela menyisihkan uang jajannya demi memberi sebuah boneka yang cukup besar untuk Vanni.

Bu Tika menghela napas pelan. "Sudah - sudah. Jangan ribut!"

"Dodit dan Oliv, kalian satu kelompok," Dodit dan Oliv membulatkan mata terkejut, pasalnya jika mereka bertemu selalu saja bertengkar seperti tom&jerry.

"Karen dan Billa,"

"Baiklah, ini yang terakhir. Ibu memberi kalian waktu selama dua minggu, kerjakan tugas ibu dengan baik." Sontak seluruh siswa maupun siswi menganggukkan kepala.

"Nando dan Chiya, kalian satu kelompok," sontak mata Chiya terbelalak, benar dugaannya, pasalnya hanya dirinya yang belum di sebutkan. Ngerjain tugas sama es batu!

***

Ekhem!

Maaf updatenya lama, soalnya lagi sibuk ngurusin sekolah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Ig : @rahmahh15_

Ice PrinceWhere stories live. Discover now