Ice Prince' 1

3.3K 206 40
                                    

Bulu mata yang lentik itu perlahan terbuka, iris berwarna coklat muda serta bola mata yang sedikit tak terarah.

Dengan nyawa yang masih setengah, gadis itu perlahan mengerakkan tangan nya ke arah nakas, mengambil benda yang biasanya selalu membangunkan nya di pagi hari. Sedetik kemudian matanya terbelalak melihat apa yang ia lihat.

"AAAA!!" teriak gadis itu, menyibakkan selimut seraya masuk ke kamar mandi. Tidak perlu waktu lama gadis itu telah selesai melaksanakan ritual pagi nya.

Kini ia sudah memakai pakaian lengkap, mengingat hari ini adalah hari senin dan hari ini adalah hari di mana ia menempati sekolah baru. Sebenarnya dia di dikirim keluar negeri, bersekolah di sana. Sehingga ia harus terpaksa berpisah dengan kedua sahabatnya. Segala cara yang ia lakukan, membujuk Ayah nya supaya tidak mengirim nya. Tapi, apa yang harus ia lakukan. Dia tidak berani membantah orangtua nya, apalagi Ayah nya.

Dengan langkah yang lumayan terburu-buru, gadis itu tidak sengaja menabrak kaki meja. 'Damn! Untung kaga pincang.' gerutu nya dalam hati. Perlahan gadis itu duduk di depan meja rias, merias diri nya. Memoleskan bedak bayi, lipstint, dan terakhir farfum.

Merasa dirinya sudah rapi, gadis itu mengambil tas, lalu keluar kamar menuju ruang makan.

***

"Bang? Cepetan! Gue bisa telat ini," ucap gadis itu seraya mengguncang-guncangkan tubuh abangnya-Nathan. "Kalo lo ga cepet habisin tuh sarapan, gue bawa mobil sendiri!"

"I give you a minute to spend it all," lanjutnya berlalu menghampiri kedua orangtua nya. "Ma, Pa, anakmu ini pergi ke sekolah baru nya dulu. Bye!" Ucapnya mencium pipi kedua orangtua nya sambil melambaikan satu tangannya.

Nathan memutar bola mata malas. "Jijik!"

"Apaan sih? Kalo jijik jangan liat! Gitu aja susah," ucapnya sambil melenggang pergi keluar rumah, belum sampai keluar rumah gadis itu berbalik. "Bang? Cepetan!!" Teriak gadis itu, tidak tahan dengan Abang nya itu. 'Sarapan aja lamanya kebangetan, makan gajah tuh orang?!' Gerutunya dalam hati.

"Iye-iye, sabar ngapa? Bawel lo!" Ucap Nathan yang kini sudah ada di belakang gadis itu, sambil menuju garasi mobil. Satu menit kemudian mereka meninggalkan perkarangan rumah menuju sekolah.

Rina dan Henry hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putra-putri nya yang tidak pernah akur. Walaupun tidak pernah akur akan tetapi keluarga mereka tampak hidup.

***

Gadis itu tidak pernah berhenti sedari tadi, berdecak kagum apa saja yang dia lihat. Pandangannya terpukau pada bunga, yang tak ia ketahui apa jenis tumbuhan itu. Apalagi warnanya yang berwarna-warni, membuatnya ingin memetik bunga itu sekarang juga.

"Cici!" Merasa namanya di panggil, gadis itu menoleh kebelakang. Senyum lebar muncul dari bibirnya. Sambil merentangkan tangannya dia berlari kecil menghampiri kedua sahabatnya yang sudah lama terpisah.

"Gue kangen sama lo berdua," ucap Chiya lirih, berusaha menahan tangis nya yang akan pecah kapan saja.

"Dasar kampret! Kita juga kangen sama lo," ucap Oliv yang kini mereka bertiga berpelukan di tengah-tengah taman. Vanni hanya diam mendengar celotehan mereka berdua. "Udah-udah pelukannya, di liat orang malu ih." Ucap Vanni seraya melepaskan pelukan mereka.

"Chiya Qiana Eldora, kok lo kaga ngomong sama kita kalo lo mau pindah kesini?" Tanya Vanni, dianggukki oleh Oliv.

Chiya nyengir kuda. "Surprise."

"Bomatlah," Oliv memutar bola mata malas. "Bentar lagi upacara nih. Let's go!" Oliv manarik tangan Chiya dan Vanni dengan penuh semangat, tanpa rasa malu Oliv terus menarik tangan sahabatnya menuju kelapangan.

***


Wush!!

Inilah hasil dari revisi, he he he.

Ok, semoga kalian semua suka.

See u in the next chapter, bye2!

Ice PrinceWhere stories live. Discover now