Ice Prince' 7

1.6K 96 13
                                    

Jangan lupa vomment-nya, supaya saya lebih semangat lagi up nya:') tq

💭💭💭

Chiya menopang kepalanya menggunakan sebelah tangan dan menatap malas papan berwarna putih di depannya. Tak terhitung berapa kali Chiya menguap, dia tidak mengantuk hanya saja pelajaran di depannya ini membuatnya merasa bosan dengan rumus-rumus yang tak ia mengerti. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke teman-temannya satu per satu. Chiya melihat Vanni yang sedang melentakkan kepalanya di atas meja, Oliv menopang dagu seraya mengetuk meja pelan. Chiya terkekeh bukan hanya dirinya yang merasa bosan, tapi kedua sahabatnya pun begitu, pikirnya.

Chiya mengalihkan lagi pandangannya, tak sengaja matanya tertuju ke arah Nando. Dilihat dari samping, mata tajamnya itu fokus melihat ke papan putih menyebalkan itu. 'Gak bosen apa? Gue aja bosen,' ujar Chiya dalam hati. 

Menghela nafas berat, seketika dia teringat kejadian kemarin yang ada di rumah Nando. Chiya merasa bersalah kepada Nando karena dia tidak bisa membantu mengerjakan. Kemarin setelah makan, dia disuruh pulang sama Henry-- Papa Chiya. Chiya tak bisa membantah perkataan Papanya dengan berat hati dia berpamitan untuk pulang.

'Nando nggak marah sama gue kan? Karna gue nggak bantu dia,' ujarnya dalam hati.

Chiya lihat arloji di tangannya, kurang dari sepuluh menit istirahat akan tiba. Chiya yang tak sabar ingin keluar kelas pun gelisah. Oliv yang duduk di samping Chiya merasa risih, "lo kenapa sih?" bisik Oliv pelan, karena pelajaran masih berlangsung.

"Gue pengen cepat keluar, nggak betah gue di sini. Bosen," Chiya merebahkan kepalanya ke atas meja.

"Sabaran dikit kek, tinggal hitungan menit doang udah bisa keluar," ujar Oliv setelah melihat arloji di tangannya.

"Hmm," balas Chiya malas.

"Baiklah anak-anak, sampai di sini dulu pelajaran kita hari ini. Tolong jangan lupa penjelasan di depan dicatat ya. Minggu depan saya periksa," kata pak Rizal selaku guru matematika.

"Saya keluar terlebih dahulu, karena ada urusan mendadak. Jangan ada yang keluar dari kelas, tunggu bel berbunyi baru kalian boleh keluar. Paham?"

"Paham, pak!" seluruh siswa serentak menjawab.

Sebuah keajaiban bagi Chiya maupun temannya yang lain. Pasalnya pak Rizal tidak pernah absen dari kelas, keluar dari kelas pun paling lama. Biasanya pak Rizal sering mengambil waktu istirahat beberapa menit digunakan untuk mencatat. Hal ini pun yang membuat Chiya merasa bosan, pernah dia mengajak sahabatnya untuk absen, tapi ditolak.

Chiya berdiri, meregangkan otot yang kaku karena terlalu lama duduk. Lalu dia menoleh ke arah Oliv. "Kuy, kantin,"

"Nggak ah! Lo aja sono yang pergi, belom jamnya juga," ketus Oliv.

"Dih! Galak amat. Tuh diujung mata lo udah pada keriputan," Chiya terkekeh, sedangkan Oliv mendengus kesal.

Prok... prok... prok...

Hening.

"Guys! Dengerin gue. Tadi ibu Tika ngomong sama gue, katanya ngumpulin tugas bukan ke gue. Tapi per kelompok, karna bu Tika mau catet langsung namanya siapa aja udah ngumpulin tugas. Biar gak ribet," kata Karen selaku ketua kelas.

Mendengar hal itu membuat Vino kegirangan. "Yes! Gue sama ayang beb," ucap Vino sambil mengerlinangkan sebelah matanya ke arah Vanni. Tentu saja kelakuannya itu mendapat tatapan tajam dari Vanni.

'Sabar Van... sabar...' batin Vanni.

"Ngumpulnya kapan Ren?" tanya Alvin.

"Tunggu bel berbunyi," balas Karen.

"Anjir, jam istirahat kepotong dong," lirih Dodit seraya mengelus perutnya.

Vino menoleh ke arah Dodit, "heran gue, perut mulu diurusin,"

"Bacod!" desis Dodit.

***

~To be continued~

Ice PrinceWhere stories live. Discover now