Wattpad Original
Zbývají ještě 3 bezplatné části

PDH-6. Kekesalan Memuncak

58.5K 3.4K 82
                                    

"Cinta itu aneh, dia mampu membuat orang yg lemah menjadi kuat, dan orang terkuat menjadi lemah."

-Pelabuhan Dua Hati-

"Ngapain lo ke sini?" Nada marah lelaki di depannya dengan tatapan membunuh.

Fauzan membalas tatapan tajam Teguh. Ya, orang yang telah memukulnya tadi adalah Teguh. Abangnya Faiza.

"Gue jagain dia," kata Fauzan sambil menunjuk kamar Faiza.

"Kalau itu alasan lo, lebih baik lo pergi karena sekarang gue yang akan jagain dia," kata Teguh yang juga mengarahkan telunjuknya pada kamar Faiza. Fauzan menahan amarahnya, jari-jari tangannya sudah mengepal, mengingat dia sedang berada di rumah sakit, keinginan untuk membalas pun dia tahan.

Dengan cepat Fauzan melangkahkan kakinya menjauh dari Teguh, pergi tanpa pamit karena itu tidak diperlukan, keluar dari rumah sakit dan langsung menuju mobil. Tangannya membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar.

"Shit," umpatnya sambil memukul stir di depannya dengan kuat. Lalu Fauzan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat dia biasa berkumpul bersama teman-temannya. Berharap temannya masih berada di sana dan dapat melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

---

"Lo kembali?" heran Reza yang melihat Fauzan duduk di sampingnya.

Dani, Gilang dan Kevin sudah tertidur di sofa.

"Whisky," pesan Fauzan pada bartender yang kebetulan melihat ke arah dirinya. Bartender pun mengangguk lalu menyiapkan pesanan Fauzan. Fauzan mengabaikan pertanyaan Reza. Dirinya mengeluarkan sebatang rokok lalu menghisapnya. Entah mengapa malam ini dirinya terasa kalut.

"Woi! lo kenapa?" heran Reza dengan pandangan bingung. Fauzan tak menanggapi, dia meminum whisky yang diberikan oleh bartender kemudian meminumnya sampai kandas.

Reza hanya menatap Fauzan dengan pandangan bertanya-tanya. Tak biasanya Fauzan seperti ini.

"Gue bilang berhenti!" kata Reza mengambil alih gelas di tangan Fauzan. Gelas itu adalah gelas kedelapan yang akan diminum Fauzan.

"Lo!" geram Fauzan kesal, dia masih ingin meminum minuman itu.

Namun, setelah beberapa saat, Fauzan jatuh tertidur di samping Reza. Reza menghembuskan napasnya kasar, melihat teman-temannya yang telah terkapar.

"Gimana cara gue ngebawa mereka pulang?"

---

Fauzan mengerjap, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke matanya. Rasa pusing melanda, seluruh badannya terasa berat. Datangnya gejolak aneh dari perutnya membuat Fauzan segera menuju kamar mandi. Memuntahkan isi perutnya. Pikirannya kembali mengingat-ingat apa saja yang telah terjadi semalam, kejadian yang membuat dirinya terkapar di pagi ini.

Perlahan Fauzan kembali merebahkan dirinya di atas kasur, melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya.

13.00.

Fauzan kembali melihat jam digital itu, memastikan bahwa yang baru saja dia lihat adalah kesalahan matanya. Seketika dirinya bangun, kembali melihat jam itu untuk memastikan lagi.

"Tidak mungkin!" ucap Fauzan pada dirinya sendiri, lalu meraih ponsel yang berada di atas nakas, begitu banyak pesan yang masuk ke dalam benda pipih persegi panjang itu.

Dia membuka pesan teratas, pesan dari Reza.

"Gue harap lo gak telat ke kampus."

Fauzan meringis pelan, dia sudah terlambat.

Pelabuhan Dua HatiKde žijí příběhy. Začni objevovat