11

1.2K 41 11
                                    


Part 11

OoO


Maafkan aku yang banyak berharap,
Tentangmu yang tidak akan kumiliki,
Tentangmu yang ternyata telah menemukan sepotong hati,
Maafkan jika aku lancang menyukaimu,
Berharap rasa itu juga berbalik padaku,
Maafkan jika aku lancang mencemburuimu,
Karena hati ini terlalu lemah,
Jika harus merasakan patah hati sebelum memiliki."

OoO

Tania memandang jengah kerumunan siswa kelas 11 . Apalagi empat cowok yang daritadi gusrak-gusruk sendiri. Mereka adalah geng Angkasa.

Panas, gerah, dan bosan melanda sejak ada pengumuman tentang olahraga kemarin. Hari ini adalah jadwal lari kelas 10 MIPA 6 dan 11 MIPA 7. Masing-masing kelas 10 memang mendapat pasangan dari masing-masing kelas 11. Dan sialnya bagi Tania, mengapa jadwalnya harus kelasnya dengan kelas Naufan?

Bukan apa-apa mungkin bagi Naufan, tapi bagi Tania hal ini sangat menjengkelkan. Ya, kejadian kemarin di mall membuatnya harus mengubur perasaannya. Untuk apa membuang-buang waktu mencintai seseorang, sementara orang itu mencintai orang lain?

PRIIITTTT..!!!

Suara peluit melengking menyebar ke lapangan. Siswa-siswa yang sudah berpakaian olahraga seketika berlari kocar-kacir menuju sumber suara.

Seorang pria yang sudah tidak muda lagi berdiri tegap dihadapan barisan kelas 10 dan 11. Tidak lupa mata andalannya bergerak teliti dari ujung barat sampai ujung timur.

"Baik, sudah tau mengapa kalian dikumpulkan disini hari ini?!" Teriak Pak Sehan--guru olahraga yang mengistirahatkan tangannya dan berjalan mengelilingi barisan.

"Siap tahu, pak!" Balas semua siswa kompak. Bulu kuduk semua orang yang ada di lapangan seketika meremang.

Pak Sehan berjalan-jalan di belakang barisan kelas 11, mendapati dua tangan yang saling bergandengan, bukannya istirahat di tempat.

"Kalian mau nyebrang?!!"

"Allahu Akbar!" Teriak Dean yang baru menyadari kehadiran Pak Sehan yang sudah ada dibelakangnya. Ghio yang menggandeng tangan kanan Dean seketika melempar kan tangan sahabatnya itu.

"Bukan saya, pak. Si Dean yang nggandol ke saya." Ghio membela diri. Sementara Naufan sudah tertawa geli sambil menoleh kebelakang, melihat teman-temannya yang menjadi amukkan pak Sehan.

"Alasan saja kalian! Cepat istirahat di tempat!"

"Istirahat di kantin sajalah, pak. Lebih nikmat, apalagi sambil menyesap kopi. Wuihh, mantap jiwa. Bapak mau?" Tawar Adrian yang berada disamping Naufan.

"Ya mau lah!"

Terdengar ledakkan tawa dari kelas 10. Mungkin tanpa geng Angkasa kelas 11 MIPA 7 akan garing. Dan tanpa geng Angkasa saat ini, mungkin kelas 10 akan sepaneng menjalani olahraga nanti.

"Stop! Sekarang serius! Saya akan menjelaskan rute lari kalian nanti! Start di gerbang, tepat di belakang kalian. Lalu belok kiri, sampai kalian bertemu perempatan tong-tong. Kalian belok ke kanan dan menemui perempatan kedua, yang di sudut perempatan ada kedai kopi."

"Wah, mantep tuh. Kita bisa mampir ngopi dulu nih." Bisik Adrian pada keempat temannya. Pak Sehan yang pendengarannya setajam silet seketika mendelik kearah Adrian.

"Dua puluh menit." Ucap pak Sehan dingin, dan penuh penekan pada setiap katanya. Adrian yang merasa disindir itu hanya cengengesan.

"Jadi kalian nanti finishnya juga disini! Mengerti?!"

Tania's Story [Completed]Where stories live. Discover now