25 (END)

866 41 9
                                    

Hari ini terlihat seisi rumah sibuk dengan barang bawaannya masing-masing. Mereka mengemasi banyak koper dan memasukannya kebagasi mobil. Untuk lima hari kedepan mereka akan liburan ke Bali. Tentu saja liburan ini telah direncanakan jauh jauh hari.

"Tan, koper lo udah masuk semua?"

"Udah."

"Terus nunggu apa lagi? Buruan masuk mobil bentar lagi berangkat."

Tania terlihat beberapa kali mendekatkan ponselnya ke telinga, "Shela belum ada kabar."

Arza berdecak gemas dan bergegas menghampiri Zea yang duduk di sofa, "Udah beres?"

Gadis itu tersenyum kemudian mengangguk.

"Yaudah sayang, kamu masuk mobil duluan ya. Ntar aku susul." Seru Azra.

Tak lama kemudian, Shela datang dengan barang bawaannya, "Tania!"

"Ah lo lama banget sih." Tania mulai menggerutu. Namun ekspresinya berubah ketika temannya ternyata tak datang sendirian. Memang sih sejak awal Shela bilang kalo dia akan mengajak satu orang lagi. Tapi seorang cowo yang tidak Tania kenal?

Shela tersenyum puas mendapati Tania yang heran ketika melihat seorang cowo berdiri dibelakang Shela.

"Dia Rafa." Shela diam beberapa detik. "Pacar gue, Tan. Hehe."

Tania terkejut bukan main, "Serius lo? Udah official?"

Shela dan Rafa terkekeh kecil.

"Yang sering lo ceritain ke gue kan?" Tania masih memastikan. Sementara tangan Shela membekap mulut Tania yang membuatnya malu dihadapan Rafa.

"Ih diem bego jangan dibongkar, gue malu."

"Tan, buruan!" Teriak Arza dari luar pagar rumah.

Setelah semuanya beres, mereka mulai duduk rapih didalam mobil. Naufan sebagai pemilik mobil masuk terakhir setelah melakukan pengecekan. Sementara disebelahnya Arza sebagai supir jika Naufan mulai mengantuk. Zea dan Tania duduk dibangku tengah sementara Shela dan Rafa duduk dibangku belakang. Bisa dibilang liburan mereka ini sekaligus triple date.

Mobil melaju meninggalkan kota dengan gedung-gedung tingginya. Memasuki kawasan hijau yang beberapa kali menyapanya. Bali akan menjadi tempat paling berkesan bagi masing-masing pasangan dimobil ini.

***

Tak ada yang lebih indah dari secangkir cokelat hangat dengan pemandangan pantai pagi ini. Surga dunia benar-benar didepan mata. Bahkan bibir gadis itu tidak turun, masih dibuat kagum dengan keindahan ombak pantai, langit merah, dan angin pagi yang menyapu lembut kulitnya.

Villa yang mereka pesan benar-benar strategis karena menghadap langsung kearah timur dimana mereka bisa menyaksikan cantiknya matahari terbit.

"Selamat pagi, sayang."

Naufan menghampiri Tania di balkon. Cowo itu meregangkan badannya sembari menguap.

"Pagi juga sayangku. Kamu belum mandi ya?"

Naufan cengengesan, "Masih pagi banget tau. Dingin. Mending pelukan ga sih?"

Gadis itu mencubit perut Naufan gemas. Semburat merah menjalar di pipi Tania.

"Lucu banget kalo salting hahaha."

"Apaan sih gaada yang salting."

"Ohh ga salting ya? Kalo diginin salting ga?" Sedetik kemudian sebuah ciuman mendarat dikening Tania. Cowo itu buru-buru kabur sebelum perutnya menjadi objek pelampiasan Tania.

Gadis itu hanya diam ditempat sambil senyum-senyum sendiri, "Ih awas ya kamu!"

***

Hidup adalah sebuah perjalanan. Sementara perjalanan sendiri adalah sebuah proses untuk mendapatkan tujuan. Dalam hubungan kisah cinta, perjalanan yang tak mulus adalah hal yang sangat wajar. Layaknya dalam perjalanan jauh, sering kali kita dapati tikungan tajam yang membuat hubungan diuji atau persimpangan yang sering membuat kita bingung dengan pilihan.

Cinta antara Naufan dan Tania membuktikan bahwa tak ada ketidakmungkinan jika Tuhan berkehendak. Cinta mereka juga dibuktikan bahwa tak akan ada yang bisa bertahan jika masing-masing meninggikan egonya. Kini kisah mereka abadi, jika tidak dalam ingatan, ku harap abadi dalam tulisan.

Terima kasih banyak untuk kalian yang telah membaca dan mendukung cerita ini hingga akhir.

TAMAT

Tania's Story [Completed]Where stories live. Discover now