12

1.2K 47 4
                                    

OoO

TANIA menggigit guling nya gemas. Ia beberapa kali meremas apapun benda yang ada di atas kasurnya sekarang. Dia gila! Karena senior songong itu. Naufan. Cowok yang membisikkan semangat di telinganya siang tadi. Gara-gara dia, sekarang Tania tidak bisa tidur dan terjaga. Gara-gara dia, Tania senyum senyum kikuk seperti orang gila.

Tania menelantangkan tubuhnya dengan sempurna. Matanya memandang langit-langit kamar. Dan wajah itu seolah terlukis disana. Ia menggigit ibu jarinya saking salah tingkahnya.

"ARGHHH!!"

Oke. Tania gila.

Tania gila memikirkan Naufan. Sementara Naufan sekarang sedang dengan siapa saja Tania tidak tahu. Cewek mana coba yang bisa tidur setelah di beri energi dari seorang cowok tertampan satu sekolah?

"Heh! Mulut lo minta di sumpel pake kaus kaki ya?!" Terdengar suara seorang cowok dari depan kamar Tania, dan ia sangat mengenal jelas suara itu.

Siapa lagi jika bukan Arza Axwelleya.

Tania langsung membekap mulutnya dan tersenyum. Lagi.

Andai saja Naufan tidak songong, mungkin Tania sudah jatuh kan hatinya berkali-kaki pada seorang Naufan.

OoO

"Gue mau kita balik kayak dulu, Naf! Balikan yuk?! Yayaya??"

Suara cempreng itu memenuhi gendang telinga cowok dihadapannya. Berkali-kali si cowok melengos dan menggosok kupingnya yang berdengung karena gadis gila ini.

"Masa waktu lo mutusin gue hari itu, gue harus ngemis-ngemis balikkan? Gue cewek, Naf! Gue juga punya harga diri--"

"Dan kemana harga diri lo sekarang?" Potong Naufan sambil mengernyitkan dahinya. Sepasang mata tajamnya membius mata Stefia yang terpaku mematung.

"Kemana, hm?" Tanya Naufan sedikit lembut hingga membuat hati mantannya itu berdesir hebat.

Stefia menggeleng cepat, bibirnya bergetar merangkai kata yang ingin ia ucap. "Naf, bokap nyokap nyuruh gue buat sama Erkan. Mereka dari keluarga terpandang, dan bokap nyokap gue udah berharap kalau tuh cowok bisa menjaga nama baik kedua keluarga." Ia memandang wajah Naufan yang dibuat ganteng, eh ralat emang ganteng. "Gue merasa masih cinta sama lo."

Tidak ada ekspresi terkejut atau debaran aneh pada diri Naufan. Wajah datarnya membuat Stefia ingin mencubit pipi cowok itu saking gemas dan kakunya.

Stefia menghela nafas berat. Tangannya bergerak meraih kedua pergelangan tangan Naufan lalu menggenggam nya erat. Dan disinilah puncak perasaan Naufan kembali muncul. Ketika tangan mereka bersentuhan.

"Gue dan dia nggak merasa nyaman sedikitpun. Dan yahh, kita mengakhiri hubungan ini sebelum ada yang dirugikan."

Naufan menarik tangannya lalu memasukkannya ke dalam saku celana. Setidaknya itu lebih hangat daripada genggaman dingin tangan mantan. Tak lupa, wajah cool yang ia buat sedemikian rupa agar tidak terlalu kelihatan gugup di depan Stefia.

"Nggak usah di ganteng-gantengin juga udah ganteng dari sananya kali," Kata Stefia dengan nada menggoda.

Naufan hanya melirik sinis dan mengendikkan bahunya, "Lo cerita panjang kali lebar kali tinggi di tambah luas dan diameter lingkaran, gue juga nggak bakal peduli."

Stefia mendengus sebal. Rugi dong curcol nya barusan karena tidak ditanggapi Naufan.

"Ya maaf,"

"Maaf bukan berarti bisa mengembalikan segalanya yang pernah ada. Kepercayaan, apalagi sebuah hubungan." Naufan menyeruput coffee yang ia pesan beberapa waktu lalu, sebelum Stefia datang tanpa di undang dan duduk tanpa permisi.

"Gue udah lupain semua. Bahkan sebelum lo minta maaf, udah gue maafin."

Stefia menyandarkan bahunya gusar. Ia mendengus geli sambil menatap Naufan nanar. Cowok itu tetap sama. Ketika sesuatu yang sudah layak lepas, ia akan melepas dengan senang hati. Seharusnya ia tahu itu dan seharusnya ia menjaga kepercayaan cowok itu. Seharusnya. Tapi semua terasa terlambat. Dan yang Stefia butuhkan sekarang bukan seharusnya.

"Gue udah berusaha agar lupain lo. Tapi susah, Naf. Gue putus sama Erkan, yang di jodohkan sama gue. Hubungan kami palsu, pura-pura romantis di depan Arza dan--" Stefia berhenti sesaat melihat perubahan raut muka Naufan setelah ia menyebut nama ketua geng Mentari.

Naufan melengos. Sangat ketara bila di teliti seksama. Dan Stefia tahu kalau mereka berdua terlibat pertikaian karenannya.

"Kalian belum--baikkan?" Tanya Stefia dengan hati-hati. Takut jika singa ganteng ini marah dan menggebrak meja seperti di novel-novel.

Naufan tidak berniat menjawab pertanyaan Stefia dan menyesap coffee nya yang tinggal setengah. Stefia tahu tanpa di beri tahu. Diamnya Naufan adalah sebuah jawaban yang sangat jelas.

"Maaf untuk yang itu,"

"Lo udah dua kali minta maaf,"

Stefia tersenyum tipis. Dan itu kelemahan Naufan. Cowok itu hampir saja ikut tersenyum, namun sedetik kemudian, senyum itu pudar dan berubah menjadi datar seperti biasanya. Kali ini senyum Stefia terlihat masam. Senyum cowok itu todak akan pernah terbit dihadapannya. SADAR, STEFIA! Lo nggak lebih dari mantan yang udah merusak kepercayaan cowok itu!!

Merasa keadaan mulai awkward, Stefia buru-buru memepersiapkan diri untuk pergi. Takut jika mood Naufan rusak karenanya.

Srefia bangkit sambil membenarkan tas sampingnya dan rambutnya yang sedikit berantakan. "Gue balik ya, maaf mengganggu,"

Naufan hanya diam tak bergeming. Menatap pun tidak mau. Bukan marah atau apa, hanya saja Naufan takut jika ia kembali jatuh pada hati gadis itu. Perasaan yang pernah ada dan lenyap.

Kepergian Stefia membuat Naufan sedikit lega. Ia tidak segugup tadi. Apalagi ketika tangan Stefia meraih tangannya. Itu benar-benar membuatnya tahan nafas. Jika di suruh jujur sih, sebenarnya rasa itu belum hilang sempurna. Ada setitik rasa dimana gadis itu masih merasa miliknya. Dan kedepannya, Naufan hanya ingin menjalani perasannya seperti air sungai. Mengalir dengan tenang dan menemukan akhir dari segalanya.

OoO

Tania's Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang